Pasukan Suriah memukul
mundur pasukan oposisi dengan merebut kembali sebuah benteng terkenal
dari era Perang Salib di dekat perbatasan dengan Lebanon, Kamis (20/3).
Hal itu menjadi tanda kemajuan yang signifikan pasukan rezim Presiden Bashar al-Assad dalam menutup semua rute suplai logistik oposisi dari Lebanon ke Suriah.
Televisi Suriah melaporkan, tentara telah menaikkan bendera bangsa di atas Benteng Crac des Chevaliers di Provinsi Homs setelah menghancurkan para teroris yang bersembunyi di sana. Sebutan ”teroris” ditujukan kepada pihak oposisi yang berperang melawan rezim Damaskus.
Militer Suriah berhasil memasuki benteng dari abad ke-12 itu setelah beberapa hari terlibat pertempuran sengit dengan pasukan oposisi. Televisi melaporkan, kerja keras militer pemerintah telah membuahkan hasil.
Jaringan televisi swasta Lebanon, Al-Mayadeen, yang bersimpati kepada rezim Assad, merilis gambar tentang pengibaran bendera Suriah di puncak benteng. Perebutan kembali benteng tersebut semakin menambah panjang deretan kemenangan rezim Assad atas oposisi.
”Usaha kami, para personel dari Angkatan Darat Arab Suriah dan Pasukan Pertahanan Nasional berhasil dengan menaikkan bendera Suriah di Crac des Chevaliers,” kata seorang perwira militer Suriah kepada Al-Mayadeen. ”Pertempuran telah berlangsung lebih dari sebulan. Beberapa desa di dekatnya dibebaskan.”
Benteng dikuasai oposisi sejak tahun 2012. Sebelum merebut lagi Benteng Crac des Chevaliers itu, pasukan loyalis Assad merebut kota Yabrud di perbatasan dengan Lebanon. Kota ini merupakan simpul utama distribusi logistik oposisi. Kondisi itu menyebabkan rantai suplai kebutuhan oposisi terputus.
Puluhan tewas
Seorang kepala milisi pro rezim Suriah mengatakan, pertempuran di benteng itu menewaskan sedikitnya 40 oposan. Termasuk pemimpin kelompok jihad Jund al-Sham, Khaled al Mahmud, yang lebih dikenal sebagai Abu Suleiman al-Muhajir.
Dilaporkan, serangan itu adalah salah satu dari dua operasi besar oleh tentara Suriah di dekat perbatasan dengan Lebanon. Tujuannya untuk memotong rute utama suplai bagi oposisi.
Tentara Suriah dalam pertempuran itu didukung oleh para pejuang Hezbollah, gerakan garis keras Syiah Lebanon. Hezbollah akhir-akhir ini kian agresif mendukung militer Suriah di daerah perbatasan dengan Lebanon.
Seorang aktivis yang menetap di Homs mengatakan, benteng jatuh ke tangan militer Damaskus pada Kamis pagi. Hal itu terjadi sehari setelah oposisi dan pemerintah bersepakat bahwa para pejuang oposisi diperbolehkan kembali ke Lebanon dalam keadaan aman dan selamat.
Organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) yang berbasis di London mengatakan, 12 pejuang oposisi tewas dalam pertempuran sekitar Homs pada Kamis.. Televisi Suriah melaporkan, ”sejumlah teroris telah dibunuh” saat mereka melarikan diri dari Homs menuju Lebanon.
Sumber : Kompas
Hal itu menjadi tanda kemajuan yang signifikan pasukan rezim Presiden Bashar al-Assad dalam menutup semua rute suplai logistik oposisi dari Lebanon ke Suriah.
Televisi Suriah melaporkan, tentara telah menaikkan bendera bangsa di atas Benteng Crac des Chevaliers di Provinsi Homs setelah menghancurkan para teroris yang bersembunyi di sana. Sebutan ”teroris” ditujukan kepada pihak oposisi yang berperang melawan rezim Damaskus.
Militer Suriah berhasil memasuki benteng dari abad ke-12 itu setelah beberapa hari terlibat pertempuran sengit dengan pasukan oposisi. Televisi melaporkan, kerja keras militer pemerintah telah membuahkan hasil.
Jaringan televisi swasta Lebanon, Al-Mayadeen, yang bersimpati kepada rezim Assad, merilis gambar tentang pengibaran bendera Suriah di puncak benteng. Perebutan kembali benteng tersebut semakin menambah panjang deretan kemenangan rezim Assad atas oposisi.
”Usaha kami, para personel dari Angkatan Darat Arab Suriah dan Pasukan Pertahanan Nasional berhasil dengan menaikkan bendera Suriah di Crac des Chevaliers,” kata seorang perwira militer Suriah kepada Al-Mayadeen. ”Pertempuran telah berlangsung lebih dari sebulan. Beberapa desa di dekatnya dibebaskan.”
Benteng dikuasai oposisi sejak tahun 2012. Sebelum merebut lagi Benteng Crac des Chevaliers itu, pasukan loyalis Assad merebut kota Yabrud di perbatasan dengan Lebanon. Kota ini merupakan simpul utama distribusi logistik oposisi. Kondisi itu menyebabkan rantai suplai kebutuhan oposisi terputus.
Puluhan tewas
Seorang kepala milisi pro rezim Suriah mengatakan, pertempuran di benteng itu menewaskan sedikitnya 40 oposan. Termasuk pemimpin kelompok jihad Jund al-Sham, Khaled al Mahmud, yang lebih dikenal sebagai Abu Suleiman al-Muhajir.
Dilaporkan, serangan itu adalah salah satu dari dua operasi besar oleh tentara Suriah di dekat perbatasan dengan Lebanon. Tujuannya untuk memotong rute utama suplai bagi oposisi.
Tentara Suriah dalam pertempuran itu didukung oleh para pejuang Hezbollah, gerakan garis keras Syiah Lebanon. Hezbollah akhir-akhir ini kian agresif mendukung militer Suriah di daerah perbatasan dengan Lebanon.
Seorang aktivis yang menetap di Homs mengatakan, benteng jatuh ke tangan militer Damaskus pada Kamis pagi. Hal itu terjadi sehari setelah oposisi dan pemerintah bersepakat bahwa para pejuang oposisi diperbolehkan kembali ke Lebanon dalam keadaan aman dan selamat.
Organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) yang berbasis di London mengatakan, 12 pejuang oposisi tewas dalam pertempuran sekitar Homs pada Kamis.. Televisi Suriah melaporkan, ”sejumlah teroris telah dibunuh” saat mereka melarikan diri dari Homs menuju Lebanon.
Sumber : Kompas
No comments:
Post a Comment