Seorang mata-mata Rusia yang ditangkap Badan Penyelidik Federal (FBI)
ternyata berpofesi sebagai bankir di New York, Amerika Serikat.
Bankir yang diidentifikasi bernama Evgeny Buryakov dituduh bekerja dengan agen badan intelijen asing Rusia, the SVR, sebagai agen "tidak resmi yang menyamar".
"Secara spesifik, Buryakov menjadi seorang pegawai di sebuah bank Rusia yang kantornya berada di Manhattan," demikian tertulis dalam dokumen pemerintah AS.
Buraykov ditangkap karena dituduh terlibat dalam jaringan mata-mata yang melibatkan dua orang lainnya, kata Kementerian Kehakiman.
Dua orang lainnya, teridentifikasi bernama Igor Sporyshev dan Victor Podobnyy, telah bekerja di AS sebelumnya mewakili Rusia dan dilindungi dengan imunitas diplomatik.
Sporyshev bekerja sebagai perwakilan perdagangan bagi Rusia di New York hingga akhir tahun lalu dan Podobnyy adalah seorang atase Misi Permanen Federasi Rusia bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Tuduhan ini mendemonstrasikan komitmen tegas kami untuk memerangi upaya agen samaran yang secara ilegal mengumpulkan data intelijen dan merekrut mata-mata di Amerika," kata Jaksa Agung Eric Holder dalam pernyataannya.
"Kami akan menggunakan segala cara untuk mengidentifikasi dan bertanggung jawab terhadap agen asing yang beroperasi di dalam negeri ini, tidak peduli seberapa tertutupnya mereka."
Seorang agen samaran tidak resmi biasanya ditujukan kepada seorang mata-mata yang bekerja di luar negeri tanpa mendapatkan perlindungan imunitas.
Seperti dideskripsikan dalam dokumen pengadilan, "dalam banyak hal (agen samaran) tidak pernah teridentifikasi sebagai agen intelijen oleh pemerintah asalnya. Sehingga agen samaran adalah aset intelijen yang sangat bernilai bagi SVR."
Buryakov terdaftar sebagai deputi perwakilan di Vnewshevonombank milik Rusia di AS yang berbasis di Manhattan. Juru bicara bank pemerintah Rusia itu menolak berkomentar saat dimintai keterangan oleh ABC News.
Para pejabat federal mengatakan jaringan mata-mata ditugaskan ole Moskow untuk mengumpulkan informasi, termasuk informasi soal potensi sanksi AS terhadap Rusia dan upaya AS membangun sumber energi alternatif.
Ketiga orang itu didudga bekerja bagi sebuah divisi di Badan Intelijen Rusia yang dinamakan "Direktorat ER" yang berfokus pada isu ekonomi.
FBI mulai menelurusuri jejak trio mata-mata ini setelah penangkapan pada 2010 terhadap Anna Chapman dan sembilan orang lainnya yang dikenal dengan sebutan "The Illegals". Ketiga orang itu dituduh mencoba merekrut wanita sebagai mata-mata Rusia.
Ketiga agen itu bertemu secara reguler dan berkomunikasi menggunakan cara tradisional dan menggunakan kode untuk bertukar informasi intelijen.
Untuk berbagi informasi, dokumen pengadilan menyatakan bahwa berbagai pertemuan rahasia kerap dilakukan di luar ruangan dengan bertukar tas, majalah atau sepucuk kertas.
"Ini adalah kasus klasik espionase, saya pikir bahwa kita mengetahui bagaimana kasus ini ditangani Rusia dan juga FBI. FBI sangat bagus dalam hal ini. Saya tidak akan menggunakan hal lain melawan FBI dengan mencoba menggelar espionase di Amerika," kata Mark Stout, mantan analis CIA.
Christopher Swift, pakar keamanan nasional dari Universitas Georgetown, mengatakan cara penyerangan yang dilakukan FBI akan menjadi bahaya nyata bagi mata-mata AS di Rusia.
"Saya tidak ingin menjadi diplomat Amerika atau pegawai CIA samaran saat ini," katanya.
"Ketegangan dengan Rusia semakin tajam terkait Urkraina, dan Kremlin kemungkinan akan membalas."
