Wednesday 29 January 2014

India, Pemesan Pertama Pesawat Militer Jepang

NEW DELHI - India bakal menjadi negara pertama sejak Perang Dunia II yang membeli pesawat militer dari Jepang, membantu Perdana Menteri Shinzo Abe mengakhiri larangan ekspor senjata.

Kedua negara menyepakati pesawat amfibi produksi ShinMaywa Industries seharga US$ 1,65 miliar, kata para pejabat India, Selasa (28/1). 
 
Namun, rincian detail dan negosiasinya akan dilanjutkan pada Maret, termasuk mengenai produksi bersama pesawat di India dan isu-isu lainnya.  
New Delhi kemungkinan akan membeli setidaknya 15 pesawat, yang masing-masing dibanderol sekitar US$ 110 juta, kata pejabat.

"Ini langkah strategis bagi kedua belah pihak dan telah dibicarakan di tingkat tertinggi kedua negara," kata seorang sumber militer India.

Untuk saat ini, pesawat SAR US-2i versi sipil dengan fitur minim sedang ditawarkan ke India untuk menyiasati larangan Jepang mengekspor senjata. Sistem identifikasi musuh akan dihapus dari pesawat, kata pejabat pertahanan lain.

Kedua negara sedang membahas perakitan pesawat di India, memberikan India akses ke teknologi militer Jepang, Perdana Menteri India Mannmohan Singh mengatakan. 

Pesawat ini memiliki jangkauan lebih dari 4.500 km, yang bisa menjangkau Asia Tenggara, yang akan menjadi basis pesawat ini, tepatnya di gugusan Pulau Andaman dan Nicobar yang berada di dekat ujung barat Indonesia.

Kedua pemerintah telah membentuk sebuah kelompok kerja yang akan bertemu pada Maret. Ini untuk mempertimbangkan rencana mendirikan pabrik di India yang merakit pesawat di bawah lisensi sebuah produsen di negara bagian India. 
 
Rencananya, pihak Jepang akan mengirimkan dua pesawat dan sisanya dirakit oleh mitranya di India, kata sumber militer. 

Kesepakatan itu meletakkan dasar bagi upaya Jepang menggarap pasar India, pasar senjata terbesar di dunia yang selama ini didominasi Rusia. Namun, saat ini juga membeli perangkat keras dari Israel dan Amerika Serikat.
 
"Ada banyak kerja sama terkait industri pertahanan antara India dan Jepang," kata Gautam Bambawalle, seorang pejabat Kementerian Luar Negeri India yang bertanggung jawab untuk Asia Utara. "Kami ingin teknologi Jepang. Kami ingin investasi modal Jepang ke India."
Angkatan Laut India juga tertarik dengan  kapal patroli Jepang dan peralatan perang elektronik sejalan dengan langkah Tokyo mengurangi larangan ekspor militer, kata para pejabat India.

Abe membahas kesepakatan pesawat dengan Singh selama perjalanan ke New Delhi akhir pekan lalu dalam hubungan yang hangat antara kedua negara pada saat kedua negara terlibat dalam sengketa teritorial dengan China.
 
"Kelompok Kerja Bersama kami di pesawat amfibi US- 2 telah bertemu untuk mengeksplorasi kemungkinan kerja sama penggunaan dan produksi di India. Lebih luas lagi, kami bekerja untuk meningkatkan kerja sama kami di bidang teknologi canggih," kata Singh.
 
Abe mencari postur keamanan nasional dan militer Jepang yang lebih tegas. Pemerintah Abe bersumpah meninjau larangan Jepang terhadap ekspor senjata. Ini merupakan sebuah langkah yang bisa menghidupkan kembali kontraktor pertahanan, seperti Mitsubishi Heavy Industries Ltd dan Kawasaki Heavy Industries Ltd.
Mitsubishi Heavy diketahui sedang dalam pembicaraan lanjutan dengan BAE Systems Inggris dalam memasok suku cadang pesawat tempur siluman F-35 pesawat tempur siluman, yang akan menjadi keterlibatan pertama dari pabrikan Jepang dalam program senjata global.
 
Menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) India, pasar utama bagi perangkat keras pertahanan membelanjakan US$ 12,7 miliar untuk senjata selama 2007-2011 mulai dari barang-barang dasar militer hingga kapal induk. 
 
New Delhi sedang mencoba membangun industri manufaktur dalam negeri dan cara transfer teknologi atau produksi bersama dengan pihak pemasok asing.(Reuters/Ant) 
 
Sumber : Sinarharapan

No comments:

Post a Comment