Saturday, 26 April 2014

Pasukan Ukraina Gempur Separatis di Timur

Pasukan Ukraina berhasil merebut kembali gedung pemerintahan di kota pelabuhan Mariupol. AS kirim 600 tentara ke Polandia dan negara-negara Baltik sebagai peringatan kepada Rusia. 

Menteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov melaporkan, aparat keamanan berhasil merebut lagi gedung-gedung pemerintahan di dua kota di Ukraina timur yang sebelumnya dikuasai kelompok separatis.

Avakov melaporkan lewat akun Facebooknya, pasukan Ukraina sudah "membebaskan" balai kota di Mariupol, yang berpenduduk hampir 500 ribu orang. Pemerintahan setempat sudah "berfungsi normal" lagi.

Kementerian Pertahanan Ukraina melaporkan, di kota Artemivsk, kelompok separatis mencoba menyerbu sebuah markas militer "dengan senjata mesin dan granat". Tapi serangan itu berhasil di pukul mundur. Sebelumnya, pasukan pemerintah juga diberitakan berhasil menguasai kembali kota Svyatogorsk.

Tentara Ukraina juga mulai membuat pos-pos pengawasan di sekitar kota Slavyansk yang masih dikuasi kelompok bersenjata. Kubu separatis diberitakan masih menyandera seorang jurnalis AS yang dituduh "melakukan hal-hal negatif".

AS peringatkan Rusia

Presiden AS Barack Obama yang sedang berkunjung ke Jepang memperingatkan Rusia agar segera melakukan langkah-langkah deeskalasi di Ukraina. Obama mengatakan, Washington siap memperluas sanksi, jika Rusia tidak segera memenuhi kesepakatan Jenewa.

"Kita masih melihat kelompok bersenjata yang terus menduduki gedung-gedung pemerintahan, menindas penduduk yang tidak setuju dengan mereka, dan Rusia tidak menghentikan mereka", kata Obama di Tokyo.

AS mengumumkan akan mengirim 600 pasukan sebagai bagian dari operasi NATO untuk mengamankan kawasan dekat perbatasan ke Ukraina. 150 tentara sudah tiba di Polandia hari Rabu (23/04). Sisanya akan tiba di negara-negara Baltik, Estonia, Lithuania dan Latvia, dalam beberapa hari mendatang.

Rusia "akan bela warganya"

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dalam wawancara dengan televisi Russia Today (RT) mengatakan, jika kepentingan Rusia diserang, "kami pasti akan membalas".

"Jika kepentingan kami, kepentingan yang legitim, kepentingan warga Rusia, diserang secara langsung, seperti yang pernah terjadi di Ossetia Selatan, saya tidak melihat jalan lain selain membalasnya, sesuai dengan aturan internasional", kata Lavrov. 

Tahun 2008, pasukan Rusia menyerbu Georgia yang melakukan serangan ke Ossetia Selatan.

Lavrov juga menuduh Amerika Serikat yang mengendalikan aksi-aksi pemerintahan di Kiev untuk melucuti kelompok separatis di Ukraina timur.

Pemerintah Ukraina hari Rabu mengumumkan kelanjutan "aksi anti teror" untuk membebaskan gedung-gedung pemerintahan yang didudki, setelah kelompok separatis menolak untuk meletakkan senjata.

Sumber : DW.DE

No comments:

Post a Comment