Sumber : Beritasatu
Bankir yang diidentifikasi bernama Evgeny Buryakov dituduh bekerja dengan agen badan intelijen asing Rusia, the SVR, sebagai agen "tidak resmi yang menyamar".
"Secara spesifik, Buryakov menjadi seorang pegawai di sebuah bank Rusia yang kantornya berada di Manhattan," demikian tertulis dalam dokumen pemerintah AS.
Buraykov ditangkap karena dituduh terlibat dalam jaringan mata-mata yang melibatkan dua orang lainnya, kata Kementerian Kehakiman.
Dua orang lainnya, teridentifikasi bernama Igor Sporyshev dan Victor Podobnyy, telah bekerja di AS sebelumnya mewakili Rusia dan dilindungi dengan imunitas diplomatik.
Sporyshev bekerja sebagai perwakilan perdagangan bagi Rusia di New York hingga akhir tahun lalu dan Podobnyy adalah seorang atase Misi Permanen Federasi Rusia bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Tuduhan ini mendemonstrasikan komitmen tegas kami untuk memerangi upaya agen samaran yang secara ilegal mengumpulkan data intelijen dan merekrut mata-mata di Amerika," kata Jaksa Agung Eric Holder dalam pernyataannya.
"Kami akan menggunakan segala cara untuk mengidentifikasi dan bertanggung jawab terhadap agen asing yang beroperasi di dalam negeri ini, tidak peduli seberapa tertutupnya mereka."
Seorang agen samaran tidak resmi biasanya ditujukan kepada seorang mata-mata yang bekerja di luar negeri tanpa mendapatkan perlindungan imunitas.
Seperti dideskripsikan dalam dokumen pengadilan, "dalam banyak hal (agen samaran) tidak pernah teridentifikasi sebagai agen intelijen oleh pemerintah asalnya. Sehingga agen samaran adalah aset intelijen yang sangat bernilai bagi SVR."
Buryakov terdaftar sebagai deputi perwakilan di Vnewshevonombank milik Rusia di AS yang berbasis di Manhattan. Juru bicara bank pemerintah Rusia itu menolak berkomentar saat dimintai keterangan oleh ABC News.
Para pejabat federal mengatakan jaringan mata-mata ditugaskan ole Moskow untuk mengumpulkan informasi, termasuk informasi soal potensi sanksi AS terhadap Rusia dan upaya AS membangun sumber energi alternatif.
Ketiga orang itu didudga bekerja bagi sebuah divisi di Badan Intelijen Rusia yang dinamakan "Direktorat ER" yang berfokus pada isu ekonomi.
FBI mulai menelurusuri jejak trio mata-mata ini setelah penangkapan pada 2010 terhadap Anna Chapman dan sembilan orang lainnya yang dikenal dengan sebutan "The Illegals". Ketiga orang itu dituduh mencoba merekrut wanita sebagai mata-mata Rusia.
Ketiga agen itu bertemu secara reguler dan berkomunikasi menggunakan cara tradisional dan menggunakan kode untuk bertukar informasi intelijen.
Untuk berbagi informasi, dokumen pengadilan menyatakan bahwa berbagai pertemuan rahasia kerap dilakukan di luar ruangan dengan bertukar tas, majalah atau sepucuk kertas.
"Ini adalah kasus klasik espionase, saya pikir bahwa kita mengetahui bagaimana kasus ini ditangani Rusia dan juga FBI. FBI sangat bagus dalam hal ini. Saya tidak akan menggunakan hal lain melawan FBI dengan mencoba menggelar espionase di Amerika," kata Mark Stout, mantan analis CIA.
Christopher Swift, pakar keamanan nasional dari Universitas Georgetown, mengatakan cara penyerangan yang dilakukan FBI akan menjadi bahaya nyata bagi mata-mata AS di Rusia.
"Saya tidak ingin menjadi diplomat Amerika atau pegawai CIA samaran saat ini," katanya.
"Ketegangan dengan Rusia semakin tajam terkait Urkraina, dan Kremlin kemungkinan akan membalas."
Sumber : Beritasatu
No comments:
Post a Comment