Sebuah kapal tanker Korea
Utara yang membawa kargo "ilegal" berupa minyak mentah dari terminal
yang dikuasai pemberontak di sebelah timur Libya, lolos dari pengawalan
kapal perang Libya yang menggiringnya ke pelabuhan.
"Kapal tanker itu mengambil keuntungan dari cuaca buruk untuk mengarah ke perairan terbuka. Kapal-kapal yang mengepung tanker itu tidak dalam posisi untuk mengejarnya," demikian seorang anggota Kongres Umum Nasional (GNC), otorita politik tertinggi Libya.
Abdelkader Houili, anggota komite energi GNC, kepada stasiun televisi Al-Naba mengatakan bahwa kapal-kapal pemerintah Libya terpaksa berlayar di dekat pantai karena cuaca buruk.
"Tanker itu kemudian melarikan diri memanfaatkan celah itu dan langsung menuju ke perairan terbuka," uajr Houili.
Seorang anggota GNC lainnya membenarkan kabar itu dan kantor berita LANA mengutip seorang anggota GNC lainnya juga mengabarkan hal yang sama, tanker "Morning Glory" lolos dari kawalan kapal-kapal AL Libya.
Sumber-sumber pemerintah dan juru bicara perusahaan minyak Libya, National Oil, belum memberikan konfirmasi soal insiden tersebut.
Pada Senin (10/3/2014) malam, pemerintah Libya mengatakan telah menghentikan kapal tanker itu saat mencoba meninggalkan terminal minyal Al-Sidra. Namun, juru bicara pasukan pemberontak yang memblokade pelabuhan bersikukuh kapal itu masih berada di bawah kendali pemberontak.
Kelompok pemberontak ini menuntut otonomi untuk kawasan Cyrenaica, di timur negeri itu. Untuk menyampaikan tuntutannya kelompok ini memblokade pelabuhan Al-Sidra dan sejumlah terminal ekspor minyak sejak Juli tahun lalu.
Sejumlah kapal tanker mencoba untuk merapat di pelabuhan yang dikuasai pemberontak namun baru "Morning Glory" yang benar-benar bisa merapat.
Kisruh yang menimpa kawasan kunci untuk ekspor minyak mentah ini membuat produksi minyal Libya menurun drastis dari 1,5 juta barel per hari menjadi hanya 250.000 barel per hari.
Sumber : Kompas
"Kapal tanker itu mengambil keuntungan dari cuaca buruk untuk mengarah ke perairan terbuka. Kapal-kapal yang mengepung tanker itu tidak dalam posisi untuk mengejarnya," demikian seorang anggota Kongres Umum Nasional (GNC), otorita politik tertinggi Libya.
Abdelkader Houili, anggota komite energi GNC, kepada stasiun televisi Al-Naba mengatakan bahwa kapal-kapal pemerintah Libya terpaksa berlayar di dekat pantai karena cuaca buruk.
"Tanker itu kemudian melarikan diri memanfaatkan celah itu dan langsung menuju ke perairan terbuka," uajr Houili.
Seorang anggota GNC lainnya membenarkan kabar itu dan kantor berita LANA mengutip seorang anggota GNC lainnya juga mengabarkan hal yang sama, tanker "Morning Glory" lolos dari kawalan kapal-kapal AL Libya.
Sumber-sumber pemerintah dan juru bicara perusahaan minyak Libya, National Oil, belum memberikan konfirmasi soal insiden tersebut.
Pada Senin (10/3/2014) malam, pemerintah Libya mengatakan telah menghentikan kapal tanker itu saat mencoba meninggalkan terminal minyal Al-Sidra. Namun, juru bicara pasukan pemberontak yang memblokade pelabuhan bersikukuh kapal itu masih berada di bawah kendali pemberontak.
Kelompok pemberontak ini menuntut otonomi untuk kawasan Cyrenaica, di timur negeri itu. Untuk menyampaikan tuntutannya kelompok ini memblokade pelabuhan Al-Sidra dan sejumlah terminal ekspor minyak sejak Juli tahun lalu.
Sejumlah kapal tanker mencoba untuk merapat di pelabuhan yang dikuasai pemberontak namun baru "Morning Glory" yang benar-benar bisa merapat.
Kisruh yang menimpa kawasan kunci untuk ekspor minyak mentah ini membuat produksi minyal Libya menurun drastis dari 1,5 juta barel per hari menjadi hanya 250.000 barel per hari.
Sumber : Kompas
No comments:
Post a Comment