Monday 6 January 2014

Kabar "Paman Kim Jong Un Diumpankan ke Anjing" Hanya Isapan Jempol

Seoul - Kabar yang beredar cepat dan meluas di media internasional tentang cara eksekusi mati paman pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, - yang dibunuh dengan cara diumpankan kepada anjing - 

tampaknya hanya isapan jempol yang berasal dari ejek-ejekan di situs microbloging Tiongkok.

Kisah yang beredar cepat setelah diangkat oleh surat kabar Hong Kong itu, telah memberi kesan bahwa pemimpin muda Pyongyang itu lebih brutal dan tidak terduga dari yang diduga sebelumnya.

Kim Jong Un, yang diperkirakan baru berusia sekitar 30 tahun, sudah berkuasa selama dua tahun. Ia kerap mengambil kebijakan yang mengejutkan lawan dan kawan di kawasan Asia Timur.

Selama dua tahun berkuasa dia sudah menggelar tes nuklir dan dua uji coba roket yang dilarang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada 2013 dia bahkan mengancam akan menyerang Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Jepang - yang kemudian dibalas dengan aksi unjuk kekuatan militer oleh ketiga negara tersebut.

Korut sendiri memang mengakui telah mengeksekusi paman Jong Un yang bernama Jang Song Thaek, bulan lalu. Tetapi mereka tidak menjelaskan bagaimana orang yang sebelumnya sangat berkuasa di Korut itu dihabisi oleh rezim yang dipimpin oleh keponakannya sendiri itu.

Dugaan awal, Jang tewas di hadapan regu tembak, seperti lazimnya nasib para pengkhianat di Korut.

Tetapi belakangan muncul kisal alternatif bahwa lelaki berusia 67 tahun itu tewas dengan cara diumpankan ke 120 ekor anjing yang tidak diberi makan selama tiga hari.

Kabar itu rupanya muncul dari sebuah postingan bernada sindiran di situs Tescen Weibo, yang kemudian dicuplik oleh berbagai media di dunia. Postingan bertanggal 11 Desember itu mengatakan Jang dan lima pembantunya dibunuh oleh sekawanan anjing. Postingan itu tercatat dilihat sebanyak 290.000 kali.

Surat kabar Wen Wei Po di Hong Kong lantas menulis artikel - yang dilengkapi dengan screenshot postingan di situs Weibo itu sebagai sumber - yang mengisahkan bahwa Jang telah tewas dicabik-cabik sekawanan anjing lapar. Wen Wei Po dipandang sebagai media yang pro-Beijing.

Artikel Wen Wei Po itu, sekitar 12 hari kemudian, dicuplik oleh media Singapura, Straits Times. Dari situ berita tersebut ramai-ramai dicuplik media Eropa dan Amerika Serikat, mulai dari media cetak hingga televisi.

Salah satu kelemahan utama dalam menulis atau melaporkan peristiwa tentang Korut adalah hanya sedikit media yang punya perwakilan di negara yang paling terisolasi di dunia itu. Media dikontrol dengan sangat ketat di sana. Tidak ada kebebasan pers.

Karena kurangnya narasumber pertama, kabar dari negeri itu sering kurang bisa dipercaya.
Adapun pejabat di surat kabar Wen Wei Po menolak untuk berkomentar soal artikel eksekusi tersebut.

Sumber : Beritasatu

No comments:

Post a Comment