Mahkamah Agung Rusia telah melarang kelompok ekstremis ISIS dan Front al
Nusra di Rusia dan memberi label kepada kedua kelompok tersebut sebagai
organisasi teroris, seperti dilaporkan RT, Senin (29/12).
Setelah keputusan ini berlaku, mereka yang diduga terlibat dengan ISIS atau Front al Nusra akan menghadapi tuntutan di Rusia.
Pengajuan keputusan terhadap dua kelompok ekstremis ini digagas oleh Jaksa Agung Rusia dan didukung oleh Badan Intelijen Federal atau FSB.
Persidangan ini bersifat tertutup bagi media sehingga dokumen ulasan mengenai keputusan ini pun bersifat rahasia.
Para awak media hanya bisa mendengarkan hakim yang mengumumkan keputusan akhir.
"Setelah mendengar perwakilan Jaksa Agung dan FSB dan mempelajari berkas perkara, Mahkamah Agung memutuskan memberikan penilaian kepada penggugat, yaitu jaksa penuntut umum, untuk menganggap ISIS dan Front al Nusro sebagai organisasi teroris dan melarang aktivitas mereka di Rusia," ujar hakim, dikutip Itar Tass.
Kedua organisasi yang dilarang di Rusia ini merupakan cabang al Qaidah, meskipun akhirnya ISIS berpisah dari organisasi induknya tersebut.
Pemimpin al Qaidah telah mengecam kebrutalan ISIS, khususnya terhadap pemenggalan publik yang menjadi alat intimidasi utama kelompok ekstremis ini.
Menurut badan pengawas Observatorium HAM Suriah basis Inggris, selama enam bulan terakhir ini ISIS telah menewaskan 1.878 orang di Suriah, sebagian besar merupakan warga sipil.
Sekitar 80 ribu militan diperkirakan masih berjuang hingga saat ini dengan ISIS, sementara kelompok ini juga masih terus merekrut para jihadis dari seluruh dunia.
ISIS yang saat ini menduduki sebagian besar wilayah Suriah dan Irak dianggap menjadi kelompok paling kaya di antara organisasi teroris lainnya karena memiliki ladang serta kilang minyak yang berada di bawah kendalinya.
Kementerian Keuangan AS mengatakan pada Oktober lalu bahwa penjualan minyak, uang tebusan dan pemerasan telah membantu ISIS menghasilkan puluhan juta dolar setiap bulan.
Kelompok ini diperkirakan memiliki kekayaan bersih sebesar US$2 miliar.
Sementara Front al Nusra yang juga merupakan cabang al Qaidah dan beroperasi di Suriah serta Libanon ini tidak terlalu jelas jika dibandingkan dengan ISIS.
Namun, operasi militer serangan udara yang dipimpin AS terhadap ISIS telah membawa Front al Nusra juga mengeluarkan ancaman terhadap Barat dan menjanjikan dukungannya terhadap ISIS.
Para jihadis ISIS di Suriah membuat sebuah video pada September lalu yang berisi ancaman terhadap Rusia untuk membantu Republik Chechnya memproklamirkan diri mereka sebagai khalifah.
Sumber : CNN
Setelah keputusan ini berlaku, mereka yang diduga terlibat dengan ISIS atau Front al Nusra akan menghadapi tuntutan di Rusia.
Pengajuan keputusan terhadap dua kelompok ekstremis ini digagas oleh Jaksa Agung Rusia dan didukung oleh Badan Intelijen Federal atau FSB.
Persidangan ini bersifat tertutup bagi media sehingga dokumen ulasan mengenai keputusan ini pun bersifat rahasia.
Para awak media hanya bisa mendengarkan hakim yang mengumumkan keputusan akhir.
"Setelah mendengar perwakilan Jaksa Agung dan FSB dan mempelajari berkas perkara, Mahkamah Agung memutuskan memberikan penilaian kepada penggugat, yaitu jaksa penuntut umum, untuk menganggap ISIS dan Front al Nusro sebagai organisasi teroris dan melarang aktivitas mereka di Rusia," ujar hakim, dikutip Itar Tass.
Kedua organisasi yang dilarang di Rusia ini merupakan cabang al Qaidah, meskipun akhirnya ISIS berpisah dari organisasi induknya tersebut.
Pemimpin al Qaidah telah mengecam kebrutalan ISIS, khususnya terhadap pemenggalan publik yang menjadi alat intimidasi utama kelompok ekstremis ini.
Menurut badan pengawas Observatorium HAM Suriah basis Inggris, selama enam bulan terakhir ini ISIS telah menewaskan 1.878 orang di Suriah, sebagian besar merupakan warga sipil.
Sekitar 80 ribu militan diperkirakan masih berjuang hingga saat ini dengan ISIS, sementara kelompok ini juga masih terus merekrut para jihadis dari seluruh dunia.
ISIS yang saat ini menduduki sebagian besar wilayah Suriah dan Irak dianggap menjadi kelompok paling kaya di antara organisasi teroris lainnya karena memiliki ladang serta kilang minyak yang berada di bawah kendalinya.
Kementerian Keuangan AS mengatakan pada Oktober lalu bahwa penjualan minyak, uang tebusan dan pemerasan telah membantu ISIS menghasilkan puluhan juta dolar setiap bulan.
Kelompok ini diperkirakan memiliki kekayaan bersih sebesar US$2 miliar.
Sementara Front al Nusra yang juga merupakan cabang al Qaidah dan beroperasi di Suriah serta Libanon ini tidak terlalu jelas jika dibandingkan dengan ISIS.
Namun, operasi militer serangan udara yang dipimpin AS terhadap ISIS telah membawa Front al Nusra juga mengeluarkan ancaman terhadap Barat dan menjanjikan dukungannya terhadap ISIS.
Para jihadis ISIS di Suriah membuat sebuah video pada September lalu yang berisi ancaman terhadap Rusia untuk membantu Republik Chechnya memproklamirkan diri mereka sebagai khalifah.
Sumber : CNN
No comments:
Post a Comment