Mantan Perdana Menteri Ariel Sharon meninggal kemarin banyak mendapat ungkapan duka cita dari pemimpin negara sejagat.
Hanya satu bangsa bersuka atas wafatnya lelaki mendapat julukan sang buldoser itu yakni Palestina.
Surat kabar the Russian Today melaporkan, Ahad (12/1), tidak ada yang lebih menyenangkan bangsa Palestina pada awal tahun ini kecuali meninggalknya orang dianggap paling bertanggung jawab atas pembantaian warga mereka di Libanon, Tepi Barat, dan Jalur Gaza.
"Dia otak di balik perang panjang Palestina dan Militer Israel," ujar warga Gaza enggan menyebutkan namanya.
Sharon memang terlibat lima perang besar antara Israel melawan bangsa Arab yakni Krisis Suez, Perang Enam Hari, Perang Erosi, Perang Yom-Kippur, dan Perang Libanon, termasuk Operasi Bin Nun Alef dikenal perang kemerdekaan Negeri Bintang Daud mencaplok teritori Palestina.
Sang penjagal, itu julukan Palestina untuk Sharon. Dia pernah menyerbu Ibu Kota Beirut dan juga membantai kemah pengungsian Sabra dan Shatila pada 1982.
Saat diminta berdamai dengan bangsa Arab, dia pula secara tegas mengatakan tidak ada bisa menceramahinya soal itu. "Saya ada di medan perang dan hanya saya yang sanggup mencegahnya," ujar Sharon.
Sumber : Merdeka
Hanya satu bangsa bersuka atas wafatnya lelaki mendapat julukan sang buldoser itu yakni Palestina.
Surat kabar the Russian Today melaporkan, Ahad (12/1), tidak ada yang lebih menyenangkan bangsa Palestina pada awal tahun ini kecuali meninggalknya orang dianggap paling bertanggung jawab atas pembantaian warga mereka di Libanon, Tepi Barat, dan Jalur Gaza.
"Dia otak di balik perang panjang Palestina dan Militer Israel," ujar warga Gaza enggan menyebutkan namanya.
Sharon memang terlibat lima perang besar antara Israel melawan bangsa Arab yakni Krisis Suez, Perang Enam Hari, Perang Erosi, Perang Yom-Kippur, dan Perang Libanon, termasuk Operasi Bin Nun Alef dikenal perang kemerdekaan Negeri Bintang Daud mencaplok teritori Palestina.
Sang penjagal, itu julukan Palestina untuk Sharon. Dia pernah menyerbu Ibu Kota Beirut dan juga membantai kemah pengungsian Sabra dan Shatila pada 1982.
Saat diminta berdamai dengan bangsa Arab, dia pula secara tegas mengatakan tidak ada bisa menceramahinya soal itu. "Saya ada di medan perang dan hanya saya yang sanggup mencegahnya," ujar Sharon.
Sumber : Merdeka
No comments:
Post a Comment