Sunday 21 June 2015

Rusia Tak Ingin Jadi Adidaya, tapi Tak Mau Dipermalukan AS

Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan bahwa, negaranya tidak bertindak agresif dan tidak bercita-cita menjadi negara adidaya. Hanya saja, Putin tidak bisa terima jika Rusia dipermalukan Amerika Serikat (AS).

Putin menyampaikan sikap Rusia itu dalam sebuah forum bisnis di St. Petersburg. Dia ingin Rusia dihormati oleh mitra-mitra internasionalnya.

Dalam forum itu, Putin tidak setuju dengan komentar mantan Perdana Menteri Prancis, Francois Fillon, yang menyebut Rusia bertindak berlebihan dan agresif. ”Kami tidak bertindak agresif. Kami telah mulai membela kepentingan kita secara terus-menerus dan konsisten,” kata Putin.

“Rusia tidak bercita-cita untuk jadi hegemoni atau berstatus negara adidaya,” katanya lagi. ”Kami tidak memaksakan standar kita sendiri atau model perilaku (Rusia) pada siapa pun. Kami ingin hubungan yang sama dengan semua negara dari komunitas masyarakat internasional. Dengan AS, Eropa dan mitra Asia,” lanjut Putin.

Kendati demikian, Putin menekankan bahwa dia tidak bisa terima jika Rusia dpermalukan AS. ”Saya selalu mendengar bahwa Rusia ingin dihormati. Dan siapa yang tidak (ingin dihormati)? Siapa yang ingin dipermalukan? Pertanyaan itu sendiri aneh. Dengan meminta untuk dihormati Rusia tidak menuntut sesuatu yang eksklusif,” tegas Putin, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (20/6/2015).

Dia memperingatkan bahwa Washington dan sekutunya mencoba untuk menggunakan bahasa ultimatum dalam menjalin hubungan dengan Rusia. ”Masalahnya adalah bahwa mereka (AS) terus mencoba untuk memaksakan standar dan keputusan mereka pada kami tanpa memperhatikan kepentingan kita,” ujar Putin.

”Pada intinya mereka mengatakan; ’Kita lebih baik,' seolah-olah AS lebih tahu (dari Rusia) tentang apa yang baik bagi kita. Nah, mari kita memutuskan untuk diri kita sendiri, apa kepentingan dan kebutuhan kita yang telah ditentukan oleh sejarah dan budaya kita,” kata Presiden Rusia itu.

Putin lantas membahas soal krisis Ukraina. Menurutnya, jika Rusia dipaksa mempengaruhi Donbas (kelompok separatis pro-Rusia di Ukraina timur), maka AS dan Uni Eropa juga jarus harus mempengaruhi Pemerintah Ukraina. Dengan demikian, konflik berdarah di Ukraina timur bisa berakhir.

Sumber : Sindo

No comments:

Post a Comment