Pemerintah Inggris meninjau kembali izin
penjualan peralatan militer ke Israel. Sejak tahun 2010 Inggris
menyetujui izin penjualan peralatan militer ke Israel senilai £42 juta
atau Rp832 miliar.
Peralatan militer yang dipasok Inggris, dilansir Channel News Asia, Selasa 5 Agustus 2014, antara lain senjata pengendali, sistem untuk membidik target, komponen amunisi, pesawat nirawak, dan kendaraan lapis baja. Data tersebut diperoleh dari Badan Kampanye terhadap Perdagangan Senjata (CAAT).
“Kami kini tengah meninjau kembali semua izin ekspor ke Israel. Jelas situasi saat ini telah berubah dibanding ketika beberapa izin telah diberikan pada waktu sebelumnya. Kami meninjau kembali izin tersebut berdasarkan situasi saat ini. Namun belum ada keputusan yang diambil. Kami masih terus melakukan peninjauan,” ujar juru bicara kantor Perdana Menteri David Cameron.
Juru bicara itu menyatakan, keputusan peninjauan kontrak diambil pekan lalu.
Langkah Inggris ini disambut baik oleh juru bicara CAAT, Andrew Smith. Dia bahkan menyerukan agar secepatnya diberlakukan embargo terhadap penjualan peralatan militer ke Israel. Menurut Smith, seharusnya sejak awal pemerintah Inggris tidak menyetujui penjualan senjata ke Israel.
“Karena hal itu tidak saja berarti turut memfasilitasi, namun juga seolah-olah menyetujui aksi yang dilakukan oleh pemerintah Israel,” kata Smith.
Sebelumnya Senin kemarin, Cameron mengatakan keputusan PBB untuk mengecam aksi penembakkan ke sekolah PBB di Gaza adalah keputusan yang tepat. Sebab serangan tersebut telah menewaskan 10 orang.
Namun Cameron enggan menyebut apakah serangan Israel ke sekolah PBB itu telah melanggar aturan hukum internasional. Sikap Cameron itu mendapat kritik kelompok oposisi dari Partai Buruh. Mereka menyebut Cameron lemah karena tidak berani mengambil tindakan yang lebih tegas terhadap Israel.
Sementara Senin kemarin, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pemerintahnya tidak akan menghentikan serangan militer di Gaza hingga ia memperoleh jaminan keamanan bagi warga Israel.
Sejak Israel menggelar Operasi Perlindungan Perbatasan pada 8 Juli 2014, lebih dari 1.800 warga Palestina tewas. Korban jiwa juga jatuh dari pihak Israel, yakni 64 tentara dan tiga warga sipil.
Sumber : Viva
Peralatan militer yang dipasok Inggris, dilansir Channel News Asia, Selasa 5 Agustus 2014, antara lain senjata pengendali, sistem untuk membidik target, komponen amunisi, pesawat nirawak, dan kendaraan lapis baja. Data tersebut diperoleh dari Badan Kampanye terhadap Perdagangan Senjata (CAAT).
“Kami kini tengah meninjau kembali semua izin ekspor ke Israel. Jelas situasi saat ini telah berubah dibanding ketika beberapa izin telah diberikan pada waktu sebelumnya. Kami meninjau kembali izin tersebut berdasarkan situasi saat ini. Namun belum ada keputusan yang diambil. Kami masih terus melakukan peninjauan,” ujar juru bicara kantor Perdana Menteri David Cameron.
Juru bicara itu menyatakan, keputusan peninjauan kontrak diambil pekan lalu.
Langkah Inggris ini disambut baik oleh juru bicara CAAT, Andrew Smith. Dia bahkan menyerukan agar secepatnya diberlakukan embargo terhadap penjualan peralatan militer ke Israel. Menurut Smith, seharusnya sejak awal pemerintah Inggris tidak menyetujui penjualan senjata ke Israel.
“Karena hal itu tidak saja berarti turut memfasilitasi, namun juga seolah-olah menyetujui aksi yang dilakukan oleh pemerintah Israel,” kata Smith.
Sebelumnya Senin kemarin, Cameron mengatakan keputusan PBB untuk mengecam aksi penembakkan ke sekolah PBB di Gaza adalah keputusan yang tepat. Sebab serangan tersebut telah menewaskan 10 orang.
Namun Cameron enggan menyebut apakah serangan Israel ke sekolah PBB itu telah melanggar aturan hukum internasional. Sikap Cameron itu mendapat kritik kelompok oposisi dari Partai Buruh. Mereka menyebut Cameron lemah karena tidak berani mengambil tindakan yang lebih tegas terhadap Israel.
Sementara Senin kemarin, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pemerintahnya tidak akan menghentikan serangan militer di Gaza hingga ia memperoleh jaminan keamanan bagi warga Israel.
Sejak Israel menggelar Operasi Perlindungan Perbatasan pada 8 Juli 2014, lebih dari 1.800 warga Palestina tewas. Korban jiwa juga jatuh dari pihak Israel, yakni 64 tentara dan tiga warga sipil.
Sumber : Viva
No comments:
Post a Comment