Wednesday, 19 November 2014

Operasi Intelejen Militer Rusia yang Paling Menggemparkan

1. Serangan Sabotase di Spanyol

Perang saudara di Spanyol yang meletus pada 1936 membuat pemerintah republik yang sah terisolasi. Saat itu, hanya Uni Soviet yang menjadi sekutu Spanyol dan menolong mereka berperang melawan para tentara fasis. 

Pemerintah Soviet lalu membentuk detasemen pasukan khusus untuk melakukan serangan sabotase di wilayah Spanyol. Detasemen tersebut menjadi cikal bakal terbentuknya pasukan khusus GRU (Direktorat Intelejen Utama Rusia).

Operasi yang paling dikenal dari pasukan tersebut adalah penghancuran kereta api yang mengangkut staf angkatan udara Italia di wilayah kota Kordoba pada awal 1937. Kereta yang terdiri dari delapan gerbong tersebut hancur akibat ledakan ranjau dan jatuh dari ketinggian tebing.

Pasukan tersebut juga berhasil melakukan serangan-serangan sabotase lain ketika bertempur di Spanyol, mulai dari peledakan kereta pengangkut amunisi senjata, sampai serangan ke markas gudang senapan mesin batalyon Franco.

Setelah kekalahan para loyalis republik, sebagian anggota pasukan khusus pergi ke Algeria menggunakan kapal yang mereka kuasai. Di sana, mereka dijemput untuk kembali ke Uni Soviet. 

Empat anggota pasukan khusus tersebut juga ikut serta dalam aksi gerilya di Kuba di bawah kepemimpinan Fidel Castro pada akhir 1950-an.

2. Pasukan Katak Soviet di Nikaragua

Angkatan Laut juga memiliki pasukan GRU dalam satuan khusus pasukan katak yang bertugas sebagai pengintai sekaligus pasukan operasi sabotase, dengan tingkat kemampuan tempur dan ketangkasan militer yang tinggi. Divisi ini muncul setelah berakhirnya Perang Patriotik Raya Rusia melawan Nazi. 

Pada waktu itu, negara-negara NATO sudah lebih dulu memiliki divisi serupa. Setelah terbentuk, pasukan khusus perairan tersebut langsung ditugaskan untuk menjalankan operasi rahasia. 

Sepanjang 1967-1991, pasukan ini telah menjalankan operasi di berbagai tempat: Angola, Etiopia, Vietnam, Korea, Mesir, Kuba, dan Nikaragua. Pasukan khusus perairan ini hanya dipersenjatai oleh pisau tentara dan senapan mesin dengan peluru berupa jarum untuk serangan di bawah air, yang mampu membunuh musuh dari jarak 10-15 meter.

Namun, sebagian besar anggota pasukan hanya menjalankan operasi militer “biasa”, yang membuat mereka tak perlu menggunakan senjata mereka. 

Mantan komandan pasukan katak yang merupakan kapten nomor wahid pasukan cadangan Yuriy Plyachenko bercerita pada sejarawan Rusia Aleksander Kolpakidi, “Pada 1984, kami tak perlu masuk ke perairan menuju Nikaragua. Tim ahli kami hanya melakukan pekerjaan analisis semata. 

Saat itu, kami diminta rekomendasi mengenai apakah mungkin melakukan perjalanan dengan kapal di wilayah tersebut, sebab serangan ranjau laut musuh cukup menggegerkan dunia, membuat sekutu kami terdesak dan berada dalam blokade musuh. 

Kami segera paham situasinya: ranjau milik musuh dibuat dan disebarkan menggunakan kapal jenis Piranha, yang sama dengan kapal alas datar kami. Kami memberi ide pasukan Nikaragua untuk mengatasi jebakan tersebut dan bagaimana memodifikasi kapal penyapu ranjau untuk melakukannya. Setelah kami pergi, tak ada lagi kapal yang meledak akibat ranjau,” kenang Plyachenko.

3. Afganistan. Menyerbu Kediaman Amin Hafizullah

Tak semua operasi pasukan khusus GRU berlangsung diam-diam. Salah satu operasi pasukan khusus milier Rusia yang paling terkenal ialah penyerbuan ke kediaman Sekjen Partai Demokrasi Rakyat Afganistan Amin Hafizullah di Afganistan, untuk melikuidasi dan menggantikan posisinya dengan orang yang lebih loyal kepada USSR.

Bersama dengan pasukan khusus KGB, pasukan intelejen GRU bergabung dalam operasi militer yang sulit tersebut. Mereka disebut “Batalyon Muslim”, karena batalyon tersebut diisi oleh pasukan Soviet berdarah Tajikistan, Uzbekistan, dan Turkmenistan. 

Hal itu dilakukan karena mereka dapat berbicara bahasa Farsi. Mereka dipenetrasikan ke Istana Amin sebagai penjaga. Saat penyerbuan, pasukan itu memberi bantuan besar bagi divisi lain. Operasi penyerbuan ini berjalan sukses, dan berakhir dengan tewasnya Amin. Namun, pasukan khusus GRU harus kehilangan tujuh anggotanya.

4. Perang Chechnya

Pasukan khusus GRU tak hanya ikut serta dalam operasi rahasia di mancanegara, tetapi juga di Rusia sendiri. Salah satu contoh adalah perang di Chechnya pada 1994-1995. Saat itu, GRU bertugas sebagai pengintai sekaligus penyerbu. 

Pasukan darat tak dapat menyerbu kota Grozniy karena persiapan tempur yang kurang matang, maka saat itu juga pasukan khusus dikirim untuk membantu. Fungsi utama divisi ini adalah penyelidikan dan operasi serangan sabotase, sehingga pasukan khusus GRU harus kehilangan personil dalam jumlah yang signifikan.

Tidak semua operasi militer divisi intelejen militer ini berakhir dengan keglamoran karena kerahasiaannya. Secara keseluruhan, GRU sendiri sudah mengirimkan pasukan ke lebih dari dua puluh negara Asia, Amerika Latin, dan Afrika. Namun, dokumentasi mengenai operasi-operasi tersebut tidak akan diungkapkan dalam waktu dekat

Sumber : RBTH 

No comments:

Post a Comment