Sebuah kabar cukup mengejutkan mengungkap praktik licik
Australia terhadap Indonesia. Sejumlah pejabat Negeri Kanguru itu
ternyata menyuap kapten kapal dan anak buah kapal untuk membawa kembali
kapal mereka yang berisi imigran gelap ke Indonesia.
Kabar itu terbongkar setelah polisi di Rote, Nusa Tenggara Timur, bernama Hidayat mengatakan enam awak kapal itu mengaku diberi uang oleh pejabat Australia masing-masing senilai Rp 66,5 juta.
Mereka ditangkap oleh polisi ketika tiba di Rote atas tuduhan mencoba menyelundupkan imigran gelap.
Kapal yang mengangkut 65 orang itu diusir oleh otoritas perbatasan Australia pada awal bulan ini. 65 orang itu terdiri dari 54 orang Sri Lanka, 10 orang Bangladesh, dan seorang warga Myanmar.
Hidayat menuturkan, kapten kapal bernama Yohanes mengaku diberi uang oleh pejabat bea cukai Australia bernama Agus yang lancar berbahasa Indonesia.
"Saya melihat uang itu, Rp 66,5 juta," kata dia. Total yang diterima awak kapal senilai hampir Rp 400 juta. Uang itu dibungkus dalam kantong plastik berwarna hitam, kata Yohanes.
Namun ketika dikonfirmasi apakah pihak pejabat Australia, yakni Menteri Imigrasi Peter Dutton, memberi uang suap kepada kapal yang membawa para imigran gelap, dia membantah dengan mengatakan "Tidak", seperti dilansir Sydney Morning Herald, Rabu (10/6).
Dutton juga mengelak menjawab pertanyaan lanjutan dengan mengatakan
pemerintah punya kebijakan tidak berkomentar soal isu imigran.
Sebuah surat ditujukan kepada pemerintah Selandia Baru ditandatangani oleh 65 warga pencari suaka di kapal itu mengatakan pejabat Australia membayar enam awak kapal sedikitnya Rp 66,5 juta per orang.
"Mereka kemudian mengambil kapal kami dan memberi dua kapal lebih kecil dan berisi makanan kering seperti biskuit dan cokelat. Mereka juga memberi kami bahan bakar sebanyak 200 liter untuk perjalanan empat-lima jam," bunyi surat itu.
Seorang warga Bangladesh bernama Nazmul Hassan di kapal itu mengatakan dia melihat pejabat itu menaruh uang di saku bajunya.
Dia menyatakan awalnya poara awak kapal mengatakan kepada para pejabat AUstralia itu, mereka tidak bisa kembali ke Indonesia karena bisa dipenjara karena menyelundupkan imigran gelap.
Namun setelah bertemu dengan sang kapten, dia dilaporkan mengatakan,"Kita harus kembali, Australia ingin membayar kita."
"Setelah mereka selesai rapat, semua orang terlihat senang dan menyetujui usulan itu," kata Hassan yang kini berada di sebuah hostel di Kupang, tempat mereka ditahan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Arrmanatha Nasir membenarkan adanya kasus semacam ini.
Rupanya kasus ini sudah ditangani oleh kepolisian Kepulauan Rote, Kupang. Menurut pria yang akrab disapa Tata itu, pihak Indonesia masih melakukan interogasi pada kapten kapal dan anak buah kapal yang diduga disuap oleh otoritas Australia.
"Pihak Indonesia masih menginterogasi seorang kapten kapal dan ABK yang terindikasi menerima suap dari pemerintahan Autralia guna mengembalikan kapal pencari suaka tersebut ke Indonesia," kata Tata dalam jumpa pers di Kementerian Luar Negeri, Kamis (11/6).
Keterlibatan pemerintah Australia dalam hal ini masih diteliti, namun kapten kapal sudah mengakui bahwa benar dirinya menerima suap walaupun tidak mau mengatakan dari siapa uang itu berasal.
Sumber : Merdeka
Kabar itu terbongkar setelah polisi di Rote, Nusa Tenggara Timur, bernama Hidayat mengatakan enam awak kapal itu mengaku diberi uang oleh pejabat Australia masing-masing senilai Rp 66,5 juta.
Mereka ditangkap oleh polisi ketika tiba di Rote atas tuduhan mencoba menyelundupkan imigran gelap.
Kapal yang mengangkut 65 orang itu diusir oleh otoritas perbatasan Australia pada awal bulan ini. 65 orang itu terdiri dari 54 orang Sri Lanka, 10 orang Bangladesh, dan seorang warga Myanmar.
Hidayat menuturkan, kapten kapal bernama Yohanes mengaku diberi uang oleh pejabat bea cukai Australia bernama Agus yang lancar berbahasa Indonesia.
"Saya melihat uang itu, Rp 66,5 juta," kata dia. Total yang diterima awak kapal senilai hampir Rp 400 juta. Uang itu dibungkus dalam kantong plastik berwarna hitam, kata Yohanes.
Namun ketika dikonfirmasi apakah pihak pejabat Australia, yakni Menteri Imigrasi Peter Dutton, memberi uang suap kepada kapal yang membawa para imigran gelap, dia membantah dengan mengatakan "Tidak", seperti dilansir Sydney Morning Herald, Rabu (10/6).
Dutton juga mengelak menjawab pertanyaan lanjutan dengan mengatakan
pemerintah punya kebijakan tidak berkomentar soal isu imigran.
Sebuah surat ditujukan kepada pemerintah Selandia Baru ditandatangani oleh 65 warga pencari suaka di kapal itu mengatakan pejabat Australia membayar enam awak kapal sedikitnya Rp 66,5 juta per orang.
"Mereka kemudian mengambil kapal kami dan memberi dua kapal lebih kecil dan berisi makanan kering seperti biskuit dan cokelat. Mereka juga memberi kami bahan bakar sebanyak 200 liter untuk perjalanan empat-lima jam," bunyi surat itu.
Seorang warga Bangladesh bernama Nazmul Hassan di kapal itu mengatakan dia melihat pejabat itu menaruh uang di saku bajunya.
Dia menyatakan awalnya poara awak kapal mengatakan kepada para pejabat AUstralia itu, mereka tidak bisa kembali ke Indonesia karena bisa dipenjara karena menyelundupkan imigran gelap.
Namun setelah bertemu dengan sang kapten, dia dilaporkan mengatakan,"Kita harus kembali, Australia ingin membayar kita."
"Setelah mereka selesai rapat, semua orang terlihat senang dan menyetujui usulan itu," kata Hassan yang kini berada di sebuah hostel di Kupang, tempat mereka ditahan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Arrmanatha Nasir membenarkan adanya kasus semacam ini.
Rupanya kasus ini sudah ditangani oleh kepolisian Kepulauan Rote, Kupang. Menurut pria yang akrab disapa Tata itu, pihak Indonesia masih melakukan interogasi pada kapten kapal dan anak buah kapal yang diduga disuap oleh otoritas Australia.
"Pihak Indonesia masih menginterogasi seorang kapten kapal dan ABK yang terindikasi menerima suap dari pemerintahan Autralia guna mengembalikan kapal pencari suaka tersebut ke Indonesia," kata Tata dalam jumpa pers di Kementerian Luar Negeri, Kamis (11/6).
Keterlibatan pemerintah Australia dalam hal ini masih diteliti, namun kapten kapal sudah mengakui bahwa benar dirinya menerima suap walaupun tidak mau mengatakan dari siapa uang itu berasal.
Sumber : Merdeka
No comments:
Post a Comment