Mantan
diplomat Jerman mengungkap, bahwa Amerika Serikat (AS) pernah siap
meluncurkan perang nuklir di Afghanistan demi membalas serangan teroris
9/11 terhadap gedung WTC. Namun, kebijakan AS di era rezim Presiden
George W.Bush itu dibatalkan.
Mantan diplomat Jerman yang mengungkap rencana perang nuklir AS di Afghanistan itu adalah Michael Steiner, penasihat mantan kanselir Jerman Gerhard Schroeder. Michael Steiner, 65, yang pensiun musim panas ini, adalah salah satu diplomat Jerman terkemuka selama beberapa dekade.
Steiner membeberkan hal itu dalam wawancaranya dengan Der Spiegel. Menurutnya, pemerintahan George W. Bush benar-benar bermain dengan semua kemungkinan. ”Termasuk penggunaan senjata nuklir terhadap Afghanistan dalam menanggapi serangan 9/11 di AS,” tulis media Jerman itu mengutip keterangan Steiner.
Rencana rezim Bush kala itu sempat memicu kekhawatiran Kanselir Schroeder. ”Makalah ini ditulis,” kata Steiner. Menurutnya, Kanselir Jerman takut AS akan bereaksi berlebihan yang akan menempatkan banyak orang dalam sebuah bunker jika serangan nuklir itu benar-benar diluncurkan.
Namun, lanjut Steiner, Kanselir Schroeder menolak idenya untuk mengekspresikan "dukungan tanpa syarat" pada AS setelah serangan 9/11. ”Sebuah negara tidak bisa memberikan cek kosong,” ujar Steiner, seperti dikutip Sputnik, Minggu (30/8/2015).
Ketegangan antara Bush dan Schroeder kemudian menyebabkan oposisi yang kuat dari Jerman atas invasi militer AS ke Irak pada tahun 2003.
Sekadar diketahui, dalam waktu empat hari setelah serangan 9/11 atau serangan teroris pada 11 September 2001 terhadap gedung WTC, CIA telah menyusun rencana besar untuk melawan teror di 92 negara. Rencana rahasia CIA itu bocor tahun 2005. Kemudian pada Juni 2015 lalu, Direktur CIA, George Tenet mengungkapkan hal itu.
Sumber : Sindo
Mantan diplomat Jerman yang mengungkap rencana perang nuklir AS di Afghanistan itu adalah Michael Steiner, penasihat mantan kanselir Jerman Gerhard Schroeder. Michael Steiner, 65, yang pensiun musim panas ini, adalah salah satu diplomat Jerman terkemuka selama beberapa dekade.
Steiner membeberkan hal itu dalam wawancaranya dengan Der Spiegel. Menurutnya, pemerintahan George W. Bush benar-benar bermain dengan semua kemungkinan. ”Termasuk penggunaan senjata nuklir terhadap Afghanistan dalam menanggapi serangan 9/11 di AS,” tulis media Jerman itu mengutip keterangan Steiner.
Rencana rezim Bush kala itu sempat memicu kekhawatiran Kanselir Schroeder. ”Makalah ini ditulis,” kata Steiner. Menurutnya, Kanselir Jerman takut AS akan bereaksi berlebihan yang akan menempatkan banyak orang dalam sebuah bunker jika serangan nuklir itu benar-benar diluncurkan.
Namun, lanjut Steiner, Kanselir Schroeder menolak idenya untuk mengekspresikan "dukungan tanpa syarat" pada AS setelah serangan 9/11. ”Sebuah negara tidak bisa memberikan cek kosong,” ujar Steiner, seperti dikutip Sputnik, Minggu (30/8/2015).
Ketegangan antara Bush dan Schroeder kemudian menyebabkan oposisi yang kuat dari Jerman atas invasi militer AS ke Irak pada tahun 2003.
Sekadar diketahui, dalam waktu empat hari setelah serangan 9/11 atau serangan teroris pada 11 September 2001 terhadap gedung WTC, CIA telah menyusun rencana besar untuk melawan teror di 92 negara. Rencana rahasia CIA itu bocor tahun 2005. Kemudian pada Juni 2015 lalu, Direktur CIA, George Tenet mengungkapkan hal itu.
Sumber : Sindo
No comments:
Post a Comment