Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan China akan segera menyelesaikan beberapa proyek reklamasi di Kepulauan Spratly yang jadi sumber sengketa di Laut China Selatan. Meski dia tidak menjelaskan bagian mana dari tujuh lokasi reklamasi yang akan lebih dulu selesai.
China memulai proyek reklamasi sejak tahun lalu, dan dilakukan secara cepat. Ulah China ini, memicu ketegangan antara China dan Filipina yang berebut Spratly, juga menyebabkan hubungan China dan Amerika Serikat kembali tegang.
"Berdasarkan kesepakatan dari otoritas yang bersangkutan, sesuai dengan rencana kerja kita, proyek reklamasi di wilayah yang ada di Kepulauan Spratly akan selesai secepatnya," ujar Wang Yi, dikutip dari Reuters, Selasa (16/6).
China mengklaim sebagian besar wilayah Laut China Selatan, yang dipercaya kaya akan sumber energi dan setiap tahunnya bisa diprediksi menghasilkan higga US$5 triliun hanya dari kapal-kapal pengangkut muatan yang melewatinya.
Klaim China, tumpang tindih dengan klaim dari Filipina, Vietnam, Taiwan, Brunei dan Malaysia yang mengklaim beberapa wilayah Laut China Selatan sebagai bagian dari Zona Ekonomi Eksklusif mereka.
Amerika Serikat telah berulang kali mengkritik reklamasi China, mengatakan bahwa skala dan kecepatan reklamasi China melampaui apa yang dilakukan oleh negara lain.
Padahal, sebelum Januari 2014, China hanya mengklaim sekitar 5 hektar dari wilayah jantung maritim Asia Tenggara tersebut, akan tetapi, angka tersebut meluas menjadi 800 hektar saat ini, meningkat 400 kali lipat.
Di Pulau Karang Fiery Cross, China sedang membangun landasan pacu serta fasilitas militer lain yang disinyalir dapat beroperasi mulai akhir tahun ini.
Wang kembali menegaskan bahwa fasilitas yang dibangun China akan membantu hal-hal seperti pencarian dan penyelamatan di daerah perairan, bantuan bencana, proteksi lingkungan dan dapat menawarkan bantuan navigasi.
"Setelah reklamasi selesai, China akan membuat fasilitas-fasilitas untuk memenuhi fungsi yang relevan dari keberadaan wilayah reklamasi ini," tambahnya.
Dia juga menambahkan bahwa konstruksi yang sedang terjadi berada dalam lingkup kedaulatan China. Menurutnya, reklamasi ini tidak akan mempengaruhi kebebasan navigasi dan jalur penerbangan di Laut China Selatan.
Para pejabat Amerika Serikat mengkhawatirkan hal tersebut dapat berujung pada terbentuknya zona eksklusif yang dapat membatasi pergerakan kapal dan pesawat yang melewati daerah itu.
Sumber : CNN
No comments:
Post a Comment