Biasanya, jika melancarkan proyek perang, AS paling getol
mengklaim sukses pasukannya di lapangan. Tapi tidak ketika memerangi
ISIS di Irak dan Suriah.
Setelah sekian belas pekan, AS -- yang mengomandani 60 negara -- tidak punya data kesuksesan yang layak dilaporkan. Akibatnya, sidang Komite Luar Negeri di Kongres AS pekan lalu diwarnai topik; Melawan ISIS: Apakah Kita Membuat Kemajuan?
Ed Royce, ketua komite, mengatakan meski pemerintah mencatat terdapat lebih 60 negara terlibat dalam kampanye anti-ISIS, beberapa mitra utama tak henti menyebut strategi Washington menyesatkan.
Kelangkaan informasi menjadi salah satu kesulitan untuk menilai kemajuan AS dan koalisi dalam perang melawan ISIS. Militer AS juga baru menerbitkan round up serangan udara tiga kali sepekan, namun semua itu tidak disertai laporan apakah pemboman berhasil atau gagal.
Laporan justru datang dari MacClatchy Media, yang menyebutkan dalam beberapa kasus pemboman tidak akurat. Informasi lokasi pemboman melenceng hampir seratus mil.
Sampai saat ini, AS dan koalisi telah melancarkan seribu kali pemboman. McClatchy tidak merinci berapa persen dari seribu serangan itu yang melenceng.
Berbeda dengan Perang Teluk I dan II, pada perang kali ini AS tidak bawa wartawan. Alasannya sederhana; AS tidak melancarkan perang darat, tapi hanya pemboman.
Tidak ada kursi tambahan untuk wartawan di dalam jet tempur. Pasukan AS yang datang ke Irak juga tidak terlibat dalam operasi tempur, tapi melatih.
Militer Irak membuka diri untuk membawa wartawan Barat. Namun, wartawan justru tak berminat. Tidak ada jaminan tentara Irak bisa melindungi wartawan yang dibawa.
Dalam briefing rahasia untuk Komite Angkatan Bersenjata, militer AS mengatakan jumlah serangan ke Irak dan Suriah telah melampaui target. Namun tidak ada penjelasan apakah seribu serangan itu membuat ISIS melemah.
Yang terjadi berikutnya adalah spekulasi. Setiap orang punya hak melakukannya. Lawrence Korb, dari Center for American Progress, mengatakan Obama mungkin tidak ingin menarik perhatian dengan melepas informasi sebanyak mungkin.
Pejabat Pentagon mengatakan mereka bisa saja memberikan informasi, tapi pada akhirnya orang akan mempertanyakan strategi yang dimainkan Obama dalam melawan ISIS.
Sebelumnya, Obama sempat mengatakan merilis semua informasi pemboman hanya akan mengekspose adanya perpecahan di tubuh koalisi dan mitra utama AS.
Sumber : Inilah
Setelah sekian belas pekan, AS -- yang mengomandani 60 negara -- tidak punya data kesuksesan yang layak dilaporkan. Akibatnya, sidang Komite Luar Negeri di Kongres AS pekan lalu diwarnai topik; Melawan ISIS: Apakah Kita Membuat Kemajuan?
Ed Royce, ketua komite, mengatakan meski pemerintah mencatat terdapat lebih 60 negara terlibat dalam kampanye anti-ISIS, beberapa mitra utama tak henti menyebut strategi Washington menyesatkan.
Kelangkaan informasi menjadi salah satu kesulitan untuk menilai kemajuan AS dan koalisi dalam perang melawan ISIS. Militer AS juga baru menerbitkan round up serangan udara tiga kali sepekan, namun semua itu tidak disertai laporan apakah pemboman berhasil atau gagal.
Laporan justru datang dari MacClatchy Media, yang menyebutkan dalam beberapa kasus pemboman tidak akurat. Informasi lokasi pemboman melenceng hampir seratus mil.
Sampai saat ini, AS dan koalisi telah melancarkan seribu kali pemboman. McClatchy tidak merinci berapa persen dari seribu serangan itu yang melenceng.
Berbeda dengan Perang Teluk I dan II, pada perang kali ini AS tidak bawa wartawan. Alasannya sederhana; AS tidak melancarkan perang darat, tapi hanya pemboman.
Tidak ada kursi tambahan untuk wartawan di dalam jet tempur. Pasukan AS yang datang ke Irak juga tidak terlibat dalam operasi tempur, tapi melatih.
Militer Irak membuka diri untuk membawa wartawan Barat. Namun, wartawan justru tak berminat. Tidak ada jaminan tentara Irak bisa melindungi wartawan yang dibawa.
Dalam briefing rahasia untuk Komite Angkatan Bersenjata, militer AS mengatakan jumlah serangan ke Irak dan Suriah telah melampaui target. Namun tidak ada penjelasan apakah seribu serangan itu membuat ISIS melemah.
Yang terjadi berikutnya adalah spekulasi. Setiap orang punya hak melakukannya. Lawrence Korb, dari Center for American Progress, mengatakan Obama mungkin tidak ingin menarik perhatian dengan melepas informasi sebanyak mungkin.
Pejabat Pentagon mengatakan mereka bisa saja memberikan informasi, tapi pada akhirnya orang akan mempertanyakan strategi yang dimainkan Obama dalam melawan ISIS.
Sebelumnya, Obama sempat mengatakan merilis semua informasi pemboman hanya akan mengekspose adanya perpecahan di tubuh koalisi dan mitra utama AS.
Sumber : Inilah
No comments:
Post a Comment