Pemerintah
Rusia menyatakan tidak mungkin bergabung dengan koalisi yang dipimpin
Amerika Serikat (AS) dalam menyerang ISIS di Suriah. Pernyataan itu
muncul di tengah perselisihan Moskow dan Washington soal strategi
memerangi ISIS di Suriah.
”Secara teoritis, itu akan terlihat bagus dari sudut pandang politik, tapi saya pikir bahwa kita mengalami kesulitan untuk memahami prinsip-prinsip koalisi dalam bertindak,” kata pejabat Kementerian Luar Negeri Rusia, Ilya Rogachyov, kepada RIA Novosti.
”Atas dasar keberadaan koalisi saat ini, kita tidak mungkin untuk bergabung,” lanjut dia, yang dilansir Jumat (2/10/2015). Rusia selama ini mengkritik keras operasi militer koalisi AS untuk memerangi ISIS di Suriah karena tidak melibatkan otoritas setempat, yakni rezim Suriah.
Kendati berselisih dalam strategi serangan di Suriah untuk menumpas kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), militer Rusia sepakat untuk tetap berdialog dengan militer AS untuk mencegah konflik kepentingan.
Rusia sudah meluncurkan operasi militer di Suriah sejak Rabu lalu. Kremlin yang biasanya merahasiakan kekuatan militernya dalam operasi tempur di luar negeri, telah mengungkapkan bahwa mereka sudah mengerahkan lebih 50 pesawat jet tempur dan helikopter militer.
”Lebih dari 50 pesawat tempur dan helikopter jadi bagian dari angkatan udara Rusia yang menghantam target ISIS di Suriah,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Igor Konashenkov.
”Kelompok udara dikerahkan dalam waktu sangat singkat. Itu mungkin karena kami memiliki sebagian besar perlengkapan dan amunisi yang sudah siap di depot kami di Tartus. Kami hanya perlu memindahkan pesawat kami dan memberikan beberapa peralatan tambahan,” lanjut dia.
Sumber : Sindo
”Secara teoritis, itu akan terlihat bagus dari sudut pandang politik, tapi saya pikir bahwa kita mengalami kesulitan untuk memahami prinsip-prinsip koalisi dalam bertindak,” kata pejabat Kementerian Luar Negeri Rusia, Ilya Rogachyov, kepada RIA Novosti.
”Atas dasar keberadaan koalisi saat ini, kita tidak mungkin untuk bergabung,” lanjut dia, yang dilansir Jumat (2/10/2015). Rusia selama ini mengkritik keras operasi militer koalisi AS untuk memerangi ISIS di Suriah karena tidak melibatkan otoritas setempat, yakni rezim Suriah.
Kendati berselisih dalam strategi serangan di Suriah untuk menumpas kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), militer Rusia sepakat untuk tetap berdialog dengan militer AS untuk mencegah konflik kepentingan.
Rusia sudah meluncurkan operasi militer di Suriah sejak Rabu lalu. Kremlin yang biasanya merahasiakan kekuatan militernya dalam operasi tempur di luar negeri, telah mengungkapkan bahwa mereka sudah mengerahkan lebih 50 pesawat jet tempur dan helikopter militer.
”Lebih dari 50 pesawat tempur dan helikopter jadi bagian dari angkatan udara Rusia yang menghantam target ISIS di Suriah,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Igor Konashenkov.
”Kelompok udara dikerahkan dalam waktu sangat singkat. Itu mungkin karena kami memiliki sebagian besar perlengkapan dan amunisi yang sudah siap di depot kami di Tartus. Kami hanya perlu memindahkan pesawat kami dan memberikan beberapa peralatan tambahan,” lanjut dia.
Sumber : Sindo
No comments:
Post a Comment