Monday, 29 December 2014

Badan Militer Rusia Awasi Markas Militer AS dari Udara

Pengawasan visual terhadap tempat-tempat dan pergerakan pasukan asing dilakukan dari kabin Tu-154M LK-1, pesawat Rusia yang dirancang khusus untuk inspeksi tersebut. Namun, pesawat Tupolev itu dilarang mendarat dan keluar dari jalur penerbangan yang sudah disepakati sebelumnya. 

AS sendiri ikut mengawasi langsung pemenuhan syarat-syarat tersebut dari kabin pesawat. Selain itu, peralatan yang ada di pesawat diperiksa terlebih dahulu, apakah sudah memenuhi norma perjanjian yang telah disetujui. 

Inspeksi tanpa kontak tersebut bermaksud memenuhi perjanjian Open Skies, bertujuan mengawasi negara-negara tetangga agar tidak melakukan persiapan agresi terhadap satu sama lain. 

Perjanjian internasional yang memperkuat skema kepercayaan dan transparansi yang belum pernah terjadi sebelumnya ini telah berlaku lebih dari 20 tahun dan menyatukan lebih dari 30 negara. Perjanjian tersebut juga diikuti oleh para negara adidaya dunia, yakni Rusia dan AS.

Seperti yang diumumkan Kepala Pusat Nasional Upaya Pengurangan Bahaya Nuklir Sergey Ryzkhkov kepada koresponden koran Rossiyskaya Gazeta, penerbangan inspeksi pesawat Tu-154 di ruang udara AS berlangsung pada 8-13 Desember. 

“Pesawat kami mulai mengudara dari lapangan terbang Open Skies di Travis, negara bagian California. Jarak penerbangan maksimum pesawat adalah 4.250 kilometer. Ini merupakan komando inspektur Rusia yang ke-39 sejak awal tahun ini, terkait perjanjian Open Skies,” terang Ryzkhkov.

Perjanjian ini berlaku di area wilayah yang sangat luas, terhampar dari Vancouver, Kanada, melalui seluruh belahan Utara bola dunia, hingga Vladivostok, Rusia.

Open Skies sendiri secara khusus disusun untuk melakukan pengawasan tanpa kontak terhadap tempat-tempat dan pergerakan angkatan bersenjata negara yang bersangkutan. 

Dengan kata lain, para pengamat dapat berpatroli di atas darat dan laut, mengabadikan semua yang terjadi di bawah melalui foto dan gambar. 

Akan tetapi, pesawat tidak diizinkan untuk mendarat di luar obyek-obyek yang sudah disepakati sebelumnya. Pesawat tersebut juga dilarang keras ikut campur terhadap hal yang berlangsung di markas-markas militer.

Perjanjian Terbuka untuk Semua

Anggota perjanjian tersebut antara lain: Belarusia, Belgia, Bulgaria, Bosnia dan Herzegovina, Inggris, Hungaria, Jerman, Yunani, Georgia, Denmark, Islandia, Spanyol, Italia, Kanada, Latvia, Luksemburg, Belanda, Norwegia, Polandia, Portugal, Rusia, Rumania, Slovakia, AS, Turki, Ukraina, Finlandia, Prancis, Ceko, Swedia, serta beberapa negara lain. Perjanjian ini memiliki waktu tak terbatas dan terbuka bagi semua negara. Jumlah inspeksi akan ditentukan berdasarkan kuota khusus.

Rusia telah membentuk detasemen penerbangan khusus untuk proses pengawasan udara berdasarkan program Open Skies sejak lebih dari 10 tahun lalu. Rusia menjadi negara pertama yang bergabung dalam perjanjian Open Skies, yang memasang sistem optik elektronik muktahir di pesawat-pesawat pengawasan mereka sendiri.

Foto dan video yang dibuat dengan bantuan sistem tersebut memiliki kualitas gambar tinggi dan sesuai dengan syarat dari Open Skies, yakni gambar harus menunjukan dengan jelas jenis peralatan militer yang terlihat. 

Sebagai contoh, instalasi peluncuran roket tak boleh tersamarkan oleh crane pengangkat. Semua gambar yang diambil pada waktu inspeksi udara dapat dimiliki tidak hanya oleh pemilik markas militer angkatan darat dan laut saja, tetapi oleh seluruh peserta perjanjian.

Sumber : RBTH 

No comments:

Post a Comment