Tuesday, 15 July 2014

Tiga Tindakan 'Bunuh Diri' Paling Berani Para Tentara Rusia

“Berkorban adalah senjata utama para pahlawan”, demikian frasa yang terdapat di plakat Uni Soviet pada awal-awal Perang Dunia II. 

Di plakat tersebut terdapat gambar pesawat terbang dengan bintang berwarna merah di kedua sayapnya, yang sedang menabrakkan diri ke buntut pesawat tentara fasis ”Messerschmitt”. 

Latar belakang plakat tersebut memperlihatkan pesawat terbang Jerman dengan lambang swastika yang terkena tembakan. 

Menabrakan diri ke musuh adalah tindakan heroik yang menunjukkan keberanian serta kerelaan untuk berkorban. 

Banyak pejuang Rusia yang tewas bersama musuh, mereka mengorbankan dirinya sendiri demi tujuan yang lebih mulia. Meninggal dengan cara demikian tentu membutuhkan keberanian yang luar biasa.

Tindakan berani untuk hancur bersama musuh merupakan hal yang menakutkan sekaligus mengharukan, serta menyentuh perasaan rekan seperjuangan. Namun, sebagai teknik berperang, tindakan tersebut dianggap tidak efektif. 

Pada sebagian besar kejadian, tidak hanya pejuang saja yang hancur, tetapi juga kendaraan perang mereka. Kali ini RBTH akan menuturkan tiga peristiwa 'bunuh diri' bersama musuh yang dilakukan patriot Rusia, yang akan selalu dikenang dalam sejarah Perang Dunia II.

Jibaku dengan Tank, Pertama di Dunia

Pilot Soviet Semyon Osadchiy mencatatkan tindakan berjibaku di udara, sekaligus tindakan berjibaku dengan tank yang pertama di dunia. Tindakan berani itu dilakukan Osadchiy dalam perang saudara di Spanyol pada 1936-1939.

Pada 29 Oktober 1936, di kota Sesena yang terletak tidak jauh dari Madrid, terjadi perang antartank pertama di dunia. Saat itu tank buatan Soviet BT-5 dan T-26 di bawah komando Mayor Pol Arman bertempur melawan tank kelas ringan Ansaldo buatan Italia. 

Dalam pertarungan tersebut, awak tank T-26 Semyon Osadchiy (26), menabrakkan tanknya ke tank Italia. Peristiwa itu membuat awak tank musuh terkejut dan takut. Mereka kemudian melarikan diri dari medan pertempuran.

Jibaku Terakhir dalam Sejarah

Tindakan jibaku ini dilakukan oleh Kapten Valentin Kulyapin pada 1981, di ruang udara Azerbaijan. Peristiwa itu dianggap sebagai tindakan berjibaku udara terakhir yang terjadi dalam sejarah. 

Uniknya, sang pilot berjibaku menggunakan pesawat tempur supersonik Su-15 dalam kecepatan rendah, tetapi tetap berhasil selamat. Saat itu Kulyapin sedang membuntuti pesawat Canadair CL-44 milik maskapai asal Argentina yang membawa senjata ke Iran. 

Pesawat CL-44 tersebut telah melintasi ruang udara Uni Soviet tanpa izin dan tak mengacuhkan perintah untuk mendarat.

Kecepatan pesawat jet dan pesawat penumpang itu tentu berbeda. Pesawat jet supersonik akan kehilangan kendalinya bila beralih ke kecepatan rendah dan terpaksa bertahan di udara dengan terbang berputar-putar. 

Untuk dapat melepaskan tembakan roket, pesawat tempur ini harus sebisa mungkin terbang menjauh dari sasarannya, padahal saat itu sudah tidak banyak waktu tersisa. Kesulitan ini sudah diketahui oleh Kulyapin. 

Ia memutuskan untuk terbang secepat mungkin mendekati perbatasan negaranya, karena ia tidak dapat membuntuti dan melumpuhkan pesawat CL-44 itu bila sudah melewati perbatasan. 

Dalam situasi itu, sang pilot mengambil keputusan untuk menabrakkan diri ke pesawat musuh. Kulyapin bergerak mendekati musuh dari belakang dan menabrakkan dirinya ke badan pesawat musuh. 

Sirip pesawat vertikal Kulyapin berhasil menghancurkan stabilisator pesawat CL-44. Kulyapin berhasil menyelamatkan dirinya keluar dari pesawat, sedangkan awak pesawat musuh tewas.

Jibaku “Sopan” Angkatan Laut Soviet

Insiden ini terjadi antara kapal perang Uni Soviet dan Amerika Serikat di pesisir laut Krimea pada 1988. Kapal cruiser Angkatan Laut Amerika Yorktown dan Destroyer Caron yang sampai di Laut Hitam melanggar batas laut Uni Soviet di rayon Mys Sarych, sebelah selatan semenanjung Krimea. 

Kapal patroli Bezzavetniy dan SKR-6 mendapat perintah dari komando angkatan laut untuk menyingkirkan ”tamu” tak diundang dari perairan Soviet dan bila perlu menabrakkan diri ke kapal tersebut bila mereka tidak juga meninggalkan perairan Soviet. 

Benar saja, kapal Soviet melakukan hal itu, tetapi sebenarnya mereka melakukannya dengan “sopan”, karena memberikan peringatan dengan menggesekkan badan kapal terlebih dahulu.

Setelah memperingatkan berkali-kali, kapal AS menolak untuk meninggalkan perairan Uni Soviet, dan awak kapal Bezzavetniy memutuskan untuk berjibaku. Kapal patroli itu awalnya bergerak menyusul dan mendekat ke cruiser Yorktown dari samping. 

Benturan pertama dilakukan dengan menggesekkan badan kapal ke badan kapal musuh dan meninggalkan goresan-goresan pada badan kapal masing-masing. Pada benturan kedua barulah mereka betul-betul menunjukkan keseriusannya untuk menabrakkan kapal mereka sendiri ke kapal musuh. 

Bezzavetniy mengarahkan badannya ke bagian helipad kapal musuh (bagian belakang), mengakibatkan bagian tersebut mengalami kerusakan yang cukup berat dan peluncur roket Harpoon Yorktown hancur.

Kapal AS yang tidak menanggapi serius peringatan dari Bezzavetniy akhirnya mengalami kerusakan yang cukup parah. 

Berdasarkan kesaksian saksi mata, tentara Angkatan Laut AS dan juga pelaut sempat tertawa, melambaikan tangan, berfoto bersama dan bahkan bertindak tidak sopan di depan tentara Soviet sebelum mereka bertabrakan. 

Kapal AS masih sempat keluar dari perairan Soviet lalu mengapung selama beberapa waktu dan keesokan harinya pergi meninggalkan Laut Hitam.

Awak kapal Bezzavetniy di bawah komando Vladimir Bogdashin dituntut karena melakukan tindakan yang melanggar hukum. Namun tuntutan itu akhirnya dicabut, karena mereka hanya menjalankan perintah dari komando utama angkatan laut Soviet. 

Setelah itu selama beberapa tahun terjadi perang dingin dan para petinggi Uni Soviet sebenarnya tidak ingin merusak hubungan mereka dengan AS. Tindakan berjibaku tersebut menunjukkan keseriusan para tentara Angkatan Laut Soviet terhadap para pelanggar batas perairan negaranya, sehingga tindakan itu dinamakan “jibaku Bogdashin”.

Sumber : RBTH 

No comments:

Post a Comment