Wednesday 18 June 2014

Iran dan Saudi Tegang, Irak di Ambang Perang Saudara

Krisis Irak yang mulai memanas selama sepekan ini, memicu ketegangan dua negara berpengaruh di Timur Tengah, yakni Iran dan Arab Saudi. 

Iran telah menegaskan akan bertindak keras terhadap para militan jika tempat-tempat suci di Irak dihancurkan.

Penegasan Iran yang disampaikan Presiden Hassan Rouhani itu, juga disambut komentar pedas pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Pihak Saudi memperingatkan, bahwa perang saudara bisa pecah di Irak.

Krisis Irak, yang semula dari persoalan politik, yakni ketidakpuasan dalam pembagian kekuasaan setelah tumbangnya rezim Saddam Hussein oleh invasi Amerika Serikat beberapa tahun silam, kini dibelokkan ke konflik sektarian.

Penguasa Irak saat ini, yakni Perdana Menteri Nuri al-Maliki dianggap melakukan diskriminasi terhadap warga kaum Sunni. Konflik terbuka baru pecah, ketika para militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) melibatkan diri dan menarik simpati warga kaum Sunni yang merasa tertindas.

Pemerintah Arab Saudi, pada Rabu (18/6/2014), terang-terangan menyatakan, bahwa Irak berisiko terjadi perang saudara.”Kerusuhan di Irak membawa tanda-tanda perang saudara dengan konsekuensi tak terduga,” ucap Menteri Luar Negeri Saudi, Pangeran Saud al-Faisal, pada pembukaan pertemuan blok Islam di Kota Laut Merah, Jeddah.

Komentar itu semakin memanaskan situasi di Irak, setelah sebelumnya pihak pemerintah Saudi membuat komentar yang memicu konflik. Yakni, Saudi menyebut krisis di Irak merupakan pangkal dari konflik sektarian.

“Ini membuka jalan bagi negara-negara (lain) dengan ‘niat buruk’ terhadap Irak untuk terus maju dengan rencana yang mengancam keamanan, stabilitas, persatuan nasional dan identitas Arab,” ujar Pangeran Saud.

Irak Tuntut Saudi

Pemerintah Irak sendiri menyatakan ketidaksukaannya dengan Saudi. Perdana Menteri Nuri al-Maliki menuduh Saudi telah mendukung teroris yang berulah di negaranya. ”Kerajaan (Arab Saudi) memihak kepada terorisme,” bunyi pernyataan kantor Maliki. ”Kami sangat mengutuk sikap (Saudi) ini,” lanjut pernyataan itu.

”Kami terus menuntut (Arab Saudi) yang bertanggung jawab atas apa yang dilakukan kelompok-kelompok, karena mereka menerima dukungan dalam bentuk finansial dan moral,” imbuh pernyataan kantor Maliki. 

Maliki tidak ragu lagi menyebut ISIS sebagai teroris. “Pemerintah Saudi harus bertanggung jawab atas kejahatan berbahaya yang dilakukan oleh kelompok-kelompok teroris,” katanya. Ketika para pimpinan negara Timur Tengah itu perang komentar, kelompok ISIS, seperti dilaporkan Reutershingga hari ini telah menguasai 75 persen wilayah Irak.


Sumber ; Sindo

No comments:

Post a Comment