Wednesday, 3 December 2014

Iran Bombardir Markas ISIS di Irak


Militer Iran menghujani bom ke markas kelompok militan ISIS di Irak Timur selama beberapa hari terakhir. Serangan udara tersebut dilakukan Iran tanpa berkordinasi dengan militer Amerika Serikat, yang saat ini tengah memimpin serangkaian serangan udara ke markas ISIS.

Menurut juru bicara Pentagon Laksamana John Kirby, Iran menggunakan pesawat jet phantom F-4 buatan AS untuk meluncurkan serangan udara tersebut.


Pesawat jet tersebut diperkirakan dibeli militer Iran pada era pemerintahan Shah Muhammad Reza Pahlevi, sebelum revolusi Iran tahun 1979.

"Ada indikasi bahwa mereka (Iran) memang meluncurkan serangan udara menggunakan pesawat jet phantom F-4 beberapa hari terakhir," kata Kirby, seperti ditulis International Business Times, Selasa, (2/12).

"Kami selalu berkordinasi dengan militer Irak ketika meluncurkan serangan udara," kata Kirby melanjutkan.

Diperkirakan, Iran menargetkan pejuang ISIS di wilayah Diyala, Irak, setelah sebelumnya diajak pemerintah Irak untuk bergabung memerangi ISIS lewat serangan udara.

Pemerintah Irak yang dipimpin oleh Muslim Syiah memiliki kedekatan dengan pemerintah Iran saat ini yang juga dipimpin oleh Syiah.

Sejak revolusi Iran, hubungan negara ini dengan AS memang kian merenggang, terutama soal sengketa nuklir Iran dan sanksi ekonomi negara-negara Barat yang berdampak signifikan terhadap ekonomi negara ini.

Namun, saat ini, Iran, AS dan seluruh negara di dunia menghadapi musuh bersama, yaitu ISIS.

"Kami tetap tidak akan berkordinasi dengan Iran terkait serangan udara ke markas ISIS," kata Kirby.

Sementara, Wakil Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Brigadir Jenderal Massoud Jazayeri, menyatakan bahwa kerusuhan dan sejumlah masalah yang menerjang Irak saat ini merupakan kesalahan AS.

"AS tak akan punya tempat di Irak," kata Jazayeri.

Disamping itu, fakta bahwa pesawat jet phantom F-4 masih mampu terbang dan meluncurkan serangan udara merupakan sebuah prestasi sendiri. Pasalnya, AS berhenti memasok suku cadang untuk pesawat tersebut setahun setelah Revolusi Iran tahun 1979.

Diperkirakan, Iran mampu menjaga kondisi pesawat jet tersebut menggunakan suku cadang pesawat yang dijual di pasar gelap, atau dengan memproduksi sendiri.

Meskipun demikian, pengamat menilai, tak banyak pesawat jet berusia tua yang sanggup terbang dan melancarkan serangan militer.


Sumber : CNN

No comments:

Post a Comment