Jakarta - Pasca isu penyadapan, Pemerintahan SBY
meminta 6 tahap perbaikan hubungan dengan Australia.
Salah satunya adalah dengan memanfaatkan agenda kedatangan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop di Jakarta Kamis (5/12) lalu.
Tahapan tersebut menurut peneliti hubungan internasional dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ganewati Wuryandari sebagai bentuk posisi Indonesia yang lebih banyak peluang dalam perbaikan hubungan. Peluang itu berupa kerja sama yang akan lebih menguntungkan Nusantara.
"Iya, hal itu untuk memaksimalkan peluang," kata Ganewati saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (7/12/2013).
Ganewati melihat posisi diplomatik pemerintahan SBY berada di atas angin setelah isu penyadapan mulai mereda. Peluang yang muncul juga akan menguntungkan SBY.
"Seperti pertahanan dan keamanan serta ekonomi karena Australia itu negara sekutu yang paling dekat dengan Indonesia," ujar Ganewati.
Namun Ganewati berharap kedua pemerintahan ini tak menyia-nyiakan perbaikan kesempatan kerja sama. Hal ini mengingat Australia dan Indonesia saling membutuhkan sebagai negara yang bertetangga.
"Anak-anak kita yang belajar di Australia juga termasuk yang membutuhkan, tapi memang kita lagi menggunakan momentum. Kalau interaksi antar negara itu tidak ada yang gratis, ada ketertarikan, ini Indonesia lagi bargaining dengan posisi lebih kuat," ujar Ganewati.
Pemerintah Australia yang sedang menggodok masalah pencari suaka, menurut Ganewati, akan merasa paling dirugikan jika tak ada perbaikan hubungan ini. Indonesia bagi Australia adalah 'benteng' untuk mengatasi masalah pencari suaka tersebut.
"Kalau semakin keruh hubungan, akan menjadi persoalan yang besar bagi Australia karena akan kehilangan negara buffer untuk asylum seeker. Ini yang jadi tantangan PM Australia Tony Abbot," papar Ganewati.
"Ini jadi salah satu proses untuk perbaikan, karena mau tidak mau dua negara ini saling bergantungan. Tapi Australia berada di posisi yang menginginkan kembali hubungan ini. Ya mereka butuh Indonesia secara geografis," tutup Ganewati.
Sumber : Detik
Salah satunya adalah dengan memanfaatkan agenda kedatangan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop di Jakarta Kamis (5/12) lalu.
Tahapan tersebut menurut peneliti hubungan internasional dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ganewati Wuryandari sebagai bentuk posisi Indonesia yang lebih banyak peluang dalam perbaikan hubungan. Peluang itu berupa kerja sama yang akan lebih menguntungkan Nusantara.
"Iya, hal itu untuk memaksimalkan peluang," kata Ganewati saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (7/12/2013).
Ganewati melihat posisi diplomatik pemerintahan SBY berada di atas angin setelah isu penyadapan mulai mereda. Peluang yang muncul juga akan menguntungkan SBY.
"Seperti pertahanan dan keamanan serta ekonomi karena Australia itu negara sekutu yang paling dekat dengan Indonesia," ujar Ganewati.
Namun Ganewati berharap kedua pemerintahan ini tak menyia-nyiakan perbaikan kesempatan kerja sama. Hal ini mengingat Australia dan Indonesia saling membutuhkan sebagai negara yang bertetangga.
"Anak-anak kita yang belajar di Australia juga termasuk yang membutuhkan, tapi memang kita lagi menggunakan momentum. Kalau interaksi antar negara itu tidak ada yang gratis, ada ketertarikan, ini Indonesia lagi bargaining dengan posisi lebih kuat," ujar Ganewati.
Pemerintah Australia yang sedang menggodok masalah pencari suaka, menurut Ganewati, akan merasa paling dirugikan jika tak ada perbaikan hubungan ini. Indonesia bagi Australia adalah 'benteng' untuk mengatasi masalah pencari suaka tersebut.
"Kalau semakin keruh hubungan, akan menjadi persoalan yang besar bagi Australia karena akan kehilangan negara buffer untuk asylum seeker. Ini yang jadi tantangan PM Australia Tony Abbot," papar Ganewati.
"Ini jadi salah satu proses untuk perbaikan, karena mau tidak mau dua negara ini saling bergantungan. Tapi Australia berada di posisi yang menginginkan kembali hubungan ini. Ya mereka butuh Indonesia secara geografis," tutup Ganewati.
Sumber : Detik
No comments:
Post a Comment