Sunday, 12 October 2014

Kim Jong Un Sakit atau Dikudeta?

Di tengah panasnya isu politik nasional, ada kabar yang beredar di sebuah grup WhatsApp alumni salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) tiga pekan lalu bahwa pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, dikudeta.

Kabar tersebut dikutip dari seorang diplomat Indonesia yang bertugas di Pyongyang, yang tak mau disebutkan namanya. Anggota grup menanggapi dingin terhadap kabar yang beredar itu. Bahkan, sebagian mencaci. Itu karena tidak satu pun media massa umum atau mainstream yang memberitakan "berita besar" itu.

"Di Time nggak muncul tuh beritanya," tulis salah satu anggota grup itu.

Ada juga yang menanggapi, "Wah, sia-sia kita bayar pajak untuk gaji PNS Kemenlu. Ternyata mereka ngasih kabar bohong," tulis anggota yang lain.

Sinisme itu mencuat karena saat itu berita-berita seputar Kim Jong Un menunjukkan bahwa dia sedang terkena asam urat. Diberitakan juga bahwa kaki pemimpin Korea Utara itu bengkak sehingga harus dipapah tentara ketika berjalan. Sebuah berita yang mungkin tak ada nilai signifikansinya, dan bahkan lucu.

Namun, seiring dengan absennya Kim Jong Un di hadapan publik dalam jangka waktu lama, ada yang berpikir bahwa jangan-jangan kabar itu benar. Terlebih lagi, dia juga tak hadir pada perayaan politik penting di negara komunis itu, dan digantikan oleh adiknya. Oleh sebab itu, spekulasi soal Kim Jong Un pun makin santer.

Antara isu kesehatan dan penggulingan

Mengutip BBC, Sabtu (11/10/2014), media setempat mengatakan, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tidak datang ke sebuah perayaan penting lingkup politik, di tengah spekulasi ketidakhadirannya di depan publik selama lebih dari sebulan ini. Televisi Pemerintah Korut menyebut bahwa dia dalam "kondisi fisik yang tidak nyaman".

Pemimpin muda tersebut, yang mewarisi kekuasaan setelah ayahnya, Kim Jong Il, meninggal pada tahun 2011, belum terlihat di depan umum sejak 3 September.

Pada hari Jumat, namanya tidak tercantum dalam daftar tamu yang mengunjungi pemakaman untuk menandai ulang tahun partai yang berkuasa. Pada hari yang sama, Korea Selatan menyatakan keyakinannya bahwa Kim tetap mengendalikan negara komunis itu.

"Tampaknya Kim Jong Un tetap menjalankan kebijakan negara secara normal. Sehubungan dengan kondisi kesehatannya, pemerintah kami tidak memiliki informasi apa pun untuk memastikan semua ini," kata juru bicara Kementerian Unifikasi Lim Byeong-cheol seperti dikutip oleh kantor berita Korsel, Yonhap.

Namun, sejumlah pengamat Korea Utara secara tertutup memperkirakan adanya kudeta. Meski demikian, pemimpin tertinggi itu terus mendapat pujian dari media pemerintah.

Munculnya saudara kandung nomor dua Kim, yang diakui sebagai pemimpin Korea Utara, juga menguatkan spekulasi bahwa Kim mungkin telah digulingkan.

Terlepas apakah Kim Jong Un dikudeta atau tidak, saat ini Korea Utara menghadapi masalah kemanusiaan yang cukup pelik dan masyarakat sipil yang terancam oleh negara. Untuk itu, diperlukan sebuah upaya besar agar masalah di Korea Utara bisa diselesaikan.


Sumber : Kompas

No comments:

Post a Comment