Wednesday 3 December 2014

AS Ketatkan Penerimaan Pejuang Anti ISIS

Amerika Serikat membuat proses penerimaan ketat untuk menyaring pemberontak Suriah ikut dalam pelatihan militer guna melawan ISIS.

Program ini diperkirakan akan diikuti oleh sejumlah pejuang yang sudah dikenal oleh pemerintah AS yang memerlukan satu hari untuk proses penyaringan awal.

Amerika Serikat sudah memiliki hubungan dengan jaringan pejuang Suriah, termasuk dari program bawah tanah CIA yang melatih para pemberontak dan juga program pemerintah AS untuk bantuan non-senjata.

"Kami (pemerintah AS) telah memiliki hubungan dengan masyarakat di lapangan. Kami tidak mulai dari awal," ujar seorang pejabat AS yang menolak disebutkan namanya.

Kantor berita Reuters melaporkan prioritas utama adalah menyarik para pelanggar hak asasi manusia, mata-mata dan pemberontak yang mungkin pindah haluan.

Pada Selasa (2/12) Pentagon mengatakan bahwa Qatar, Turki dan Arab Saudi menawarkan diri untuk menjadi lokasi pelatihan tetapi menolak nama-nama negara lain yang berniat ikut serta.

Sumber yang mengetahui rencana ini mengatakan bahwa Yordania juga telah menawarkan diri menjadi tuan rumah pelatihan, namun kedutaan besar negara itu menolak memberi komentar.

Program yang akan dimulai dalam beberapa bulan ini merupakan inti strategi Presiden Barack Obama di Suriah, dan merupakan rencana multi tahun untuk memanfaatkan pasukan setempat untuk menahan dan mengusir para pejuang ISIS tanpa mengerahkan tentara AS.

Dilatih Berperang Sendirian

Pentagon memperkirakan akan bisa melatih 5.400 orang pada tahun pertama dan diperlukan hingga 15 ribu tentara untuk merebut kembali wilayah Suriah Timur yang kini dikuasai oleh ISIS.

 
Militer AS berupaya mencegah para pejuang yang dilatih berbalik menyerang tentara negara itu. (Reuters/Ali al-Mashhadani )

Pentagon berharap bisa mendirikan kamp-kamp pelatihan lebih banyak agar bisa melatih lebih banyak orang.

Pejuang yang mendaftar akan menjalani penyaringan ketat, seperti tes psikologi dan pengambilan data biometrik.

Sementara nama-nama calon pejuang akan masuk ke dalam basis data AS dan kemudian disebar ke negara-negara sekutu regional untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Tingkat penyaringan dan pelatihan akan memasukkan fakta bahwa para pejuang ini akan bertempur tanpa ditemani oleh tentara AS dalam menjalankan misi mereka.

Jika seorang calon peserta telah dikenal oleh pemerintah AS, militer hanya memerlukan waktu satu hari untuk memverifikasi data pribadi mereka, jika tidak proses ini akan memakan waktu berminggu-minggu.

Para pejabat militer AS mengatakan setelah diterima masuk ke dalam program, para pejuang akan terus-menerus dimonitor.

Banyak calon peserta diambil dari kota dan des di Suriah dan akan melalui pelatihan dasar sepanjang satu atau dua bulan.

Tujuannya adalah merekrut 100 hingga 200 pejuang dari satu kelompok Suriah, tetapi dalam beberapa kasus militer AS bisa merekrut invidu berdasarkan wilayah.

"Kita menginginkan mereka segera bertempur di medan perang," ujar pejabat militer AS.

Militer AS juga bisa merekrut anggota dari luar Suriah, termasuk dari kalangan pengungsi.

Program berisiko

Para pejabat mengatakan ingin mempercepat pelatihan, tetapi kondisi yang tidak pasti di negara yang sedang berperang membuat tujuan ini sulit dicapai. 


Jika satu desa diserang, misalnya, calon pejuang tidak akan bisa meninggalkan pos penjagaan mereka untuk mengikuti pelatihan tersebut.

Penyaringan dan pelatihan ini akan meminimalkan risiko, seperti infiltrasi dari dinas intelijen Suriah, melatih para pejuang yang kemudian bergabung dengan ISIS, atau berbalik melawan pasukan AS.

Militer AS memiliki pengalaman buruk mengenai risiko yang disebut serangan "biru di hijau" di Afghanistan dimana seorang tentara Afghanistan menembak mati seorang Jenderal AS pada Agustus lalu.

Tujuannya adalah membentuk pasukan yang dalam jangka pendek akan mampu mempertahankan wilayah, tetapi beberapa dari pejuang ini akan mendapat pelatihan khusus agar bisa bertempur melawan ISIS.  


Sumber : CNN

No comments:

Post a Comment