Kawasan Asia menggenjot belanja pertahanan pada 2013. Sebaliknya di Barat, anggaran militer terus menyusut.
Asia-Pasifik menyumbang 24% dari belanja militer sedunia tahun lalu yang sebesar $1,538 triliun. Data berdasarkan kajian anggaran pertahanan tahunan yang dirilis IHS Jane’s pada 4 Februari.
Sesudah lima tahun penurunan, anggaran pertahanan global akan pulih perlahan menjadi $1,547 triliun tahun ini, demikian proyeksi laporan tersebut.
Dalam penelitian, perusahaan pengamat pertahanan berbasis Inggris itu melacak pengeluaran militer 77 negara dengan belanja pertahanan tertinggi.
Empat negara Asia, yakni Cina (urutan ke-2), Jepang (5), India (7), dan Korea Selatan (10), masuk daftar 10 negara dengan belanja pertahanan tertinggi.
Tak ada satu pun negara Asia Tenggara yang masuk 20 besar. Kendati demikian, pembengkakan belanja militer tetap terjadi. Indonesia berpeluang masuk 20 besar dalam beberapa tahun mendatang. Apalagi, pemerintah terus bergerak untuk membuat angkatan bersenjata semakin modern.
Pelemahan rupiah menyulitkan pembelian peralatan militer dari luar negeri dalam jangka pendek dan menengah. Namun, ada rencana penguatan belanja pertahanan sebesar 9% tahun ini menjadi Rp88,4 triliun.
Pemerintah pun berniat mempertahankan tingkat pertumbuhan itu. Ketika kurs rupiah pulih, rencana tersebut mestinya bisa mengatasi penurunan belanja militer dalam dolar.
Pada akhir dekade, berdasarkan prediksi Jane’s, pangsa Asia akan naik menjadi 28%. Jane’s menekankan bandul kekuatan mulai bergerak ke timur. Sebabnya, anggaran Barat cenderung stagnan kala anggaran Asia terus tumbuh.
Amerika Serikat (AS) masih menghabiskan jauh lebih banyak dibanding negara lain, yakni sebesar $582,4 miliar. Namun, pangsa AS dari belanja global turun menjadi 37,9% sesudah memuncak pada 42% sepanjang 2010.
Posisi Cina pada nomor dua bukan lagi kejutan. Beijing menaikkan belanja pertahanan sebesar sekitar 10% per tahun, sehingga melambungkan anggaran militer hingga $139,2 miliar, demikian menurut laporan.
Jane’s memprediksi belanja militer Cina pada 2015 akan mengalahkan gabungan anggaran Inggris, Perancis, serta Jerman. Namun, kenaikan mungkin saja akan kembali ditekan, demi menyelaraskan dengan perlambatan pertumbuhan.
Pertumbuhan ekonomi Cina melambat menjadi 7,6% pada 2013. Dalam dua dasawarsa sebelum ini, pertumbuhan produk domestik bruto negara itu cenderung konsisten pada dua digit. Tingkat pertumbuhan berpeluang terus merosot.
Jane’s memperkirakan belanja militer Cina sebesar $159,6 miliar pada 2015, atau setara 7% kenaikan per tahun dalam dua tahun mendatang.
Sumber : WSJ
Asia-Pasifik menyumbang 24% dari belanja militer sedunia tahun lalu yang sebesar $1,538 triliun. Data berdasarkan kajian anggaran pertahanan tahunan yang dirilis IHS Jane’s pada 4 Februari.
Sesudah lima tahun penurunan, anggaran pertahanan global akan pulih perlahan menjadi $1,547 triliun tahun ini, demikian proyeksi laporan tersebut.
Dalam penelitian, perusahaan pengamat pertahanan berbasis Inggris itu melacak pengeluaran militer 77 negara dengan belanja pertahanan tertinggi.
Empat negara Asia, yakni Cina (urutan ke-2), Jepang (5), India (7), dan Korea Selatan (10), masuk daftar 10 negara dengan belanja pertahanan tertinggi.
Tak ada satu pun negara Asia Tenggara yang masuk 20 besar. Kendati demikian, pembengkakan belanja militer tetap terjadi. Indonesia berpeluang masuk 20 besar dalam beberapa tahun mendatang. Apalagi, pemerintah terus bergerak untuk membuat angkatan bersenjata semakin modern.
Pelemahan rupiah menyulitkan pembelian peralatan militer dari luar negeri dalam jangka pendek dan menengah. Namun, ada rencana penguatan belanja pertahanan sebesar 9% tahun ini menjadi Rp88,4 triliun.
Pemerintah pun berniat mempertahankan tingkat pertumbuhan itu. Ketika kurs rupiah pulih, rencana tersebut mestinya bisa mengatasi penurunan belanja militer dalam dolar.
Pada akhir dekade, berdasarkan prediksi Jane’s, pangsa Asia akan naik menjadi 28%. Jane’s menekankan bandul kekuatan mulai bergerak ke timur. Sebabnya, anggaran Barat cenderung stagnan kala anggaran Asia terus tumbuh.
Amerika Serikat (AS) masih menghabiskan jauh lebih banyak dibanding negara lain, yakni sebesar $582,4 miliar. Namun, pangsa AS dari belanja global turun menjadi 37,9% sesudah memuncak pada 42% sepanjang 2010.
Posisi Cina pada nomor dua bukan lagi kejutan. Beijing menaikkan belanja pertahanan sebesar sekitar 10% per tahun, sehingga melambungkan anggaran militer hingga $139,2 miliar, demikian menurut laporan.
Jane’s memprediksi belanja militer Cina pada 2015 akan mengalahkan gabungan anggaran Inggris, Perancis, serta Jerman. Namun, kenaikan mungkin saja akan kembali ditekan, demi menyelaraskan dengan perlambatan pertumbuhan.
Pertumbuhan ekonomi Cina melambat menjadi 7,6% pada 2013. Dalam dua dasawarsa sebelum ini, pertumbuhan produk domestik bruto negara itu cenderung konsisten pada dua digit. Tingkat pertumbuhan berpeluang terus merosot.
Jane’s memperkirakan belanja militer Cina sebesar $159,6 miliar pada 2015, atau setara 7% kenaikan per tahun dalam dua tahun mendatang.
Sumber : WSJ
No comments:
Post a Comment