Pemimpin
Al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri, secara mengejutkan menyatakan perang
terhadap ISIS bertepatan dengan 14 tahun peringatan serangan 11
September 2001 atau 9/11 terhadap WTC. Permusuhan kedua kelompok
dianggap jadi kesempatan Amerika Serikat (AS) untuk mengadu domba
keduanya.
Deklarasi perang itu muncul dalam pesan audio Zawahiri yang dirilis pada hari Rabu lalu. Zawahiri sejatinya adalah seorang dokter Mesir. Dia menggantikan Osama bin Laden untuk memimpin al-Qaeda setelah Osama tewas dibunuh pasukan khusus AS.
Dalam pesan audio, Zawahiri menuduh pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Abu Bakar al-Baghdadi, telah membuat hasutan. Dia menegaskan, pemimpin ISIS bukanlah pemimpin semua umat Islam atau dikenal dengan istilah “khalifah”.
”Semua orang terkejut dengan deklarasi Baghdadi bahwa dia adalah khalifah keempat dalam sejarah Islam,” bunyi suara Zawahiri dalam pesan tersebut. Menurutnya, Baghdadi melakukan hasutan terhadap kelompok lain dan menyatakan diri sebagai "khalifah" tanpa berkonsultasi dengan semua Muslim.
Dalam pesan suara itu pula, Zawahiri menegaskan bahwa pihaknya tidak sudi melegitimasi ISIS. ”Kami lebih suka untuk merespons dengan sesedikit mungkin, keluar dari perhatian kita untuk memadamkan api penghasutan,” ujarnya.
“Tapi Abu Bakar al-Baghdadi dan saudara-saudaranya tidak memberikan kita pilihan, karena mereka telah menuntut semua mujahidin bersumpah setia dan menolak dikonfirmasi, dan membaiat mereka atas apa yang mereka klaim sebagai kekhalifahan,” lanjut pesan Zawahiri.
Bekas Direktur Pusat Kontraterorisme Nasional AS, Mathew Olsen, yang kini menjadi ahli intelijen mengatakan, suara Zawahiri menunjukkan permusuhan yang tak terdamaikan antara Al-Qaeda dan ISIS.
”Ini menyoroti seberapa dalam (perseteruan) di divisi ini antara kepemimpinan Al-Qaeda dan ISIS. Ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang tak terdamaikan,” ujar Olsen kepada ABC News, Jumat (11/9/2015).
Olsen mengatakan, AS bisa mengeksploitasi perbedaan antara kedua kelompok itu untuk mengadu mereka satu satu sama lain dan mendorong pembunuhan antar-kelompok “jihad”.
Pakar kontraterorisme, Nicholas Palarino, menyerukan negara-negara Muslim moderat untuk mengeksploitasi pertikaian di antara kedua kelompok itu. ”Para pemimpin Yordania, Kuwait, Arab Saudi dan Mesir dapat menjelaskan perbedaan antara kedua kelompok ini dengan umat Muslim di dunia,” kata mantan penasihat kontraterorisme kongres AS itu.
Sedangkan mantan agen CIA, Michael Hayden, mengatakan kepada ABC News bahwa banyak pihak selalu berpikir jika kematian Osama bin Laden akan menyebabkan perpecahan di antara kelompok-kelompok radikal. "Tampaknya itu telah dimainkan,” katanya.
Sumber : Sindo
No comments:
Post a Comment