Sebuah perusahaan keamanan siber Amerika Serikat melaporkan telah menemukan bukti adanya operasi peretasan yang dilancarkan pasukan militer Tiongkok untuk mempercanggih satelit dan program luar angkasa negara mereka, Senin (9/6).
Perusahaan tersebut, CrowdStrike mengatakan unit 61486 dari People's Liberation Army yang berbasis di Shanghai telah menyerang jaringan instansi pemerintah dan kontraktor pertahanan AS, Eropa sejak tahun 2007.
CrowdStrike mengatakan target peretasan adalah perusahaan atau lembaga bidang komunikasi, pertahanan, dan industri luar angkasa di Eropa, AS hingga Jepang. ''Peretasan menargetkan aplikasi produktivitas populer seperti Adobe Reader dan Microsoft Office untuk menyebarkan malware termodifikasi melalui serangan email,'' kata CrowdStrike dikutipReuters.
Mereka telah menyebarkan laporan tersebut pada klien mereka untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan. Co-founder perusahaan yang berasimilasi dengan pemerintah AS tersebut, Dmitri Alperovitch mengatakan pihaknya telah berkonsultasi dengan intelijen AS sebelum menyebarkan laporan.
Juru bicara Kedutaan Besar Tiongkok di Washington tidak bisa segera dihubungi untuk memberikan komentar. Kurang dari tiga minggu lalu, Departemen Peradilan AS menuduh lima anggota unit People’s Liberation Army melakukan pencurian data perdagangan.
Laporan baru ini kemungkinan akan menambah ketegangan yang telah panas atas isu-isu keamanan siber antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu. Para pejabat Tiongkok telah tajam menanggapi tuduhan bulan lalu.
Mereka menarik diri dari pembicaraan isu peretasan dan menuduh balik AS lah yang menjarah rahasia politik dan militer Tiongkok.
Sumber : Republika
Perusahaan tersebut, CrowdStrike mengatakan unit 61486 dari People's Liberation Army yang berbasis di Shanghai telah menyerang jaringan instansi pemerintah dan kontraktor pertahanan AS, Eropa sejak tahun 2007.
CrowdStrike mengatakan target peretasan adalah perusahaan atau lembaga bidang komunikasi, pertahanan, dan industri luar angkasa di Eropa, AS hingga Jepang. ''Peretasan menargetkan aplikasi produktivitas populer seperti Adobe Reader dan Microsoft Office untuk menyebarkan malware termodifikasi melalui serangan email,'' kata CrowdStrike dikutipReuters.
Mereka telah menyebarkan laporan tersebut pada klien mereka untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan. Co-founder perusahaan yang berasimilasi dengan pemerintah AS tersebut, Dmitri Alperovitch mengatakan pihaknya telah berkonsultasi dengan intelijen AS sebelum menyebarkan laporan.
Juru bicara Kedutaan Besar Tiongkok di Washington tidak bisa segera dihubungi untuk memberikan komentar. Kurang dari tiga minggu lalu, Departemen Peradilan AS menuduh lima anggota unit People’s Liberation Army melakukan pencurian data perdagangan.
Laporan baru ini kemungkinan akan menambah ketegangan yang telah panas atas isu-isu keamanan siber antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu. Para pejabat Tiongkok telah tajam menanggapi tuduhan bulan lalu.
Mereka menarik diri dari pembicaraan isu peretasan dan menuduh balik AS lah yang menjarah rahasia politik dan militer Tiongkok.
Sumber : Republika
No comments:
Post a Comment