KELOMPOK milisi yang berafiliasi dengan Islamic State (IS), Ansar Beit
al-Maqdis, kemarin, mengklaim bertanggung jawab atas serangan simultan
di tiga kota di Semenanjung Sinai, Mesir. Akibat serangan pada Kamis
(29/1) itu, 25 tentara dan satu polisi tewas.
Setelah serangan itu, Presiden Mesir Abdel-Fattah al-Sissi langsung mempersingkat kunjungannya di Ethiopia untuk Konferensi Uni Afrika dan pulang ke Mesir, kemarin.
Pernyataan resmi pemerintah menyebut, ''Setelah operasi teroris di Sinai Utara tadi malam (Kamis, 9/1), Presiden memutuskan untuk mempersingkat partisipasinya dalam Konferensi Uni Afrika lalu kembali ke Kairo untuk memantau situasi.''
Serangan di Sinai dilaporkan merupakan serangan terkoordinasi yang belum pernah terjadi sebelum itu. Satu bom mobil dipasang di luar pangkalan militer dan mortir ditembakkan berkali-kali ke arah pangkalan. Beberapa bangunan runtuh dan sejumlah tentara terkubur reruntuhan.
Juru bicara militer Mesir Ahmed Samir serta-merta menuding kelompok Ikhwanul Muslimin pendukung mantan Presiden Muhammad Mursi sebagai perencana serangan.
Bersamaan dengan serangan yang menargetkan pangkalan militer, beberapa serangan mortir juga ditembakkan ke arah hotel, pos polisi, dan puluhan pos jaga di ibu kota Provinsi Sinai Utara, El-Arish, serta dua kota lain, yakni Sheik Zuwayid dan Rafah, di perbatasan Mesir Gaza.
Beberapa jam sebelum serangan dilancarkan, kelompok Ansar Beit al-Maqdis memuat gambar-gambar anggota milisi berpakaian serbahitam yang menenteng granat berpeluncur roket sembari membentangkan bendera hitam simbol Islamic State.
Kelompok itu kemudian menyatakan bertanggung jawab atas serangan yang mengerahkan dua pengebom bunuh diri dan tiga bom mobil ke pangkalan militer di El-Arish.
Beberapa tahun belakangan ini, kelompok milisi Ansar Beit al-Maqdis melancarkan serangan dengan target polisi dan tentara di Sinai.
Kelompok itu awalnya terinspirasi jaringan Al-Qaeda, tetapi tahun lalu menyatakan kesetiaan pada kelompok Islamic State yang menduduki sebagian besar wilayah Irak dan Suriah.
Pada November 2014, Ansar Beit al-Maqdis mengubah namanya menjadi Waliyat Sinai atau `Provinsi Sinai' untuk menunjukkan loyalitas dan subordinasi pada Islamic State.
Sumber : Mediaindonesia
Setelah serangan itu, Presiden Mesir Abdel-Fattah al-Sissi langsung mempersingkat kunjungannya di Ethiopia untuk Konferensi Uni Afrika dan pulang ke Mesir, kemarin.
Pernyataan resmi pemerintah menyebut, ''Setelah operasi teroris di Sinai Utara tadi malam (Kamis, 9/1), Presiden memutuskan untuk mempersingkat partisipasinya dalam Konferensi Uni Afrika lalu kembali ke Kairo untuk memantau situasi.''
Serangan di Sinai dilaporkan merupakan serangan terkoordinasi yang belum pernah terjadi sebelum itu. Satu bom mobil dipasang di luar pangkalan militer dan mortir ditembakkan berkali-kali ke arah pangkalan. Beberapa bangunan runtuh dan sejumlah tentara terkubur reruntuhan.
Juru bicara militer Mesir Ahmed Samir serta-merta menuding kelompok Ikhwanul Muslimin pendukung mantan Presiden Muhammad Mursi sebagai perencana serangan.
Bersamaan dengan serangan yang menargetkan pangkalan militer, beberapa serangan mortir juga ditembakkan ke arah hotel, pos polisi, dan puluhan pos jaga di ibu kota Provinsi Sinai Utara, El-Arish, serta dua kota lain, yakni Sheik Zuwayid dan Rafah, di perbatasan Mesir Gaza.
Beberapa jam sebelum serangan dilancarkan, kelompok Ansar Beit al-Maqdis memuat gambar-gambar anggota milisi berpakaian serbahitam yang menenteng granat berpeluncur roket sembari membentangkan bendera hitam simbol Islamic State.
Kelompok itu kemudian menyatakan bertanggung jawab atas serangan yang mengerahkan dua pengebom bunuh diri dan tiga bom mobil ke pangkalan militer di El-Arish.
Beberapa tahun belakangan ini, kelompok milisi Ansar Beit al-Maqdis melancarkan serangan dengan target polisi dan tentara di Sinai.
Kelompok itu awalnya terinspirasi jaringan Al-Qaeda, tetapi tahun lalu menyatakan kesetiaan pada kelompok Islamic State yang menduduki sebagian besar wilayah Irak dan Suriah.
Pada November 2014, Ansar Beit al-Maqdis mengubah namanya menjadi Waliyat Sinai atau `Provinsi Sinai' untuk menunjukkan loyalitas dan subordinasi pada Islamic State.
Sumber : Mediaindonesia
No comments:
Post a Comment