“Berkorban adalah senjata utama para pahlawan”, demikian frasa yang
terdapat di plakat Uni Soviet pada awal-awal Perang Dunia II.
Di plakat tersebut terdapat gambar pesawat terbang dengan bintang berwarna merah di kedua sayapnya, yang sedang menabrakkan diri ke buntut pesawat tentara fasis ”Messerschmitt”.
Latar belakang plakat tersebut memperlihatkan pesawat terbang Jerman dengan lambang swastika yang terkena tembakan.
Menabrakan diri ke musuh adalah tindakan heroik yang menunjukkan keberanian serta kerelaan untuk berkorban.
Banyak pejuang Rusia yang tewas bersama musuh, mereka mengorbankan dirinya sendiri demi tujuan yang lebih mulia. Meninggal dengan cara demikian tentu membutuhkan keberanian yang luar biasa.
Sumber : RBTH
Di plakat tersebut terdapat gambar pesawat terbang dengan bintang berwarna merah di kedua sayapnya, yang sedang menabrakkan diri ke buntut pesawat tentara fasis ”Messerschmitt”.
Latar belakang plakat tersebut memperlihatkan pesawat terbang Jerman dengan lambang swastika yang terkena tembakan.
Menabrakan diri ke musuh adalah tindakan heroik yang menunjukkan keberanian serta kerelaan untuk berkorban.
Banyak pejuang Rusia yang tewas bersama musuh, mereka mengorbankan dirinya sendiri demi tujuan yang lebih mulia. Meninggal dengan cara demikian tentu membutuhkan keberanian yang luar biasa.
Tindakan berani untuk hancur bersama musuh merupakan
hal yang menakutkan sekaligus mengharukan, serta menyentuh perasaan
rekan seperjuangan. Namun, sebagai teknik berperang, tindakan tersebut
dianggap tidak efektif.
Pada sebagian besar kejadian, tidak hanya
pejuang saja yang hancur, tetapi juga kendaraan perang mereka. Kali ini
RBTH akan menuturkan tiga peristiwa 'bunuh diri' bersama musuh yang
dilakukan patriot Rusia, yang akan selalu dikenang dalam sejarah Perang
Dunia II.
Jibaku dengan Tank, Pertama di Dunia
Pilot Soviet Semyon Osadchiy mencatatkan tindakan
berjibaku di udara, sekaligus tindakan berjibaku dengan tank yang
pertama di dunia. Tindakan berani itu dilakukan Osadchiy dalam perang
saudara di Spanyol pada 1936-1939.
Pada 29 Oktober 1936, di kota Sesena yang terletak
tidak jauh dari Madrid, terjadi perang antartank pertama di dunia. Saat
itu tank buatan Soviet BT-5 dan T-26 di bawah komando Mayor Pol Arman
bertempur melawan tank kelas ringan Ansaldo buatan Italia.
Dalam
pertarungan tersebut, awak tank T-26 Semyon Osadchiy (26), menabrakkan
tanknya ke tank Italia. Peristiwa itu membuat awak tank musuh terkejut
dan takut. Mereka kemudian melarikan diri dari medan pertempuran.
Jibaku Terakhir dalam Sejarah
Tindakan jibaku ini dilakukan oleh Kapten Valentin Kulyapin
pada 1981, di ruang udara Azerbaijan. Peristiwa itu dianggap sebagai
tindakan berjibaku udara terakhir yang terjadi dalam sejarah.
Uniknya,
sang pilot berjibaku menggunakan pesawat tempur supersonik Su-15 dalam
kecepatan rendah, tetapi tetap berhasil selamat. Saat itu Kulyapin
sedang membuntuti pesawat Canadair CL-44 milik maskapai asal Argentina
yang membawa senjata ke Iran.
Pesawat CL-44 tersebut telah melintasi
ruang udara Uni Soviet tanpa izin dan tak mengacuhkan perintah untuk mendarat.
Kecepatan pesawat jet dan pesawat penumpang itu tentu
berbeda. Pesawat jet supersonik akan kehilangan kendalinya bila beralih
ke kecepatan rendah dan terpaksa bertahan di udara dengan terbang
berputar-putar.
