Chris Kyle, mendiang penembak jitu AS yang kisah hidupnya diangkat dalam film American Sniper
besutan Clint Eastwood disebut sebagai "sniper" paling mematikan dalam
sejarah militer AS dengan keberhasilannya menewaskan 160 orang
sasarannya.
Namun, ternyata seorang sniper dari kesatuan marinir Inggris dinyatakan sebagai penembak jitu paling mematikan dengan keberhasilan menewaskan 173 orang lawan, 90 di antaranya adalah anggota Taliban yang dihabisinya dalam satu hari.
Sang sniper berpangkat kopral, yang tak disebutkan namanya, bergabung dengan pasukan elite angkatan laut Inggris itu selama lebih dari satu dekadi dan mencatat korban terbanyak dalam misi enam bulannya di Afganistan pada 2006. Dia juga pernah bertugas di Irak.
Menurut harian The Sun, "sniper" Inggris itu dikabarkan pernah menewaskan 90 orang pejuang Taliban hanya dalam satu hari. Sehingga diperkirakan korban sang sniper bisa lebih tinggi dari 173 orang yang tercatat secara resmi.
"Dia tidak tertarik dengan seberapa banyak sasaran yang sudah dibunuhnya. Dia tidak mengambil kesenangan dalam pekerjaan yang harus dilakukannya itu," ujar seorang sumber kepada The Sun.
"Dia tetap melihat lawannya sebagai manusia. Dia tidak terlibat secara emosional atau psikologis terkait apa yang telah terjadi," lanjut sumber itu.
"Dia memiliki pekerjaan yang unik dalam waktu yang unik. Dia mungkin adalah "sniper" paling mematikan di dunia. Namun, itu bukan gelar yang diinginkannya," kata sumber itu lebih jauh.
Harian tersebut mengatakan, sebagian besar korban sang "sniper" jatuh di Afganistan dalam operasi Herrick V saat dia bergabung dengan Brigade Pengintai di provinsi Helmand, Afganistan.
Selama tugasnya di Afganistan, sang "sniper" dipersenjatai dengan senapan L115 A3 yang mampu menembakkan peluru kaliber .338 dengan akurasi tinggi dari jarak lebih dari satu kilometer.
Sumber : Kompas
Namun, ternyata seorang sniper dari kesatuan marinir Inggris dinyatakan sebagai penembak jitu paling mematikan dengan keberhasilan menewaskan 173 orang lawan, 90 di antaranya adalah anggota Taliban yang dihabisinya dalam satu hari.
Sang sniper berpangkat kopral, yang tak disebutkan namanya, bergabung dengan pasukan elite angkatan laut Inggris itu selama lebih dari satu dekadi dan mencatat korban terbanyak dalam misi enam bulannya di Afganistan pada 2006. Dia juga pernah bertugas di Irak.
Menurut harian The Sun, "sniper" Inggris itu dikabarkan pernah menewaskan 90 orang pejuang Taliban hanya dalam satu hari. Sehingga diperkirakan korban sang sniper bisa lebih tinggi dari 173 orang yang tercatat secara resmi.
"Dia tidak tertarik dengan seberapa banyak sasaran yang sudah dibunuhnya. Dia tidak mengambil kesenangan dalam pekerjaan yang harus dilakukannya itu," ujar seorang sumber kepada The Sun.
"Dia tetap melihat lawannya sebagai manusia. Dia tidak terlibat secara emosional atau psikologis terkait apa yang telah terjadi," lanjut sumber itu.
"Dia memiliki pekerjaan yang unik dalam waktu yang unik. Dia mungkin adalah "sniper" paling mematikan di dunia. Namun, itu bukan gelar yang diinginkannya," kata sumber itu lebih jauh.
Harian tersebut mengatakan, sebagian besar korban sang "sniper" jatuh di Afganistan dalam operasi Herrick V saat dia bergabung dengan Brigade Pengintai di provinsi Helmand, Afganistan.
Selama tugasnya di Afganistan, sang "sniper" dipersenjatai dengan senapan L115 A3 yang mampu menembakkan peluru kaliber .338 dengan akurasi tinggi dari jarak lebih dari satu kilometer.
Sumber : Kompas
No comments:
Post a Comment