Menteri Luar Negeri (Menlu) sementara Ukraina Andriy Deshchytsia
mengatakan tidak akan menyerah untuk "merebut" kembali Crimea dari
Rusia.
Pihaknya pun akan terus mengerahkan kekuatannya untuk mengakhiri
secara damai.
Melansir Reuters, Minggu (9/3/2014), Andriy Deshchytsia juga menginginkan Rusia memperbolehkan warga asing masuk ke Crimea dan membina kembali hubungan internasional untuk mendiskusikan krisis antarwilayah tersebut.
"Crimea adalah dan akan tetap menjadi wilayah Ukraina dan kami tidak akan menyerahkan Crimea kepada siapapun," tegas Deshchytsia.
Seperti diketahui, kondisi di wilayah Crimea, Ukraina masih dalam keadaan tegang setelah Februari lalu Viktor Yanukovych dilengserkan dari kekuasaanya. Sejak saat itu, Rusia mengirim ribuan pasukannya ke Crimea dan melakukan pengepungan terhadap pangkalan militer serta mengambil alih kendali bandara.
Rusia berdalih bahwa pasukan mereka diperlukan untuk melindungi warga sipil yang berada di Crimea. Sebagian besar dari warga Crimea adalah etnis yang berbahasa Rusia dan menyambut baik intervensi militer Rusia di wilayahnya.
Menurut Rusia, rakyata Crimea dalam kondisi terancam oleh kelompok ultra-nasionalis sejak revolusi Ukraina berlangsung. Rusia sendiri menolak pemerintah sementara Ukraina yang dipimpin oleh Presiden Oleksandr Turchynov yang dibantu oleh Perdana Menteri (PM) sementara Arseny Yatsenyuk.
Ukraina memerintahkan mobilisasi penuh dari pasukannya untuk menghadapi intervensi militer dari Rusia. Namun hingga saat ini belum ada terjadi baku tembak di wilayah tersebut.
Melansir Reuters, Minggu (9/3/2014), Andriy Deshchytsia juga menginginkan Rusia memperbolehkan warga asing masuk ke Crimea dan membina kembali hubungan internasional untuk mendiskusikan krisis antarwilayah tersebut.
"Crimea adalah dan akan tetap menjadi wilayah Ukraina dan kami tidak akan menyerahkan Crimea kepada siapapun," tegas Deshchytsia.
Seperti diketahui, kondisi di wilayah Crimea, Ukraina masih dalam keadaan tegang setelah Februari lalu Viktor Yanukovych dilengserkan dari kekuasaanya. Sejak saat itu, Rusia mengirim ribuan pasukannya ke Crimea dan melakukan pengepungan terhadap pangkalan militer serta mengambil alih kendali bandara.
Rusia berdalih bahwa pasukan mereka diperlukan untuk melindungi warga sipil yang berada di Crimea. Sebagian besar dari warga Crimea adalah etnis yang berbahasa Rusia dan menyambut baik intervensi militer Rusia di wilayahnya.
Menurut Rusia, rakyata Crimea dalam kondisi terancam oleh kelompok ultra-nasionalis sejak revolusi Ukraina berlangsung. Rusia sendiri menolak pemerintah sementara Ukraina yang dipimpin oleh Presiden Oleksandr Turchynov yang dibantu oleh Perdana Menteri (PM) sementara Arseny Yatsenyuk.
Ukraina memerintahkan mobilisasi penuh dari pasukannya untuk menghadapi intervensi militer dari Rusia. Namun hingga saat ini belum ada terjadi baku tembak di wilayah tersebut.
Sumber : Okezone
No comments:
Post a Comment