Friday 17 January 2014

Australia Akui Beli Kapal untuk Halau Pencari Suaka

Australia mengakui telah membeli kapal untuk melawan para pencari suaka yang kerap menjadikan Negeri Kangguru itu sebagai tujuan. 

Namun, Kepala Operasi Perbatasan Kedaulatan Australia Letnan Jenderal Angus Campbell menolak merinci lebih lanjut penggunaan kapal tersebut.

Harian Sydney Morning Herald (SMH) edisi Rabu 15 Januari 2014 melansir pernyataan Campbell ketika memberikan jumpa pers kemarin. Australia, kata dia, juga tidak akan berpuas diri dengan hasil operasi-operasi Angkatan Laut (AL) untuk menghalau para imigran gelap itu, sebelum musim hujan berakhir. Biasanya, jumlah pencari suaka meningkat saat musim hujan tiba.

"Ini semua akan berakhir ketika musim hujan terlewati, sekitar di akhir bulan Maret. Baru saat itu saya ada di posisi untuk dapat melakukan penilaian dengan yakin bahwa operasi di perbatasan ini sukses digelar," kata Campbell.

Namun, Australia tetap waspada meski memasuki bulan April mendatang. Sebab, angka perahu yang hilir mudik masih tinggi. Menurut Australia, pemilik kapal-kapal tersebut menawarkan jasa penyelundupan manusia.

Hal ini mengonfirmasi pemberitaan SMH sebelumnya yang melaporkan  Pemerintah Tony Abbott berencana membeli 16 kapal penyelamat untuk mengangkut para pencari suaka. Namun, dalam laporan media Australia itu, kapal ini kemudian dipakai untuk mendorong para pencari suaka kembali ke perairan Indonesia.

Jumlah pencari suaka

 
Dalam kesempatan itu, Campbell juga mengungkapkan bahwa jumlah manusia pencari suaka yang berhasil menjejakkan kaki ke tanah Australia menurun hingga 80 persen, sejak pemilu kemarin digelar. Hal itu juga dibenarkan oleh organisasi PBB untuk penanganan para pengungsi yang berkantor di Jakarta.

Mereka memiliki data dari 1.608 orang di bulan September 2013 menjadi 296 orang saja di bulan Desember 2013. "Kami menyambut baik tren ini," ujar Menteri Imigrasi, Scott Morrison.

Namun, sikap tertutup masih diterapkan oleh Pemerintah Australia dalam menangani masalah pencari suaka. Morrison menyatakan Kementeriannya tidak akan lagi memberikan jumpa pers mingguan yang biasanya digelar hari Jumat.

Dia beralasan tidak ingin informasi yang disampaikan dari jumpa pers itu digunakan oleh para pencari suaka untuk melawan mereka kembali. Selain itu, Pemerintah Australia menolak tuduhan yang adanya perlakuan kasar yang dilakukan AL Kanguru kepada manusia pencari suaka.

Hal itu dibantah Kepala Pertahanan David Hurley dan petugas kepabeanan. Bahkan menurut Campbell, tuduhan itu sangat keterlaluan. Campbell mengatakan tuduhan itu telah diselidiki secara internal.

Namun, dia menegaskan bahwa penyelidikan terhadap tuduhan itu bukan berarti pihak AL Australia membenarkan adanya aksi pendorongan balik perahu ke perairan Indonesia.

Sementara keputusan Morrison untuk menghentikan jumpa pers yang digelar tiap minggu, menuai kritik dari anggota Parlemen. Juru Bicara Menteri Imigrasi bayangan, Michelle Rowland, mengatakan kebudayaan "rahasia" di Pemerintahan Perdana Menteri Tony Abbott, telah memasuki fase baru.

Anggota senat dari Partai Hijau, Sarah Hanson-Young, juga turut prihatin dengan perubahan aturan Morrison itu. Young juga kecewa dengan sikap tidak terduga Pemerintah yang lebih memilih berahasia soal kebijakannya dalam menangani pencari suaka ini.

"Menteri Imigrasi tengah membuat aturan saat dia telah putus asa ketika berupaya menghindari rasa malu," ungkap Young dalam sebuah pernyataan.

Young, menambahkan kini tren Pemerintahan Abbott cenderung menolak untuk menjawab pertanyaan dan mempolitisasi tentara pertahanan dengan bersembunyi di balik seorang Jenderal Militer.  (umi)

Sumber : Vivanews

No comments:

Post a Comment