Moskow dan Baghdad telah menandatangani kontrak dadakan untuk memasok
pesawat tempur Rusia Su-25 (sekitar lima sampai sepuluh unit) bagi Irak.
Pemerintah Nouri al-Maliki sedang sangat membutuhkan pesawat tempur untuk mendukung pasukan darat menghadapi kelompok ekstremis dari Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Awalnya, Irak meminta bantuan ke Amerika Serikat untuk mengebom pasukan Islam tersebut atau segera mengirim pesawat bantuan bagi Irak.
Secara teknis, itu adalah tugas yang tidak sulit bagi AS. “AS memiliki cadangan pesawat yang kondisinya jauh lebih baik daripada milik kita.
Jika mereka mau, mereka bisa memenuhi kebutuhan Irak,” pakar militer Rusia Konstantin Makiyenko menjelaskan pada RBTH.
Sumber : RBTH
Pemerintah Nouri al-Maliki sedang sangat membutuhkan pesawat tempur untuk mendukung pasukan darat menghadapi kelompok ekstremis dari Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Awalnya, Irak meminta bantuan ke Amerika Serikat untuk mengebom pasukan Islam tersebut atau segera mengirim pesawat bantuan bagi Irak.
Secara teknis, itu adalah tugas yang tidak sulit bagi AS. “AS memiliki cadangan pesawat yang kondisinya jauh lebih baik daripada milik kita.
Jika mereka mau, mereka bisa memenuhi kebutuhan Irak,” pakar militer Rusia Konstantin Makiyenko menjelaskan pada RBTH.
Namun, pemerintah AS telah menolak permintaan Irak.
Mereka bahkan menolak untuk mempercepat proses kontrak yang sudah ada.
“Irak telah menandatangani kontrak untuk mendapatkan jet tempur F16 dan
helikopter Apache, tetapi pesawat-pesawat tersebut tidak akan dikirimkan
sampai musim gugur.
Bob Menendez, Kepala Komite Hubungan Luar Negeri
AS, menolak menggeser tenggat waktu kontrak lebih awal. Menendez
menentang rezim otoriter al-Maliki, yang menindas minoritas Sunni di
negara itu.
AS khawatir ‘syiahtisasi’ rezim di Irak akan memperkuat
hubungan negara itu dengan Iran,” kata Andrei Sushentsov, mitra di Badan
Kebijakan Luar Negeri Rusia dan asisten profesor di Universitas Negeri
Moskow jurusan Hubungan Internasional.
Irak telah bekerja sama dengan Rusia secara militer, maka itu Irak berpaling ke Moskow
untuk meminta bantuan setelah menghadapi penolakan dari Washington.
“Rusia telah menandatangani kontrak senilai 4,3 miliar dengan Irak untuk
menyediakan pasokan dari sistem artileri Pantsir dan helikopter tempur
yang terdiri dari delapan buah Mi-35Ms dan sekitar 30 buah Mi-28s,” kata
Makiyenko.
“Unit-unit Mi-35M dan kelompok pertama unit Mi-28 telah
dikirim ke Irak. Kontrak penuh akan dipenuhi dalam dua sampai tiga
tahun.”
Tak Gunakan Pilot Rusia
Sejumlah sumber media AS melaporkan bahwa Rusia telah
mengirimkan pilot tempur ke Irak bersamaan dengan pengiriman pesawat
tempur. Kedutaan Besar Rusia di Irak mengonfirmasi bahwa ahli dari Rusia
saat ini sedang berada di Irak, tapi tidak akan ikut mengebom para
ekstremis.
"Mereka akan bertugas merakit peralatan yang ada dan
memastikan bahwa pesawat itu melesat dengan benar. Pilot kami tidak akan
terbang dan mengambil bagian dalam operasi militer. Hal itu terlarang,”
Duta Besar Rusia untuk Irak Ilya Morgunov mengatakan pada RIA Novosti.
Para ahli sepakat bahwa pengiriman pilot Rusia ke operasi militer Irak tidak masuk akal. “Pertama,
langkah ini akan memberi risiko serius bagi Moskow. Jika ada tentara
kita yang diambil sebagai tawanan, seluruh dunia akan menyaksikan pilot
Rusia kepalanya dipancung di Irak.
Kedua, Irak memiliki ahli
dalam negeri, serta pilot yang dikirim oleh Iran. Iran telah mengirimkan
bantuan pesawat Su-25 untuk Irak. Dalam skenario terburuk, Irak dapat
meminjam pilot dari Suriah atau mempekerjakan mereka di pasar terbuka,”
kata Ruslan Pukhov.
Secara resmi, Washington mendukung kontrak pasokan pesawat Rusia
dan Irak. “Kami tidak terkejut Irak bekerja sama dengan negara lain
untuk mendapatkan peralatan yang diperlukan.
Kami tidak menentang upaya
yang sah oleh Irak untuk memperoleh peralatan militer yang mereka
butuhkan,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki. “AS
bereaksi baik dalam menanggapi kontrak karena kami tidak melihat itu
sebagai langkah strategis Irak untuk memprioritaskan Rusia atas Amerika
Serikat.
ISIS adalah ancaman baik bagi Moskow dan Washington,” tambah
Sushentsov. “Namun, AS akan terus mengawasi hubungan Baghdad dengan
Moskow untuk memastikan bahwa pengaruh AS di Irak tidak terganggu.”
No comments:
Post a Comment