Pasca PD II, dunia kembali dilanda ketakutkan, dengan terbaginya
dunia menjadi dua blok besar, yakni Blok Barat dan Blok Timur.
Blok Barat dipimpin oleh AS, sedangkan Blok Timur dipimpin oleh Uni Soviet.Timur dipimpin oleh Uni Soviet.
Dua blok ini tidak melakukan peperangan secara terbuka, melainkan melakukan perang intelijen antar kedua blok, terutama antara AS dan Uni Soviet.
Berbagai cara dilakukan kedua Negara dalam perang intelijen, mulai dari mengirimkan agen intelijennya ke Negara musuh, merekrut orang – orang lokal asal negara musuh, sampai menggunakan teknologi pesawat dan satelit.
Setelah Uni Soviet bubar dan perang dingin berakhir, kegiatan memata-matai negara lain dengan menggunakann satelit tidak begitu sajaberakhir, justru malah meningkat.
Adalah AS, Kanada, Inggris, Selandia Baru dan Australia,negara-negara mantan Blok Barat yang bekerjasama dalam melakukan kegiatan intelijen dengan menggunakan sistem bernama Echelon.
Kerjasama ini dilakukan antar badan intelijen, khususnya intelijen sinyal/signal intelligence (SIGINT).
Kerjasama penggunaan satelit mata-mata antar negara ini telah berlangsung lama dan dirahasiakan, karena banyak pihak yang merasa keberatan dalam menggunakan satelit mata-mata untuk mengawasi privasi orang lain.
Pada 23 Mei 1999, Australia secara mengejutkan mengumumkan bahwa negara kangguru ini telah ambil bagian dari sistem pengawasan elektronik global yang dapat mencegat komunikasi komersial dan pribadi dan berbagai negara.
Pengakuan ini, menjadikan Negara asal suku aborigin ini menjadi negara pertama yang mengakui bahwa negaranya telah memata-matai Negara lain melalui satelit.
Setelah Australia mengakui menggunakan sistem satelit dalam mencari dan menerjemahkan sinyal intelijen diseluruh dunia, negara-negara yang bekerjasama dengan Australia, akhirnya satu persatu mengakui hal tersebut.
Bahkan, setelah semua negara itu mengakuinya, kerjasama itu semakin meningkat.
Apalagi semenjak insiden tragedi 9/11, kerjasama intelijen sinyal semakin diperkuat, dengan memfokuskan mencari keberadaan kelompok teroris di berbagai belahan dunia.
Dari sistem ini juga Australia menyatakan bahwa mereka memiliki bukti-bukti kuat mengenai keterlibatan TNI dalam berbagai aksi kekerasan di Timor Timur pada 1975 dan pada saat referendum 1999.
Sumber : Inilah
Blok Barat dipimpin oleh AS, sedangkan Blok Timur dipimpin oleh Uni Soviet.Timur dipimpin oleh Uni Soviet.
Dua blok ini tidak melakukan peperangan secara terbuka, melainkan melakukan perang intelijen antar kedua blok, terutama antara AS dan Uni Soviet.
Berbagai cara dilakukan kedua Negara dalam perang intelijen, mulai dari mengirimkan agen intelijennya ke Negara musuh, merekrut orang – orang lokal asal negara musuh, sampai menggunakan teknologi pesawat dan satelit.
Setelah Uni Soviet bubar dan perang dingin berakhir, kegiatan memata-matai negara lain dengan menggunakann satelit tidak begitu sajaberakhir, justru malah meningkat.
Adalah AS, Kanada, Inggris, Selandia Baru dan Australia,negara-negara mantan Blok Barat yang bekerjasama dalam melakukan kegiatan intelijen dengan menggunakan sistem bernama Echelon.
Kerjasama ini dilakukan antar badan intelijen, khususnya intelijen sinyal/signal intelligence (SIGINT).
Kerjasama penggunaan satelit mata-mata antar negara ini telah berlangsung lama dan dirahasiakan, karena banyak pihak yang merasa keberatan dalam menggunakan satelit mata-mata untuk mengawasi privasi orang lain.
Pada 23 Mei 1999, Australia secara mengejutkan mengumumkan bahwa negara kangguru ini telah ambil bagian dari sistem pengawasan elektronik global yang dapat mencegat komunikasi komersial dan pribadi dan berbagai negara.
Pengakuan ini, menjadikan Negara asal suku aborigin ini menjadi negara pertama yang mengakui bahwa negaranya telah memata-matai Negara lain melalui satelit.
Setelah Australia mengakui menggunakan sistem satelit dalam mencari dan menerjemahkan sinyal intelijen diseluruh dunia, negara-negara yang bekerjasama dengan Australia, akhirnya satu persatu mengakui hal tersebut.
Bahkan, setelah semua negara itu mengakuinya, kerjasama itu semakin meningkat.
Apalagi semenjak insiden tragedi 9/11, kerjasama intelijen sinyal semakin diperkuat, dengan memfokuskan mencari keberadaan kelompok teroris di berbagai belahan dunia.
Dari sistem ini juga Australia menyatakan bahwa mereka memiliki bukti-bukti kuat mengenai keterlibatan TNI dalam berbagai aksi kekerasan di Timor Timur pada 1975 dan pada saat referendum 1999.
Sumber : Inilah
No comments:
Post a Comment