Gedung Putih menyebut operasi menyasar pemimpin keuangan ISIS, Abu
Sayyaf, pada Sabtu, 16 Mei 2015, merupakan pukulan signifikan untuk
mengganggu keuangan kelompok radikal di Irak dan Suriah itu.
Misi pasukan elite Amerika Serikat (AS) itu, juga disebut memperlihatkan kesediaan Presiden Barack Obama mengambil risiko, untuk mengerahkan pasukan darat AS dalam operasi militer terbatas, selain serangan udara selama ini.
"Pikirkan dia (Abu Sayyaf) sebagai Chief Finance Officer ISIS," kata seorang pejabat AS yang dikutip Reuters, Minggu, 17 Mei 2015. Pasukan AS disebut telah berlatih selama berminggu-minggu di Irak, sebelum menjalankan operasi.
Unit komando AS diklaim membuat perencanaan, serta berlatih dengan menggunakan rekaman video, dari kegiatan pengintaian yang dilakukan menggunakan drone.
Washington tidak menginginkan terulangnya kegagalan operasi pasukan khusus AS di Suriah pada 2014, untuk menyelamatkan seorang warga AS dan beberapa warga asing lain yang disandera ISIS.
Seorang pejabat mengatakan, Obama memberi lampu hijau, setelah ada data intelijen yang terpercaya bahwa sasaran ada di lokasi. Misi pun dimulai sekitar pukul 04.00 pagi waktu setempat.
Pasukan khusus AS juga menggunakan anjing-anjing militer dalam operasi. Seorang wanita tergigit, serta seorang lainnya tertembak di tangan, telah dibawa ke rumah sakit.
Tidak ada warga sipil yang terluka dalam operasi itu. Namun, seorang perempuan Yazidi yang dijadikan budak oleh Abu Sayyaf dan istrinya, berhasil diselamatkan dari kediaman yang mewah itu.
Terdapat kolam renang dan lapangan tenis di lokasi. ISIS dilaporkan berusaha mengirim pasukan tambahan, termasuk beberapa truk penuh militan, yang tiba setelah pasukan AS telah meninggalkan lokasi.
Seorang sumber lokal mengatakan, para militan terkejut bagaimana pasukan AS mengetahui dengan baik susunan infrastruktur di lokasi, yang terdiri dari sekitar 50 bangunan.
Sekitar 1.000 orang disebut tinggal di kompleks kediaman, yang sebelumnya diperuntukkan bagi para pekerja ladang minyak Suriah itu.
Sumber : Viva
Misi pasukan elite Amerika Serikat (AS) itu, juga disebut memperlihatkan kesediaan Presiden Barack Obama mengambil risiko, untuk mengerahkan pasukan darat AS dalam operasi militer terbatas, selain serangan udara selama ini.
"Pikirkan dia (Abu Sayyaf) sebagai Chief Finance Officer ISIS," kata seorang pejabat AS yang dikutip Reuters, Minggu, 17 Mei 2015. Pasukan AS disebut telah berlatih selama berminggu-minggu di Irak, sebelum menjalankan operasi.
Unit komando AS diklaim membuat perencanaan, serta berlatih dengan menggunakan rekaman video, dari kegiatan pengintaian yang dilakukan menggunakan drone.
Washington tidak menginginkan terulangnya kegagalan operasi pasukan khusus AS di Suriah pada 2014, untuk menyelamatkan seorang warga AS dan beberapa warga asing lain yang disandera ISIS.
Seorang pejabat mengatakan, Obama memberi lampu hijau, setelah ada data intelijen yang terpercaya bahwa sasaran ada di lokasi. Misi pun dimulai sekitar pukul 04.00 pagi waktu setempat.
Pasukan khusus AS juga menggunakan anjing-anjing militer dalam operasi. Seorang wanita tergigit, serta seorang lainnya tertembak di tangan, telah dibawa ke rumah sakit.
Tidak ada warga sipil yang terluka dalam operasi itu. Namun, seorang perempuan Yazidi yang dijadikan budak oleh Abu Sayyaf dan istrinya, berhasil diselamatkan dari kediaman yang mewah itu.
Terdapat kolam renang dan lapangan tenis di lokasi. ISIS dilaporkan berusaha mengirim pasukan tambahan, termasuk beberapa truk penuh militan, yang tiba setelah pasukan AS telah meninggalkan lokasi.
Seorang sumber lokal mengatakan, para militan terkejut bagaimana pasukan AS mengetahui dengan baik susunan infrastruktur di lokasi, yang terdiri dari sekitar 50 bangunan.
Sekitar 1.000 orang disebut tinggal di kompleks kediaman, yang sebelumnya diperuntukkan bagi para pekerja ladang minyak Suriah itu.
Sumber : Viva
No comments:
Post a Comment