Komandan regional Organisasi Papua Merdeka (OPM), Danny Kogoya,
dilaporkan meninggal dunia pada Minggu, 15 Desember 2013 lalu. Namun,
hingga kini penyebab kematiannya masih belum diketahui.
Stasiun berita ABC News, Kamis 19 Desember 2013, melansir
bahwa Kogoya meninggal di kota Vanimo, tempat di mana selama ini dia
berlindung agar tidak ditahan kembali oleh otoritas Indonesia. Kogoya
sudah menjadi buronan pihak Kepolisian RI sejak Mei lalu.
Laporan awal menyebut infeksi kaki sebelah kanan paska diamputasi
paksa oleh polisilah yang dianggap menjadi penyebab kematian Kogoya.
Namun, seorang dokter di RS General Vanimo mengatakan Kogoya pernah
dirawat akibat menderita gagal hati.
Sementara juru bicara keluarga Kogoya, Jeffrey Bomanak, menuduh
pihak Konsulat Jenderal Indonesia turut campur dalam rencana RS Vanimo
untuk mengautopsi jasad Kogoya. Bomanak menuduh Konsuljen Vanimo meminta
pihak RS agar tidak melakukan autopsi terhadap jenazah Kogoya.
Pihak keluarga sendiri menginginkan agar jasad Kogoya dibawa
kembali ke Jayapura, di mana kakinya yang diamputasi dikuburkan.
"Separuh dari kakinya telah dikubur di sana. Jadi, tidak mungkin kami
memakamkan jasadnya di sini. Itu merupakan tindakan yang keliru," kata
Bomanak.
Namun, hingga kini belum diketahui dengan pasti, kapan jasad Kogoya akan dimakamkan.
Kogoya ditangkap oleh Polisi karena terlibat dalam aksi penembakkan
dan pembacokan di Nafri yang menewaskan empat orang pada tahun
2011-2012 silam. Dia tertangkap saat dilakukan penggrebekan di Hotel
Dany, Entrop pada 2 September 2012.
Ketika hendak melarikan diri, polisi berhasil menembak kaki
kanannya. Oleh sebab itu, kaki kanannya harus diamputasi saat dia dibui,
karena timah panas yang dimuntahkan memecahkan tulang kering.
Kepada ABC News yang pernah mewawancarainya, Kogoya
mengaku proses amputasi kakinya dilakukan secara paksa, karena
sebenarnya dia tidak menginginkan hal itu. "Kaki ini diamputasi demi
OPM. Saya meminta kemerdekaan dan menuntut agar Papua Barat keluar dari
Republik Indonesia," ungkap Kogoya saat itu.
Menurut data ABC News, pada Juli lalu, Kogoya memimpin
tentara OPM sekitar tujuh ribu orang. Sebanyak 200 orang di antaranya
merupakan pejuang aktif.
Sumber : Vivanews
No comments:
Post a Comment