Sunday 2 February 2014

Opsi Soal Afganistan Pengaruhi Operasi Drone AS

Sikap Presiden Barack Obama yang mungkin terpaksa menarik semua pasukan Amerika Serikat dari Afganistan pada akhir tahun ini memicu kekhawatiran di dalam badan-badan intelijen Amerika. 

Jika itu terjadi, mereka bisa kehilangan pangkalan udara mereka yang digunakan untuk serangan pesawat tak berawak (drone) terhadap Al Qaeda di Pakistan dan untuk menanggapi krisis nuklir di wilayah tersebut.

New York Times edisi 27 Januari 2014 menulis, sampai saat ini masih jadi perdebatan soal seberapa besar pasukan koalisi internasional yang dipimpin Amerika Serikat akan disisakan di Afganistan setelah misi tempurnya berakhir tahun ini. 


Kekhawatiran baru ini juga mencerminkan bagaimana jumlah pasukan di Afganistan secara langsung mempengaruhi kepentingan keamanan jangka panjang Amerika di negara tetangga Pakistan, kata pejabat pemerintah, militer dan intelijen AS.

Keprihatinan ini berada pada tahap cukup serius karena pemerintahan Obama telah meminta tim khusus intelijen, militer, dan ahli kebijakan untuk merancang alternatif untuk mengurangi kerusakan jika kesepakatan kerjasama keamanan tidak dapat dicapai dengan Hamid Karzai, presiden Afganistan. Karzai menolak menandatangani kesepakatan, padahal pejabat Amerika berharap itu sudah ditandatangani akhir tahun lalu.

Jika Obama akhirnya menarik semua pasukan Amerika dari Afganistan, basis drone CIA di negara itu harus ditutup karena tidak bisa lagi dilindungi, kata pejabat pemerintah AS.

Kekhawatiran mereka adalah markas alternatif terdekat terlalu jauh untuk drone agar bisa mencapai wilayah pegunungan di Pakistan yang menjadi tempat persembunyian sisa-sisa komandan Al Qaeda. 


Basis itu juga akan terlalu jauh untuk memonitor dan merespon secepat pasukan Amerika yang bisa dilakukan hari ini jika ada krisis di wilayah tersebut, seperti hilangnya bahan senjata nuklir atau senjata di Pakistan dan India.

Seorang pejabat senior pemerintah, ditanya tentang persiapan itu, mengatakan bahwa kemungkinan penarikan secara total "telah berkembang di Afganistan, dan kami telah melakukan review metodis dari setiap kemampuan AS yang mungkin akan terpengaruh oleh kebijakan itu dan mengembangkan strategi untuk mengurangi dampaknya."

Pejabat itu menambahkan bahwa pemerintah bertekad untuk mencari alternatif, jika diperlukan. "Kami akan dipaksa untuk beradaptasi," kata pejabat itu.

Masalah ini muncul ke permukaan setelah Departemen Pertahanan AS baru-baru ini menyodori Obama dengan dua pilihan untuk misi di Afganistan. Salah satu pilihannya adalah menyisakan kehadiran 10.000 tentara Amerika di sana untuk melatih pasukan Afganistan, 


melakukan penngeledahan kontraterorisme dan melindungi fasilitas Amerika, termasuk yang di Afganistan timur yang merupakan markas operasi drone dan pemantauan nuklir.

Alternatif lainnya, yang disebut opsi nol, tidak menyisakan satu pasukan pun di sana. Amerika Serikat telah mengatakan bahwa jika tidak bisa mencapai kesepakatan keamanan final dengan Karzai, mereka siap, meski dengan nada enggan, untuk menarik keluar semua tentaranya, seperti yang terjadi di Irak pada tahun 2011.

Obama belum membuat keputusan soal ini, kata Caitlin Hayden M., juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS. "Kami akan menimbang masukan dari para komandan militer kami, 


serta komunitas intelijen, diplomat dan ahli pembangunan, saat kami membuat keputusan tentang kehadiran kami pasca 2014 di Afganistan," kata Hayden.

Sumber : Tempo

No comments:

Post a Comment