Amerika Serikat (AS) kembali dibuat kesal oleh tindakan Rusia yang
dikabarkan akan mencaplok wilayah Georgia. Kabar ini muncul setelah
Rusia dan pemimpin separatis Abkhazia, salah satu wilayah Georgia
melakukan penandatangan kesepakatan kerjasama militer.
Melansir Sputnik, Selasa (25/11/2014), AS menegaskan tidak akan pernah mengakui kerjasama yang dilakukan oleh kedua negara. Banyak pihak, termasuk AS, takut kejadian yang terjadi di Crimea akan terjadi juga di Abkhazia. Pasalnya, apa yang dilakukan Rusia di Abkhazia mirip dengan apa yang negara tersebut lakukan di Crimea.
"Amerika Serikat tidak akan mengakui legitimasi apa yang disebut 'perjanjian' antara wilayah Abkhazia dan Federasi Rusia," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jeff Rathke dalam sebuah pernyataan.
Rathke menyatakan, Abkhazia adalah bagian dari Georgia dan AS akan terus mendukung negara tersebut untuk mempertahakan wilayahnya. “Kami terus mendukung kemerdekaan, kedaulatan, dan integritas wilayah Georgia,” ungkapnya.
Selain AS, Uni Eropa dan Nato turut mengecam penandatangan perjanjian militer yang dilakukan oleh Abkhazia dan Rusia. Uni Eropa dan NATO, bahkan kompak menuduh Rusia melanggar kedaulatan dan integritas Georgia, serta melanggar hukum internasional.
Perjanjian Putin dengan pemimpin Abkhazia, Raul Khajimba sendiri dilakukan di resor Sochi, Laut Hitam. Rusia dan Abkhazia sejatinya sudah mulai melakukan kerjasama sejak tahun 1992, dimana saat itu Abkhazia menuntut lepas dari Georgia, yang membuat kedua pihak terjebak peperangan.
Sumber : Sindo
Melansir Sputnik, Selasa (25/11/2014), AS menegaskan tidak akan pernah mengakui kerjasama yang dilakukan oleh kedua negara. Banyak pihak, termasuk AS, takut kejadian yang terjadi di Crimea akan terjadi juga di Abkhazia. Pasalnya, apa yang dilakukan Rusia di Abkhazia mirip dengan apa yang negara tersebut lakukan di Crimea.
"Amerika Serikat tidak akan mengakui legitimasi apa yang disebut 'perjanjian' antara wilayah Abkhazia dan Federasi Rusia," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jeff Rathke dalam sebuah pernyataan.
Rathke menyatakan, Abkhazia adalah bagian dari Georgia dan AS akan terus mendukung negara tersebut untuk mempertahakan wilayahnya. “Kami terus mendukung kemerdekaan, kedaulatan, dan integritas wilayah Georgia,” ungkapnya.
Selain AS, Uni Eropa dan Nato turut mengecam penandatangan perjanjian militer yang dilakukan oleh Abkhazia dan Rusia. Uni Eropa dan NATO, bahkan kompak menuduh Rusia melanggar kedaulatan dan integritas Georgia, serta melanggar hukum internasional.
Perjanjian Putin dengan pemimpin Abkhazia, Raul Khajimba sendiri dilakukan di resor Sochi, Laut Hitam. Rusia dan Abkhazia sejatinya sudah mulai melakukan kerjasama sejak tahun 1992, dimana saat itu Abkhazia menuntut lepas dari Georgia, yang membuat kedua pihak terjebak peperangan.
Sumber : Sindo
No comments:
Post a Comment