Komandan Armada Laut
Hitam Rusia, Aleksander Vitko, mengancam akan menyerang militer Ukraina
apabila mereka tidak menyerah pada Selasa dini hari waktu setempat.
Sejak Senin kemarin, pasukan Rusia telah mengepung beberapa fasilitas
vital, termasuk markas militer Ukraina di Crimea.
Dilansir BBC, Senin 3 Maret 2014, kepala militer Ukraina di beberapa markas di Crimea telah diminta untuk meninggalkan pangkalan pada Selasa pagi. Hal tersebut turut diperkuat dengan pernyataan komandan untuk dua kapal militer kepada sebuah stasiun televisi Ukraina.
Tentara Ukraina bahkan diberikan tenggat waktu untuk segera hengkang dari pos mereka. Namun pasukan Ukraina tidak gentar dan bersumpah akan tetap berjuang demi negara. Mereka kini bersiap jika memang harus menghadapi serangan Rusia.
Juru bicara pemerintah Rusia yang dikutip Interfax membantah bahwa militernya mengeluarkan ancaman seperti itu. Presiden Vladimir Putin, kata dia, berulang kali menyatakan alasan mereka mengirim pasukan karena mantan Presiden terguling Viktor Yanukovych telah meminta tolong untuk meredakan pemberontakan di sana.
Hal itu dibuktikan Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin. Pada Sidang Dewan Keamanan, Churkin memperlihatkan surat yang diberikan Yanukovych untuk Putin, meminta bantuan militer Rusia karena Ukraina sedang berada di ambang perang saudara.
Yanukovych dalam suratnya mengatakan bahwa banyak warga Ukraina yang disiksa karena berbicara dalam Bahasa Rusia.
"Saya akan menelpon Presiden Rusia, Tuan Putin, meminta tolong dia untuk menggunakan tentara bersenjata Federasi Rusia untuk membangun legitimasi, perdamaian, penegakkan hukum, stabilitas dan membela rakyat Ukraina," ujar Churkin membacakan salah satu bagian surat tersebut.
Churkin pun kembali menegaskan pandangan Moskow yang hanya mengakui Yanukovych sebagai pemimpin Ukraina yang sah. Mereka tidak mengakui pemerintahan sementara yang saat ini dipimpin oleh Presiden sementara Olexander Turchynov.
Dilansir BBC, Senin 3 Maret 2014, kepala militer Ukraina di beberapa markas di Crimea telah diminta untuk meninggalkan pangkalan pada Selasa pagi. Hal tersebut turut diperkuat dengan pernyataan komandan untuk dua kapal militer kepada sebuah stasiun televisi Ukraina.
Tentara Ukraina bahkan diberikan tenggat waktu untuk segera hengkang dari pos mereka. Namun pasukan Ukraina tidak gentar dan bersumpah akan tetap berjuang demi negara. Mereka kini bersiap jika memang harus menghadapi serangan Rusia.
Juru bicara pemerintah Rusia yang dikutip Interfax membantah bahwa militernya mengeluarkan ancaman seperti itu. Presiden Vladimir Putin, kata dia, berulang kali menyatakan alasan mereka mengirim pasukan karena mantan Presiden terguling Viktor Yanukovych telah meminta tolong untuk meredakan pemberontakan di sana.
Hal itu dibuktikan Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin. Pada Sidang Dewan Keamanan, Churkin memperlihatkan surat yang diberikan Yanukovych untuk Putin, meminta bantuan militer Rusia karena Ukraina sedang berada di ambang perang saudara.
Yanukovych dalam suratnya mengatakan bahwa banyak warga Ukraina yang disiksa karena berbicara dalam Bahasa Rusia.
"Saya akan menelpon Presiden Rusia, Tuan Putin, meminta tolong dia untuk menggunakan tentara bersenjata Federasi Rusia untuk membangun legitimasi, perdamaian, penegakkan hukum, stabilitas dan membela rakyat Ukraina," ujar Churkin membacakan salah satu bagian surat tersebut.
Churkin pun kembali menegaskan pandangan Moskow yang hanya mengakui Yanukovych sebagai pemimpin Ukraina yang sah. Mereka tidak mengakui pemerintahan sementara yang saat ini dipimpin oleh Presiden sementara Olexander Turchynov.
AS Mendesak
Perdebatan pun terjadi di
ruang sidang itu. Menurut perwakilan tetap Ukraina di PBB, Yuriy
Sergeyev, Rusia telah mengerahkan sekitar 16 ribu tentaranya di Crimea.
Pasukan Rusia dan militer pro-Moskow pun masih terus terlihat memblokade
markas militer Ukraina di seluruh wilayah otonomi tersebut.
Perwakilan tetap Amerika Serikat untuk PBB, Samntha Power, mendesak Rusia agar segera menarik pasukannya. "Aksi militer tidak bisa dibenarkan hanya karena adanya tuduhan ancaman yang bahkan belum terbukti dan tidak dilakukan," ujar Power.
Sementara Duta Besar Inggris untuk PBB, Mark Lyall Grant, turut menolak tuduhan yang dialamatkan Rusia yang mereka sebut sebagai ancaman teror terhadap etnis Rusia di Ukraina. Menurut Grant, klaim itu hanya dibuat-buat untuk membenarkan aksi militer yang dilakukan Rusia.
Beberapa perwakilan tetap lainnya dari negara Barat meminta Rusia agar pemantau internasional diterima di Ukraina dan tidak mencampuri urusan dalam negeri mereka. Apabila tuntutan itu tidak dipenuhi, maka AS dan negara-negara anggota Uni Eropa siap memberikan sanksi ekonomi termasuk larangan bepergian bagi warga Rusia.
Perwakilan tetap Amerika Serikat untuk PBB, Samntha Power, mendesak Rusia agar segera menarik pasukannya. "Aksi militer tidak bisa dibenarkan hanya karena adanya tuduhan ancaman yang bahkan belum terbukti dan tidak dilakukan," ujar Power.
Sementara Duta Besar Inggris untuk PBB, Mark Lyall Grant, turut menolak tuduhan yang dialamatkan Rusia yang mereka sebut sebagai ancaman teror terhadap etnis Rusia di Ukraina. Menurut Grant, klaim itu hanya dibuat-buat untuk membenarkan aksi militer yang dilakukan Rusia.
Beberapa perwakilan tetap lainnya dari negara Barat meminta Rusia agar pemantau internasional diterima di Ukraina dan tidak mencampuri urusan dalam negeri mereka. Apabila tuntutan itu tidak dipenuhi, maka AS dan negara-negara anggota Uni Eropa siap memberikan sanksi ekonomi termasuk larangan bepergian bagi warga Rusia.
Sumber : Vivanews
No comments:
Post a Comment