2nd-reconnaissance battalion dalam pengintaian di Irak, foto ini
merupakan kejadian nyata saat pertempuran. Berbeda dengan pasukan khusus
Amerika lainnya, unit ini tidak dilengkapi dengan senjata canggih hanya
bermodalkan senjata dan peralatan standart. Force Recon beberapa kali
berlatih dengan TAIFIB Marinir Indonesia atau Intai Amfibi, dua unit
beda negara ini memiliki kesamaan karakter dan kemampuan.
Sejarah unit ini dimulai ketika Amerika terjun dalam perang Vietnam, pasukan ini berjibaku melawan pasukan Vietcong. Beberapa kali pertempuran berhasil dimenangkan oleh Force Recon, salah satunya pertempuran hill 448 tahun 1966, ratusan vietcong menyerang pasukan Force Recon yang hanya berjumlah 18 orang, dan berhasil menang.
Hasil seleksi yang keras dan berat, menjamin Force Recon mendapatkan operator berkemampuan diatas rata-rata. Force Recon dibekali dengan kemampuan keahlian pengendalian senjata tingkat tinggi, EOD, Sniper, kartografi, combat diver, komunikasi dan medis. Setiap divisi marinir Amerika selalu mempunyai unit Force Recon setingkat batalion (600 orang). Dengan motto Swift, Silent and Deadly menjadikan unit yang tidak pernah terdeteksi pasukan musuh ini sangat ditakuti.
Untuk menjadi pasukan Force Recon sangat berat, lari 1,6 km, pull up 20 kali, sit up 80 kali dalam 2 menit, renang 500 m bersenjata lengkap, selain itu tes mental dan pengendalian diri. Kemampuan fisik bukan utama, namun bagaimana mampu bekerja maksimal dibawah tekanan.
US Marine Force Recon tergabung dalam kecabangan marinir AS, namun saat ini Force Recon tergabung di USSOCOM sebuah organisasi yang berisi pasukan khusus. Tugas asasi dari Force Recon adalah mengintai target operasi pertempuran, tugas mereka bukanlah bertempur namun mengirimkan data intel sehingga pasukan ini sangat menghindari kontak tembak dengan pasukan musuh. Bergabung dengan pasukan ini sangatlah berat.
Us Marine Force Recon, pasukan khusus yang ahli dalam pengintaian. Pasukan ini bertugas sebagai mata dan telinga bagi pasukan Marinir yang akan melakukan operasi pendaratan amfibi, keselamatan operasi amfibi berada di tangan mereka. Pelatihan diatas rata-rata, metode pelatihan yang keras menekan fisik dan mental demi mencari personel yang mempunyai ketenangan di atas rata-rata saat berada di medan tempur.
Sumber : Tempo
Sejarah unit ini dimulai ketika Amerika terjun dalam perang Vietnam, pasukan ini berjibaku melawan pasukan Vietcong. Beberapa kali pertempuran berhasil dimenangkan oleh Force Recon, salah satunya pertempuran hill 448 tahun 1966, ratusan vietcong menyerang pasukan Force Recon yang hanya berjumlah 18 orang, dan berhasil menang.
Hasil seleksi yang keras dan berat, menjamin Force Recon mendapatkan operator berkemampuan diatas rata-rata. Force Recon dibekali dengan kemampuan keahlian pengendalian senjata tingkat tinggi, EOD, Sniper, kartografi, combat diver, komunikasi dan medis. Setiap divisi marinir Amerika selalu mempunyai unit Force Recon setingkat batalion (600 orang). Dengan motto Swift, Silent and Deadly menjadikan unit yang tidak pernah terdeteksi pasukan musuh ini sangat ditakuti.
Untuk menjadi pasukan Force Recon sangat berat, lari 1,6 km, pull up 20 kali, sit up 80 kali dalam 2 menit, renang 500 m bersenjata lengkap, selain itu tes mental dan pengendalian diri. Kemampuan fisik bukan utama, namun bagaimana mampu bekerja maksimal dibawah tekanan.
US Marine Force Recon tergabung dalam kecabangan marinir AS, namun saat ini Force Recon tergabung di USSOCOM sebuah organisasi yang berisi pasukan khusus. Tugas asasi dari Force Recon adalah mengintai target operasi pertempuran, tugas mereka bukanlah bertempur namun mengirimkan data intel sehingga pasukan ini sangat menghindari kontak tembak dengan pasukan musuh. Bergabung dengan pasukan ini sangatlah berat.
Us Marine Force Recon, pasukan khusus yang ahli dalam pengintaian. Pasukan ini bertugas sebagai mata dan telinga bagi pasukan Marinir yang akan melakukan operasi pendaratan amfibi, keselamatan operasi amfibi berada di tangan mereka. Pelatihan diatas rata-rata, metode pelatihan yang keras menekan fisik dan mental demi mencari personel yang mempunyai ketenangan di atas rata-rata saat berada di medan tempur.
Sumber : Tempo
No comments:
Post a Comment