Meski Perang Korea berakhir pada 1953, secara
teknis, Korea Utara dan Korea Selatan masih berperang karena perang itu
dihentikan hanya oleh perjanjian gencatan senjata.
Selama itu, Korea Utara terus memperkuat militernya yang secara jumlah personel jauh di atas militer Korea Selatan. Dari perbandingan jumlah personel dan artileri, Korea Utara unggul dua berbanding satu dibanding tetangganya itu.
Namun, banyaknya prajurit bersenjatakan senapan mesin ringan tak sekaligus berarti sebuah dominasi militer bisa diraih. Jumlah personel dan peralatan angkatan bersenjata Korea Utara memang sangat besar, tetapi peralatan dan persenjataannya sebagian besar sudah usang.
Di atas kertas, negeri komunis itu memiliki 563 pesawat terbang yang dapat beroperasi. Kenyataannya, semua pesawat itu pernah tak diterbangkan untuk sementara waktu pada 2014 karena masalah kurangnya perawatan.
"Korea Utara sejauh ini masih mengandalkan peralatan tempur usang di seluruh ketiga angkatannya," demikian analisis Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS).
Sementara itu, angkatan bersenjata Korea Selatan berjumlah lebih kecil, tetapi memiliki peralatan tempur yang jauh lebih baik dan modern yang diperoleh dari sekutu utamanya, Amerika Serikat.
Kenyataannya, dalam hal persenjataan konvensional, militer Korea Utara bisa dikatakan kalah jauh dibanding militer Korea Selatan. Itulah sebabnya rezim negeri itu terus mencoba mengembangkan persenjataan nuklir.
Hanya dengan memiliki senjata nuklir, Korea Utara bisa berada di atas militer Korea Selatan dan memastikan negeri itu terhindar dari kekalahan militer.
Dalam satu dekade terakhir, Korea Utara telah mencapai kemajuan dari hanya memiliki beberapa bom atom kuno hingga memiliki persenjataan nuklir lengkap yang terdiri atas 20 hulu ledak nuklir yang bisa dipasangkan ke misil jarak menengah dan pendek.
Kini, Korea Utara sedang mengembangkan kemampuan meluncurkan misil nuklir dari kapal selam. Jika kemampuan ini dikuasai Korea Utara, secara teori, negeri itu bisa menyerang Amerika Serikat.
Jika hulu-hulu ledak itu bisa disembunyikan di dalam kapal selam, persenjataan nuklir Korea Utara akan sulit dihancurkan.
Selain itu, Korea Utara juga fokus memperkuat beberapa sektor persenjataan konvensional, khususnya angkatan darat, yang memiliki 21.000 senjata artileri yang sebagian besar diarahkan ke ibu kota Korea Selatan, Seoul. Karena itu, pada masa perang, persenjataan artileri itu bisa menghujani Seoul dengan ribuan peluru.
Berikut perbandingan militer kedua Korea.
1. Prajurit
Korea Utara: 1.000.000 personel.
Korea Selatan: 522.000 personel.
2. Tank
Korea Utara: 3.500 buah.
Korea Selatan: 2.414 buah.
3. Artileri
Korea Utara: 21.100 unit.
Korea Selatan: 11.000 unit.
4. Kapal selam
Korea Utara: 72 unit.
Korea Selatan: 23 unit.
5. Fregat
Korea Utara: 3 kapal.
Korea Selatan: 14 kapal.
6. Kapal perusak
Korea Utara: 0
Korea Selatan: 6 buah kapal.
7. Pesawat tempur
Korea Utara: 563 unit.
Korea Selatan: 517 unit.
Sumber : Kompas
Selama itu, Korea Utara terus memperkuat militernya yang secara jumlah personel jauh di atas militer Korea Selatan. Dari perbandingan jumlah personel dan artileri, Korea Utara unggul dua berbanding satu dibanding tetangganya itu.
Namun, banyaknya prajurit bersenjatakan senapan mesin ringan tak sekaligus berarti sebuah dominasi militer bisa diraih. Jumlah personel dan peralatan angkatan bersenjata Korea Utara memang sangat besar, tetapi peralatan dan persenjataannya sebagian besar sudah usang.
Di atas kertas, negeri komunis itu memiliki 563 pesawat terbang yang dapat beroperasi. Kenyataannya, semua pesawat itu pernah tak diterbangkan untuk sementara waktu pada 2014 karena masalah kurangnya perawatan.
"Korea Utara sejauh ini masih mengandalkan peralatan tempur usang di seluruh ketiga angkatannya," demikian analisis Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS).
Sementara itu, angkatan bersenjata Korea Selatan berjumlah lebih kecil, tetapi memiliki peralatan tempur yang jauh lebih baik dan modern yang diperoleh dari sekutu utamanya, Amerika Serikat.
Kenyataannya, dalam hal persenjataan konvensional, militer Korea Utara bisa dikatakan kalah jauh dibanding militer Korea Selatan. Itulah sebabnya rezim negeri itu terus mencoba mengembangkan persenjataan nuklir.
Hanya dengan memiliki senjata nuklir, Korea Utara bisa berada di atas militer Korea Selatan dan memastikan negeri itu terhindar dari kekalahan militer.
Dalam satu dekade terakhir, Korea Utara telah mencapai kemajuan dari hanya memiliki beberapa bom atom kuno hingga memiliki persenjataan nuklir lengkap yang terdiri atas 20 hulu ledak nuklir yang bisa dipasangkan ke misil jarak menengah dan pendek.
Kini, Korea Utara sedang mengembangkan kemampuan meluncurkan misil nuklir dari kapal selam. Jika kemampuan ini dikuasai Korea Utara, secara teori, negeri itu bisa menyerang Amerika Serikat.
Jika hulu-hulu ledak itu bisa disembunyikan di dalam kapal selam, persenjataan nuklir Korea Utara akan sulit dihancurkan.
Selain itu, Korea Utara juga fokus memperkuat beberapa sektor persenjataan konvensional, khususnya angkatan darat, yang memiliki 21.000 senjata artileri yang sebagian besar diarahkan ke ibu kota Korea Selatan, Seoul. Karena itu, pada masa perang, persenjataan artileri itu bisa menghujani Seoul dengan ribuan peluru.
Berikut perbandingan militer kedua Korea.
1. Prajurit
Korea Utara: 1.000.000 personel.
Korea Selatan: 522.000 personel.
2. Tank
Korea Utara: 3.500 buah.
Korea Selatan: 2.414 buah.
3. Artileri
Korea Utara: 21.100 unit.
Korea Selatan: 11.000 unit.
4. Kapal selam
Korea Utara: 72 unit.
Korea Selatan: 23 unit.
5. Fregat
Korea Utara: 3 kapal.
Korea Selatan: 14 kapal.
6. Kapal perusak
Korea Utara: 0
Korea Selatan: 6 buah kapal.
7. Pesawat tempur
Korea Utara: 563 unit.
Korea Selatan: 517 unit.
Sumber : Kompas
No comments:
Post a Comment