Pemerintah
Korea Utara (Korut) menyatakan bahwa situasi sudah di ambang tempur dan
mereka siap untuk mengambil risiko perang habis-habisan dengan Korea
Selatan (Korsel).
Pemimpin Korut, Kim Jong-un masih menyiagakan pasukan Korut di gari depan perbatasan untuk mendukung ultimatum 48 jam bagi Korsel agar menghentikan siaran propaganda anti-Korut.
Batas ultimatum itu akan habis sore ini (22/8/2015). Sedangkan Pemerintah Korsel kemarin menyatakan tidak peduli dengan ultimatum rezim Pyongyang.
”Militer dan rakyat kami siap untuk risiko perang habis-habisan, tidak hanya untuk sekedar merespon atau membalas, tapi untuk membela rakyat kita,” kata Kementerian Luar Negeri Korut dalam sebuah pernyataan Sabtu pagi yang disiarkan kantor berita KCNA.
”Situasi telah mencapai ambang perang dan tidak dapat terbalik lagi,” lanjut kementerian itu. Sementara itu, tentara-tentara Korsel juga sudah siaga di dekat desa perbatasan kedua negara.
Di New York, Wakil Duta Korut untuk PBB, An Myong-hun juga memperingatkan risiko perang besar. ”Jika Korsel tidak menanggapi ultimatum kami, penetralan militer kita akan terelakkan, dan penetralan akan sangat kuat,” ujarnya.
”Situasi di semenanjung Korea satu inci di dekat ambang perang,” ujarnya kepada wartawan. Secara teknis, kedua Korea telah berperang selama 65 tahun terakhir, sebab Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata yang tidak pernah diratifikasi oleh perjanjian perdamaian secara resmi.
Diktator muda Korut, Kim Jong-un sudah melakukan pertemuan darurat dengan para petinggi militernya pada Kamis malam. Pertemuan itu untuk mengesahkan ultimatum terhadap Korsel agar mematikan pengeras suara untuk siaran propaganda anti-Korut hingga batas waktu sore ini.
“Pasukan harus sepenuhnya siap tempur untuk memulai operasi kejutan, sementara siaga di garis depan saat situasi dalam kondisi semi perang,” tulis KCNA mengutip pernyataan Kim Jong-un.
Sumber : Sindo
Pemimpin Korut, Kim Jong-un masih menyiagakan pasukan Korut di gari depan perbatasan untuk mendukung ultimatum 48 jam bagi Korsel agar menghentikan siaran propaganda anti-Korut.
Batas ultimatum itu akan habis sore ini (22/8/2015). Sedangkan Pemerintah Korsel kemarin menyatakan tidak peduli dengan ultimatum rezim Pyongyang.
”Militer dan rakyat kami siap untuk risiko perang habis-habisan, tidak hanya untuk sekedar merespon atau membalas, tapi untuk membela rakyat kita,” kata Kementerian Luar Negeri Korut dalam sebuah pernyataan Sabtu pagi yang disiarkan kantor berita KCNA.
”Situasi telah mencapai ambang perang dan tidak dapat terbalik lagi,” lanjut kementerian itu. Sementara itu, tentara-tentara Korsel juga sudah siaga di dekat desa perbatasan kedua negara.
Di New York, Wakil Duta Korut untuk PBB, An Myong-hun juga memperingatkan risiko perang besar. ”Jika Korsel tidak menanggapi ultimatum kami, penetralan militer kita akan terelakkan, dan penetralan akan sangat kuat,” ujarnya.
”Situasi di semenanjung Korea satu inci di dekat ambang perang,” ujarnya kepada wartawan. Secara teknis, kedua Korea telah berperang selama 65 tahun terakhir, sebab Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata yang tidak pernah diratifikasi oleh perjanjian perdamaian secara resmi.
Diktator muda Korut, Kim Jong-un sudah melakukan pertemuan darurat dengan para petinggi militernya pada Kamis malam. Pertemuan itu untuk mengesahkan ultimatum terhadap Korsel agar mematikan pengeras suara untuk siaran propaganda anti-Korut hingga batas waktu sore ini.
“Pasukan harus sepenuhnya siap tempur untuk memulai operasi kejutan, sementara siaga di garis depan saat situasi dalam kondisi semi perang,” tulis KCNA mengutip pernyataan Kim Jong-un.
Sumber : Sindo
No comments:
Post a Comment