Majelis atas parlemen Rusia menyepakati permintaan Presiden Vladimir
Putin agar pasukan Rusia digunakan di Ukraina. Putin meminta agar
pasukan Rusia dikerahkan “sampai kondisi politik di negara itu normal.
”
Armada Laut Hitam Rusia bermarkas di Krimea, Ukraina, merupakan tempat
banyak etnik Rusia tinggal.
Atas tindakan Vladimir Putin itu, pemerintahan baru Ukraina
memperingatkan kemungkinan perang dan menempatkan pasukannya dalam siaga
tinggi serta meminta bantuan NATO.
Pernyataan terbuka Putin tentang hak untuk mengirim pasukan ke negara
berpenduduk 46 juta di Eropa Tengah itu menciptakan konfrontasi
terbesar antara Rusia dan Barat sejak Perang Dingin.
Perdana Menteri Ukraina, Arseny Yatseniuk, yang memimpin pemerintahan
setelah mengambil alih kekuasaan dari sekutu Moskwa -Viktor Yanukovich-
yang melarikan diri minggu lalu, mengatakan tindakan militer Rusia itu
“akan menjadi awal perang dan akhir dari setiap hubungan Ukraina dan
Rusia”.
Penjabat Presiden Ukraina, Oleksander Turchinov, memerintahkan
pasukan untuk ditempatkan pada siaga tempur tinggi.
Menteri Luar Negeri
Andriy Deshchytsya mengatakan, ia telah bertemu dengan para pejabat
Eropa dan AS dan mengirim permintaan kepada NATO untuk “mengkaji segala
kemungkinan untuk melindungi integritas teritorial dan kedaulatan
Ukraina”.
Langkah Putin itu merupakan penolakan langsung terhadap para pemimpin
Barat yang berulang kali mendesak Rusia untuk tidak melakukan
intervensi, termasuk Presiden AS Barack Obama, yang sehari sebelum
menyampaikan pidato di televisi guna memperingatkan Moskwa soal “ongkos”
jika Rusia beraksi.
Pasukan tanpa lencana di seragam mereka tetapi diyakini tentara
Rusia, beberapa menggunakan kendaraan dengan nomor plat Rusia, telah
menyerbu Crimea, sebuah semenanjung terpencil di Laut Hitam di Armada
Laut Hitam Rusia bermarkas. Pihak berwenang baru di Kiev tidak berdaya
untuk menghentikan mereka.
Presiden Barack Obama telah menyampaikan kepada Presiden Rusia
Vladimir Putin bahwa Rusia telah melanggar hukum internasional dengan
mengirimkan pasukan ke Ukraina.
Dalam sebuah pembicaraan telepon selama
90 menit pada Sabtu, Gedung Putih mengatakan Obama “menyatakan
keprihatinan yang mendalam terkait pelanggaran nyata Rusia terhadap
kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina itu.”
Gedung Putih mengatakan, AS menangguhkan persiapan bagi sebuah
pertemuan negara-negara industri di Rusia pada Juni mendatang. “AS
menyerukan kepada Rusia untuk meredakan ketegangan dengan menarik
kembali pasukannya ke pangkalan di Krimea dan menahan diri dari campur
tangan di wilayah lain di Ukraina,” tegas pernyataan Gedung Putih.
Obama memperingatkan bahwa pelanggaran kedaulatan Ukraina “akan
berdampak negatif pada posisi Rusia dalam komunitas internasional,” dan
bahwa AS “akan menangguhkan partisipasi dalam pertemuan untuk G-8
mendatang,” kata pernyataan itu.
Rusia Raih Kontrol
Pasukan Rusia memperkuat kontrol mereka atas Crimea dan kerusuhan menyebar ke wilayah lain Ukraina, Sabtu. Para demonstran pro-Rusia bentrok dengan para pendukung pemerintah baru Ukraina dan mengibarkan bendera Rusia di atas gedung-gedung pemerintah di beberapa kota.
“Ini mungkin situasi yang paling berbahaya di Eropa sejak Soviet
menginvasi Cekoslowakia tahun 1968,” kata seorang pejabat Barat yang
tidak mau disebut namanya. “Secara realistis, kita harus mengasumsikan
Crimea berada di tangan Rusia. Tantangannya sekarang adalah untuk
mencegah Rusia mengambil alih wilayah berbahasa Rusia di Ukraina timur.”
Putin meminta parlemen untuk menyetujui penggunaan pasukan “terkait
situasi luar biasa di Ukraina, ancaman terhadap kehidupan warga Federasi
Rusia, rekan-rekan kita” dan untuk melindungi Armada Laut Hitam di
Crimea.
Majelis tinggi parlemen Rusia secara cepat dan dengan suara bulat
menyatakan “setuju” atas permintaan itu. Hal itu ditayangkan langsung di
televisi.
Negara-negara Barat pun bergegas memberi tanggapan tetapi hal itu
sebatas pada kata-kata. Seorang pejabat AS mengatakan, Menteri
Pertahanan Chuck Hagel telah berbicara dengan mitra Rusia-nya, Sergei
Shoigu. Pejabat itu mengatakan, sejauh itu belum ada perubahan dalam
postur militer AS.
Kepala urusan luar negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, mendesak
Moskwa untuk tidak mengirim tentara. Menteri Luar Negeri Swedia, Carl
Bildt, mengatakan itu “jelas melanggar hukum internasional”. Presiden
Ceko, Milos Zeman, menyamakan krisis itu dengan invasi tahun 1968 ke
Cekoslowakia.
“(Ada) kebutuhan mendesak untuk meredakan ketegangan di Crimea,” kata
Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen, lewat kicauan di
Twitter. “Para sekutu NATO terus berkoordinasi secara erat.”
Sementara itu, Putin mengatakan, permintaannya terkait otorisasi
penggunaan kekuatan di Ukraina akan berlangsung “sampai terjadi
normalisasi situasi sosial-politik di negara itu”.
Justifikasinya, yaitu kebutuhan untuk melindungi warga Rusia, sama
seperti yang ia gunakan saat melancarkan invasi ke Georgia tahun 2008.
Sejauh ini belum ada tanda-tanda aksi militer Rusia di Ukraina di
luar Crimea, satu-satunya wilayah negara itu yang berpenduduk mayoritas
etnis Rusia, dan sudah sering menyuarakan niat untuk memisahkan diri.
Sementara itu di Independence Square di pusat kota Kiev, di mana para
demonstran telah berkemah selama berbulan-bulan saat melawan
Yanukovich, sebuah film Perang Dunia II tentang Crimea sedang
ditampilkan di layar raksasa, ketika Yuri Lutsenko, mantan menteri
dalam
negeri, menyela untuk mengumumkan keputusan Putin. “Perang telah tiba,”
kata Lutsenko. Ratusan warga Ukraina di alun-alun itu pun bernyanyi,
“Kemuliaan bagi para pahlawan. Kematian bagi para penjajah”. (Kompas.com./Jkrtagreater).
No comments:
Post a Comment