Di tengah kisruh Ukraina, NATO meningkatkan kekuatan militernya di Eropa
Timur. Moskow tak gentar menjawab ‘tantangan’ tersebut. Para pengamat
politik melihat ancaman perang dingin sudah di depan mata.
April lalu, Asisten Menteri Keamanan dan Pertahanan Amerika Serikat untuk Urusan Keamanan Internasional Derek Chollet menyatakan Departemen Militer AS telah mengirim enam pesawat tempur taktis F-15 tambahan ke Libya dan 12 pesawat tempur supersonik multifungsi F-16 serta 200 instruktur ke Polandia.
Juru Bicara Presiden Rusia Dmitry Peskov menegaskan Rusia harus
mengambil tindakan demi menjamin keamanannya sendiri. “Satu langkah lagi
NATO mendekati perbatasan Rusia, maka bersiaplah untuk menyusun ulang
seluruh arsitektur pertahanan Eropa,” ujar Peskov.
Sumber : RBTH
April lalu, Asisten Menteri Keamanan dan Pertahanan Amerika Serikat untuk Urusan Keamanan Internasional Derek Chollet menyatakan Departemen Militer AS telah mengirim enam pesawat tempur taktis F-15 tambahan ke Libya dan 12 pesawat tempur supersonik multifungsi F-16 serta 200 instruktur ke Polandia.
Sebelumnya, pada bulan Maret, kapal perusak Amerika
yang dilengkapi dengan sistem tempur Aegis muncul di perairan Laut
Hitam. Kepala Bidang Militer NATO juga telah membuat rute pengintaian
udara untuk pesawat terbang, serta pemantau ruang udara yang dilengkapi Air Warning and Control Systems di Rumania dan Bulgaria.
Itu baru permulaan. Komandan Utama Pasukan Gabungan
Eropa, Jendral Angkatan Udara Amerika Serikat Philip Breedlove
menyatakan, mereka siap bertindak lebih jauh jika dibutuhkan.
Langkah-langkah spesifik yang disebut Breedlove adalah penguatan
angkatan udara dan laut yang menjaga keamanan perbatasan negara-negara
aliansi Barat dari Laut Baltik hingga Laut Hitam.
Barat mengambil tindakan tersebut sehubungan dengan kebijakan yang diambil Rusia terkait Ukraina dan bergabungnya Semenanjung Krimea dengan Rusia. Sementara itu, Moskow mempunyai dasar pemikiran yang berbeda.
Presiden Rusia Vladimir Putin
menyatakan bahwa keputusan Rusia terkait Krimea disebabkan ancaman
bergabungnya Ukraina ke NATO. ”Saat infrastruktur militer asing mendekat
ke perbatasan kami, kami harus mengambil langkah balasan,” ujar Putin
pada Kamis (17/4) lalu.
Menurut Putin, jika pasukan NATO masuk ke Krimea,
mereka tentu membawa senjata tempur. “Hal itu akan membuat Rusia
terdesak di Laut Hitam,” terang pemimpin Rusia tersebut. Putin
mengingatkan bahwa negara-negara NATO sebelumnya pernah menyatakan tidak
akan memperluas bloknya, namun kenyatannya mereka mengingkari janji
tersebut.
Kolonel Konstantin Sivkov yang telah menjadi staf
umum angkatan militer Rusia selama bertahun-tahun menerangkan, serangan
non-nuklir kini dilakukan menggunakan pesawat tempur berbasis carrier
dan peluru kendali jelajah bersayap dari laut, seperti di Libya. Rusia
sebagai negara adidaya terhindar dari ancaman tersebut.
Namun, jika
Ukraina bergabung dengan NATO, maka pusat administrasi dan militer
Rusia, pusat komunikasi strategis, dan bahkan persenjataan nuklir
strategis Rusia akan masuk dalam jangkauan serangan pertahanan udara
taktis NATO yang memiliki radius 500 kilometer.
Bila NATO melancarkan
serangan mendadak, Rusia terancam tak sempat melakukan antisipasi.
Sementara persenjataan rudal Rusia yang tersisa dapat dihancurkan oleh
pertahanan misil Eropa yang saat ini aktif dikerahkan di Eropa Timur dan
di sekitar garis pantai Rusia di Laut Utara.
Bergabungnya Ukraina ke NATO tentu akan memperburuk
hubungan Rusia-Ukraina. Tapi hal itu sangat mungkin terjadi, apalagi
setelah penurunan paksa Presiden Ukraina Viktor Yanukovich dan Ukraina dikuasai pemerintah sementara pro-AS yang dipimpin Yatshinyuk-Turchinov.
Jika Ukraina bergabung dengan NATO, maka krisis Rudal
Kuba yang terjadi pada masa perang dingin akan terulang. Ketika itu AS
menaruh rudal nuklir jarak menengah di Turki, dan sebagai balasannya,
Khrushev, Perdana Menteri Soviet saat itu, menaruh rudal di Kuba.
Dalam latihan perang berskala besar pada peringatan Hari Kemenangan Rusia,
Jumat (9/5) lalu, Kremlin telah mendemonstrasikan bagaimana situasi
akan berkembang bila hal ini terus berlanjut. Pada latihan itu, rudal balistik antar benua Topol diluncurkan dari kosmodrom di Plesetsk.
Kapal selam armada Laut Utara dan Samudera Pasifik juga meluncurkan dua rudal
balistik. Sementara, pasukan Rusia meluncurkan roket dari sistem
peluncur rudal balistik taktis bergerak Iskander-M. Dalam skenario
latihan, Rusia juga memperhitungkan perlawanan setelah melancarkan
serangan rudal nuklir besar-besaran.
Moskow
mengumumkan telah melakukan penguatan armada Laut Hitam secara
signifikan untuk menjaga pertahanan Rusia dari arah selatan, dan armada
Laut Mediterania juga akan ditingkatkan.
Selain itu, sistem peluncur
rudal balistik bergerak Iskander-M sudah ditempatkan di Kaliningrad. Sistem rudal tersebut memiliki jarak luncur ke seluruh Eropa Tengah.
Sumber : RBTH
No comments:
Post a Comment