Monday 23 December 2013

Sudan Selatan Kehilangan Kota Bentiu

Bekas Wakil Presiden Sudan Selatan, Riek Machar, mengatakan kepada Al Jazeera, Ahad, 22 Desember 2013, dia ingin menjadi pemimpin masa depan menyusul pemerintah telah kehilangan ibu kota persatuan, Bentiu.

Pernyataan Machar disampaikan pada Ahad, 22 Desember 2013, di tengah kecamuk perang di negara paling muda di dunia yang telah berlangsung kurang lebih satu pekan setelah Presiden Salva Kiir menuduh Machar melakukan kudeta. Namun demikian, tuduhan itu dibantah Mahar seraya menuduh Kiir berusaha melenyapkannya.

Berbicara kepada Al Jazeera pada Ahad, 22 Desember 2013, Machar mengatakan dia ingin menjadi pemimpin masa depan di negara tersebut (Sudan Selatan). Oleh sebab itu, dia akan mengikuti pemilu pada 2015 mendatang. "Kiir (Presiden Salva Kiir) harus turun," ujarnya.

Dia menerangkan, pasukannya kini telah menguasai Bentiu, ibu kota persatuan negara yang sekaligus dijadikan menjadi pusat sebuah pemerintahan militer.

Juru bicara militer Sudan Selatan, Kolopnel Philip Aguer, membenarkan bahwa Bentiu telah jatuh ke tangan pasukan komando loyalis Machar. "Bentiu telah dikuasai oleh pasukan komando yang menyatakan loyal terhadap Machar," katanya. "Bentiu tidak di tangan kami lagi."

Pertempuran di Sudah Selatan yang telah berlangsung selama kurang lebih satu minggu menyebabkan ratusan orang tewas dan puluhan ribu orang lainnya mengungsi untuk berlindung di kompleks PBB atau mencari daerah yang lebih aman.

Sudan Selatan menyatakan kemedekaannya dari Sudan pada 2011. Akan tetapi, negeri belia ini terus-menerus dibelit oleh masalah konflik etnis, korupsi, dan kemiskinan.

Utusan khusus dari Amerika Serikat dan Nigeria terbang ke ibu kota Juba pada Ahad, 22 Desember 2013 menyusul utusan dari menteri-menteri luar negeri Afrika Timur dan permintaan Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon agar konflik mematikan di Sudan Selatan segera diakhiri.


Sumber : Tempo

No comments:

Post a Comment