India, Tiongkok, dan beberapa negara Asia Tenggara telah menyatakan
ketertarikannya terhadap perangkat senjata terbaru Rusia dari platform
Armata, demikian disampaikan Ajudan Kepresidenan Rusia untuk Kerja Sama
Militer Teknis Vladimir Kozhin.
“Mereka benar-benar tertarik untuk memiliki Armata, padahal senjata itu dibanderol dengan haga tinggi,” kata Kozhin.
Menurut peneliti senior bidang pertahanan dan keamaman India di Research Foundation (ORF) Rajeswari Pillai Rajagopalan, teknologi Armata bisa digunakan untuk kendaraan lapis baja India, menggantikan tank Arjun dan pengangkut lapis baja yang dimiliki India saat ini.
“Mengingat pertumbuhan persenjataan tetangga-tetangga kami yang sangat dinamis, India pun membutuhkan teknologi yang lebih canggih,” tutur sang pakar dalam wawancara bersama RBTH.
Armata belum bisa diekspor dalam 15-20 tahun mendatang karena sejumlah alasan. Pertama, mesin ini harus disempurnakan dan dipasok untuk tentara Rusia terlebih dahulu.
“Mereka benar-benar tertarik untuk memiliki Armata, padahal senjata itu dibanderol dengan haga tinggi,” kata Kozhin.
Menurut peneliti senior bidang pertahanan dan keamaman India di Research Foundation (ORF) Rajeswari Pillai Rajagopalan, teknologi Armata bisa digunakan untuk kendaraan lapis baja India, menggantikan tank Arjun dan pengangkut lapis baja yang dimiliki India saat ini.
“Mengingat pertumbuhan persenjataan tetangga-tetangga kami yang sangat dinamis, India pun membutuhkan teknologi yang lebih canggih,” tutur sang pakar dalam wawancara bersama RBTH.
Namun, ini tak berarti Rusia siap menjual
pengembangan terbarunya dalam dua atau tiga tahun ke depan. Vladimir
Kozhin menyebutkan bahwa senjata tersebut harus dipasok pada tentara
Rusia terlebih dahulu.
Menurut para pakar, langkah Rusia yang memamerkan
Armata dapat berdampak negatif terhadap penjualan seri tank sebelumnya,
T-90MS. Pameran kendaraan lapis baja terbaru Armada dalam Parade Hari
Kemenangan murni langkah politis, karena sebenarnya Armata belum diuji
coba dan masih harus disempurnakan secara teknis.
‘Makanan pencuci mulut’ yang disajikan sebelum
hidangan utama dapat menghilangkan selera makan pembeli.
Mengapa membeli
seri sebelumnya, jika ada seri baru yang akan segera muncul? “Kita sudah melihat dampak negatif semacam itu pada peluncuran tank T-72S dan T-90,” kata pakar militer kendaraan lapis baja Alexey Khlopotov pada RBTH.
“Pada
awal 1990-an, T-72S berhasil memenangkan tender di sejumlah negara.
Namun, pada akhirnya tak ada yang mau membeli tank ini setelah Rusia
mendemonstrasikan T-90S pada tahun 1995-1997,” tutur Khlopotov.
Kremlin tentu sangat memahami kesulitan yang akan
dihadapi Rusia saat mengekspor seri tank yang lebih lama dibanding
Armata. Jadi, pameran Armata mungkin memang dibutuhkan dan dianggap
membawa keuntungan tertentu.
Faktor lain yang menjadi pertanyaan adalah
harga tank dan pengangkut lapis baja dari platform Armata sangatlah mahal. Sementara, Rusia memiliki sesuatu yang ditawarkan selain Armata, yakni T-90MS.
“Tank
T-90MS adalah pameran teknologi yang mengesankan, yang kemudian
dikembangkan dan diwujudkan dalam bentuk Armata. Namun, sejauh ini Rusia
belum berhasil menjual tank T-90MS. Mengapa? Karena harganya mahal.
Jika mitra kami memang ingin membeli tank ‘mutakhir’ Rusia, mereka harus
mencoba membeli tank T-90MS versi lengkap dan mewah terlebih dahulu,” kata Khlopotov.
“Beberapa aspek teknis belum sampai tahap
finalisasi dan hal itu baru akan selesai setelah melewati proses uji
coba yang sangat panjang. Itu semua membutuhkan beberapa tahun dan
periode tersebut tak bisa dipercepat karena semua tahap penting dan
harus dijalankan,” kata pakar militer independen Oleg Zheltonozhko.
Masalah lain adalah kapasitas produksi tank. Untuk
memasok Armata pada militer Rusia, parik Uralvagonzavod harus melayani
pesanan jangka panjang Angkatan Bersenjata Rusia. Selain itu, Armata
bukan sekadar tank, melainkan keluarga kendaraan tempur. Rusia akan
membutuhkan lebih banyak kendaraan tempur infanteri selain tank.
Negosiasi dan Transfer Teknologi
Namun, masih ada peluang untuk melakukan kerja sama gabungan dengan perusahaan India. “Sebagai
platform universal, Armata juga dapat diproduksi dan dikembangkan oleh
perusahaan gabungan Rusia-India, sama seperti pesawat tempur generasi
kelima,” tutur pakar militer Rachul Bhonsle yang merupakan Direktur
Risiko Keamanan Asia.
Menurut Bhonsle, tank India Arjun Mark 1 dan 2
tak bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan pertahanan India, meski
tank tersebut adalah hasil pengembangan dalam negeri. Rahul Bhonsle
menaruh harapan pada seri ketiga Arjun Mark 3.
“Bagi negara-negara yang berkembang pesat seperti India dan Tiongkok, saya mempertimbangkan kemungkinan transfer teknologi,
mengembangkan versi ekspor Armata secara bersama-sama, dan mungkin
mendirikan perusahaan gabungan untuk merakitnya di wilayah pembeli. Bagi
Rusia, hal ini akan menjadi solusi yang sangat menguntungkan dari sudut
pandang ekonomi,” kata Alexey Khlopotov.
Selain itu, ada pula aspek lain yang perlu
dipertimbangkan dengan serius. Secara historis, Rusia merupakan pihak
penengah di antara negara-negara yang saling berkonflik satu sama lain.
Sementara, pasokan senjata canggih semacam ini untuk salah satu pihak
dapat memicu merenggangnya hubungan dengan pihak lain, dan hal tersebut
tentu tak diinginkan oleh Rusia.
Sumber : RBTH
No comments:
Post a Comment