Untuk dapat melepaskan tembakan roket, pesawat tempur
ini harus sebisa mungkin terbang menjauh dari sasarannya, padahal saat
itu sudah tidak banyak waktu tersisa. Kesulitan ini sudah diketahui oleh
Kulyapin.
Ia memutuskan untuk terbang secepat mungkin mendekati
perbatasan negaranya, karena ia tidak dapat membuntuti dan melumpuhkan
pesawat CL-44 itu bila sudah melewati perbatasan.
Dalam situasi itu,
sang pilot mengambil keputusan untuk menabrakkan diri ke pesawat musuh.
Kulyapin bergerak mendekati musuh dari belakang dan menabrakkan dirinya
ke badan pesawat musuh.
Sirip pesawat vertikal Kulyapin berhasil
menghancurkan stabilisator pesawat CL-44. Kulyapin berhasil
menyelamatkan dirinya keluar dari pesawat, sedangkan awak pesawat musuh
tewas.
Jibaku “Sopan” Angkatan Laut Soviet
Insiden ini terjadi antara kapal perang Uni Soviet dan Amerika Serikat di pesisir laut Krimea pada 1988. Kapal cruiser
Angkatan Laut Amerika Yorktown dan Destroyer Caron yang sampai di Laut
Hitam melanggar batas laut Uni Soviet di rayon Mys Sarych, sebelah
selatan semenanjung Krimea.
Kapal patroli Bezzavetniy dan SKR-6 mendapat
perintah dari komando angkatan laut untuk menyingkirkan ”tamu” tak
diundang dari perairan Soviet dan bila perlu menabrakkan diri ke kapal
tersebut bila mereka tidak juga meninggalkan perairan Soviet.
Benar
saja, kapal Soviet melakukan hal itu, tetapi sebenarnya mereka
melakukannya dengan “sopan”, karena memberikan peringatan dengan
menggesekkan badan kapal terlebih dahulu.
Setelah memperingatkan berkali-kali, kapal AS menolak
untuk meninggalkan perairan Uni Soviet, dan awak kapal Bezzavetniy
memutuskan untuk berjibaku. Kapal patroli itu awalnya bergerak menyusul
dan mendekat ke cruiser Yorktown dari samping.
Benturan pertama
dilakukan dengan menggesekkan badan kapal ke badan kapal musuh dan
meninggalkan goresan-goresan pada badan kapal masing-masing. Pada
benturan kedua barulah mereka betul-betul menunjukkan keseriusannya
untuk menabrakkan kapal mereka sendiri ke kapal musuh.
Bezzavetniy
mengarahkan badannya ke bagian helipad kapal musuh (bagian belakang),
mengakibatkan bagian tersebut mengalami kerusakan yang cukup berat dan
peluncur roket Harpoon Yorktown hancur.
Kapal AS yang tidak menanggapi serius peringatan dari Bezzavetniy
akhirnya mengalami kerusakan yang cukup parah.
Berdasarkan kesaksian
saksi mata, tentara Angkatan Laut AS dan juga pelaut sempat tertawa,
melambaikan tangan, berfoto bersama dan bahkan bertindak tidak sopan di
depan tentara Soviet sebelum mereka bertabrakan.
Kapal AS masih sempat
keluar dari perairan Soviet lalu mengapung selama beberapa waktu dan
keesokan harinya pergi meninggalkan Laut Hitam.
Awak kapal Bezzavetniy di bawah komando Vladimir Bogdashin dituntut
karena melakukan tindakan yang melanggar hukum. Namun tuntutan itu
akhirnya dicabut, karena mereka hanya menjalankan perintah dari komando
utama angkatan laut Soviet.
Setelah itu selama beberapa tahun terjadi
perang dingin dan para petinggi Uni Soviet sebenarnya tidak ingin
merusak hubungan mereka dengan AS. Tindakan berjibaku tersebut
menunjukkan keseriusan para tentara Angkatan Laut Soviet terhadap para pelanggar batas perairan negaranya, sehingga tindakan itu dinamakan “jibaku Bogdashin”.
No comments:
Post a Comment