Monday, 3 March 2014

Rusia tidak ingin perang dengan Ukraina

Rusia tidak ingin berperang dengan Ukraina dan persetujuan parlemen Rusia untuk intervensi militer di Ukraina bertujuan untuk menunjukkan keseriusan niat pemerintah kami, kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Grigory Karasin, Senin.

"Rusia tidak ingin perang dengan Ukraina. Saya yakin bahwa tidak seorangpun di Rusia menginginkan perang dengan Ukraina," kata Karasin dalam acara "talkshow" tengah malam di televisi Rusia "Sunday Evening with Vladimir Solovyov".

"Kami tidak menggunakan istilah perang untuk membahas hubungan Rusia dengan Ukraina yang begitu dekat dengan kami," ujarnya.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin pada Sabtu (1/3) mendapatkan persetujuan dari majelis tinggi Rusia untuk mengirim pasukan Rusia ke Ukraina, di tengah kebuntuan politik di Crimea menyusul tersingkirnya Presiden Viktor Yanukovych.

"Kami berpikir bahwa keputusan (intervensi militer) ini akan menyadarkan banyak orang dan menunjukkan keseriusan niat Federasi Rusia," kata Karasin.

Terkait hal itu, Karasin mengecam negara-negara Barat yang mengancam akan mengeluarkan Rusia dari kelompok G8 atas langkah intervensi militer Rusia di Ukraina, dan mengatakan kepada mereka untuk lebih menunjukkan pengertian.

"Kami akan mendukung semua kekuatan yang mendukung penguatan hubungan bilateral kami (Rusia-Ukraina), terlebih lagi karena stabilitas di Eropa tergantung pada hubungan ini," katanya.

"Hal ini harus dipahami oleh para politisi Barat yang sekarang menggunakan bahasa kotor terhadap kami," lanjutnya.

Valentina Matviyenko, Ketua Dewan Majelis Tinggi Parlemen Federasi Rusia, yang memberikan persetujuan kepada Putin untuk aksi militer di Ukraina, juga mengatakan pihaknya menolak gagasan perang.

"Putin tidak pernah mengucapkan kata itu (perang)," kata Matviyenko kepada pembawa acara Vladimir Solovyov dalam program "talkshow" yang sama, setelah Solovyov bertanya apakah akan ada perang antara Rusia dan Ukraina.

"Ini benar-benar tidak dapat diterima. Tidak akan pernah ada perang antara Rusia dan Ukraina. Kita adalah negara persaudaraan, kita adalah dunia Slavia," kata pejabat nomor tiga Rusia itu.

Secara teori, Ketua Dewan Majelis Tinggi Parlemen adalah orang nomor tiga di Rusia setelah presiden dan perdana menteri.

"Saya pikir orang-orang yang sedang marah di Ukraina ini pada akhirnya harus menenangkan diri dan harus memahami bahwa dengan tindakan mereka, mereka justru dapat memprovokasi tindakan separatis di wilayah timur Ukraina dan Crimea," katanya.


Sumber : Antara

No comments:

Post a Comment