Pekan lalu Boeing mengumumkan program baru untuk memperpanjang usia
penggunaan armada pesawat pembom Angkatan Udara Amerika Serikat B-52
dengan manambah 50% kapasitas untuk membawa senjata cerdas sebagai
bagian dari kontrak militer baru senilai US$24,6 juta.
Pesawat yang dibuat di dekade pertama Perang Dingin untuk menangkal serangan Uni Soviet ini mampu terbang di ketinggian 50.000 kaki (15 km) pada kecepatan 1.048 km/jam untuk menjelajah lebih dari 14.160 km tanpa mengisi bahan bakar dengan membawa 32.000 kg berbagai senjata mulai darin bom curah hingga senjata nuklir.
Pertanyaannya, bagaimana membuat pesawat pembom era '50-an tetap up to date untuk masa kini? Solusinya dengan menyempurnaan perangkat mekanis, elektronis dan sistem persenjataan selama badan dan sayap pesawat tetap sehat setidaknya hingga 2044.
Dalam kontrak dengan Angkatan Udara AS yang baru, Boeing akan mengembangkan sebuah modifikasi peluncur senjata rotari B-52 yang ada. Ini memungkinkan pesawat pembom itu membawa senjata cerdas secara penuh di dalam perutnya, bukan di bagian sayap.
Dengan menambah kapasitas 50% senjata di dalam badan pesawat akan mengurangi hambatan dan meningkatkan efisiensi bahan bakar dalam penerbangan.
Selain itu, modifikasi pada peluncur rotari memungkinkan B-52 dapat membawa lebih banyak lagi beragam persediaan persenjataan yang sesuai dengan misi tertentu.
Setelah itu dikombinasi dengan penyempurnaan pada sistem CONECT, di mana jaringan digital baru memungkinkan komputer di B-52 mendeteksi seluruh persenjataan yang ada dan menyiapkan sesuai dengan kebutuhan.
Dengan penyempurnaan baru pada ruang persenjataan, memunginkan jaringan kecepatan tinggi sistem CONECT mengubah misi dan menyesuaikan rangkaian senjata dalam penerbanganya menuju sasaran.
Berdasarkan perjanjian, Boeing akan mengirim tiga purwarupa peluncur untuk pengujian dan evaluasi pada Maret 2016. Tahap awal akan membawa 24 Joint Direct Attack Munitions (JDAM) masing-masing seberat 226 kg atau 20 JDAM seberat 907 kg.
Jika ini berhasil, sistem akan ditambah dengan Joint Air-to-Surface Standoff Missile (JASSM), JASSM-ER (extended range), Miniature Air Launched Decoy (MALD) dan varian Jammer (MALD/J).
"Ketika Anda menggabungkan kemampuan itu dengan waktu terbang B-52 yang panjang, Anda memiliki sebuah sistem senjata yang efisien dan serba guna yang sangat berharga untuk pasukan perang di lapangan," ujar Direktur Program B-52, Scot Oathout.
Pesawat yang dibuat di dekade pertama Perang Dingin untuk menangkal serangan Uni Soviet ini mampu terbang di ketinggian 50.000 kaki (15 km) pada kecepatan 1.048 km/jam untuk menjelajah lebih dari 14.160 km tanpa mengisi bahan bakar dengan membawa 32.000 kg berbagai senjata mulai darin bom curah hingga senjata nuklir.
Pertanyaannya, bagaimana membuat pesawat pembom era '50-an tetap up to date untuk masa kini? Solusinya dengan menyempurnaan perangkat mekanis, elektronis dan sistem persenjataan selama badan dan sayap pesawat tetap sehat setidaknya hingga 2044.
Dalam kontrak dengan Angkatan Udara AS yang baru, Boeing akan mengembangkan sebuah modifikasi peluncur senjata rotari B-52 yang ada. Ini memungkinkan pesawat pembom itu membawa senjata cerdas secara penuh di dalam perutnya, bukan di bagian sayap.
Dengan menambah kapasitas 50% senjata di dalam badan pesawat akan mengurangi hambatan dan meningkatkan efisiensi bahan bakar dalam penerbangan.
Selain itu, modifikasi pada peluncur rotari memungkinkan B-52 dapat membawa lebih banyak lagi beragam persediaan persenjataan yang sesuai dengan misi tertentu.
Setelah itu dikombinasi dengan penyempurnaan pada sistem CONECT, di mana jaringan digital baru memungkinkan komputer di B-52 mendeteksi seluruh persenjataan yang ada dan menyiapkan sesuai dengan kebutuhan.
Dengan penyempurnaan baru pada ruang persenjataan, memunginkan jaringan kecepatan tinggi sistem CONECT mengubah misi dan menyesuaikan rangkaian senjata dalam penerbanganya menuju sasaran.
Berdasarkan perjanjian, Boeing akan mengirim tiga purwarupa peluncur untuk pengujian dan evaluasi pada Maret 2016. Tahap awal akan membawa 24 Joint Direct Attack Munitions (JDAM) masing-masing seberat 226 kg atau 20 JDAM seberat 907 kg.
Jika ini berhasil, sistem akan ditambah dengan Joint Air-to-Surface Standoff Missile (JASSM), JASSM-ER (extended range), Miniature Air Launched Decoy (MALD) dan varian Jammer (MALD/J).
"Ketika Anda menggabungkan kemampuan itu dengan waktu terbang B-52 yang panjang, Anda memiliki sebuah sistem senjata yang efisien dan serba guna yang sangat berharga untuk pasukan perang di lapangan," ujar Direktur Program B-52, Scot Oathout.
Sumber : Metro
No comments:
Post a Comment