Pada November 2001 Angkatan Laut
Amerika Serikat mengajukan proposal keluarga baru kombatan permukaan.
Kapal sekelas destroyer yang mampu beroperasi di perairan dangkal
pesisir (Litoral) dengan persenjataan jarak jauh untuk mendukung
pendaratan Marinir.
Proyek destroyer berkemampuan serang
darat ini kemudian dihentikan karena biaya tinggi. Dan sekarang Menteri
Pertahanan Chuck Hagel memberi sinyal bahwa proyek kapal perang litoral
kecil pun menghadapi kesulitan akibat masalah pendanaan, ia mengusulkan
hanya 32 kapal diproduksi dari 52 unit yang awalnya direncanakan, dan
mengarahkan Angkatan Laut untuk mulai mencari alternatif yang lebih
hemat.
Ini jadi masalah besar bagi Angkatan
Laut AS, karena kelas kapal baru ini sangat diharapkan untuk menghadapi
tantangan yang berkembang saat ini dan di luar kemampuan kapal-kapal
perang yang ada. Misalnya, cruiser dengan kemampuan pertahanan rudal
akan menyediakan kemampuan yang lebih besar dan lebih presisi dalam
melacak maneuver rudal balistik yang dikembangkan oleh China.
Di tengah kekhawatiran dampak negatif
pemotongan anggaran pertahanan militer AS bagi kemampuan pelaksanaan
rencana “Poros Asia” Amerika Serikat, AS dan pemerintah Jepang belum
lama ini mengumumkan rencana bersama untuk mengembangkan kapal baru
berkecepatan tinggi yang mampu membawa helikopter.
Keputusan ini juga didorong semakin
meningkatnya kualitas dan kuantitas kapal tempur pesisir Angkatan Laut
China. China berencana mengadakan 83 unit kapal rudal baru yang setara
dengan Type 022 Littoral Combat Ship.
Hanya dalam tujuh tahun, Angkatan
Laut Tentara Pembebasan Rakyat China telah membangun 83 unit Type 022
dengan perkiraan biaya hanya sebesar $40 juta USD per kapal.
Dan
produksi tinggi tengah terus berlangsung di berbagai galangan kapal
China. Angkatan Laut AS, di sisi lain, hanya mampu membangun dua unit
LCS (Litoral Combat Ship) dalam rentang waktu yang sama, namun dengan
biaya lebih dari $600 juta USD per unit. Destroyer siluman dengan multi
hull (Trimaran) ini dibangun oleh General Dynamics berkompetisi dengan
design kapal perang pesisir Lockheed Martin.
Sebagai reaksi dari semakin meningkatnya
kemampuan Angkatan Laut China (PLAN), perwakilan pemerintah AS dan
Jepang mengumumkan bahwa Kementerian Pertahanan Jepang dan Departemen
Pertahanan AS akan mengadakan studi untuk pengembangan bersama kapal di
bawah perjanjian bilateral MDA (Mutual Defense Assistance).
Pada 4 Maret Jepang 2014 memperoleh izin
dari Amerika Serikat untuk merancang versi Jepang dari kapal tempur
pesisir yang akan dibangun dengan bantuan AS.
Menurut laporan di media Jepang, J-LCS
(Japan-Litoral Combat Ship) berkecepatan tinggi akan memberikan Japan
Maritime Self Defense Force (JMSDF) kemampuan untuk cepat melakukan
intervensi selama serangan kapal-kapal China di dekat pulau
Senkaku/Diaoyu dan wilayah yang diperebutkan di laut Cina Timur.
Analis
China berspekulasi bahwa J-LCS ditujukan sebagai counter untuk Type 056
corvette dan Type 022 missile boat Angkatan Laut China (PLAN), dua jenis
kapal yang kemungkinan akan dikerahkan ke wilayah sengketa jika
hubungan dua negara terus memburuk.
Selain itu, laporan awal menunjukkan
bahwa lambung kapal sedikit diperbesar hingga mempunyai tonase lebih
dari 1.000 ton dan bisa menampung SH-60K helikopter anti kapal selam
dan helikopter MCH-101 airborne mine countermeasures (AMCM).
Indonesia
Indonesia sudah memulai
program pembangunan Kapal Tempur Pesisir ini dengan proyek kapal
Trimaran. Proyek kapal Trimaran adalah mulai muncul dari ide (mantan)
KSAL Slamet Subiyanto pada 2005 lalu.
Kapal ini dibangun oleh PT Lundin
Industry Invest di Banyuwangi, Jatim. Kapal ini dirancang memiliki
panjang 63 meter, kecepatan maksimal 35 knot, bobot 53,1 GT, mesin utama
4x marine engines MAN nominal 1.800 PK, dibuat dengan teknologi tinggi
berbahan serat optik, dipersenjatai peluru kendali dengan jarak tembak
hingga 120 kilometer.
Anggaran yang dikeluarkan sebesar Rp 114
miliar ($12.5 juta USD) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
sejak tahun 2009 hingga 2011. TNI Angkatan Laut meluncurkan kapal cepat
rudal (KCR) Trimaran di galangan kapal milik PT Lundin Industry Invest
di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat, 31 Agustus 2012.
Setelah peristiwa terbakarnya kapal
pertama dan pembangunan ulang, belum terdengar kembali kabar resmi dari
pemerintah mengenai kapal Siluman buatan dalam negeri ini.
Arah strategi militer US, Jepang dan
China saat ini termasuk memberikan perhatian besar pada pengembangan
Kapal Tempur Pesisir dengan kemampuan beroperasi di perairan dangkal,
berkecepatan tinggi dan dilengkapi fitur siluman serta
persenjataan canggih untuk menghadapi tantangan di Asia Pasifik yang
memanas.
Tampaknya TNI AL punya visi jauh ke depan, Indonesia dengan
kepulauan dan wilayah luas perairan dangkal di beberapa hotspot
internasional sangat ideal bagi beroperasinya kapal jenis ini.
Dan jika
membandingkan US yang mengeluarkan dana $600 juta per unit (127.4 m),
China $40 juta per unit (42.6 m), maka biaya kapal perang pesisir Made
In Indonesia yang “hanya” $12.5 juta USD per unit (63 m) termasuk sangat
masuk akal untuk terus dikembangkan di dalam negeri.
Sumber : JKGR
No comments:
Post a Comment