Juru Bicara Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan serangan Ukraina
terhadap pemberontak pro-Rusia di daerah timur merusak perjanjian
perdamaian mengenai krisis itu.
"Kendatipun Rusia sedang melakukan usaha-usaha untuk meredakan dan menyelesaikan konflik itu.
Pemerintah Kiev malah mengerahkan angkatan udara yang menentang penyelesaian damai, memulai satu serangan balasan, yang menghapuskan harapan terakhir bagi terwujudnya perjanjian Jenewa," kata Dmitry Peskov yang dikutip kantor-kantor berita Rusia, Jumat (2/5).
Peskov juga mengatakan Presiden Rusia itu telah mengirim utusan khusus Vladimir Lukin ke Ukraina timur untuk membantu merundingkan pembebasan satu tim pemantau dari Organisasi bagi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE), yang ditahan pemberontak saat berusaha memantau pelaksanaan perjanjian perdamaian Jenewa.
Peskov mengatakan Moskow sangat cemas bahwa Lukin dan para wartawan dari Rusia dan negara-engara lain yang kini sedang bertugas di zona konflik. "Tentu, kami meminta tindakan-tindakan harus dilakukan untuk menjamin keselamatan mereka," kata Peskov.
Para pejabat Rusia dan stasiun-stasiun televisi menyebut serangan di daerah timur Ukraina sebagai satu serangan balas dendam. Setelah Putin kali pertama menggunakan istilah itu untuk menyebut operasi militer Kiev terhadap pemberontak itu akhir April.
Istilah serangan balas dendam secara luas digunakan dalam buku-buku sejarah Rusia untuk melukiskan operasi-operasi militer oleh pasukan Nazi terhadap para warga sipil dalam Perang Dunia II. Rusia dalam satu kesempatan lain mendesak OSCE membantu menghentikan serangan militer Ukraina di kota Slavyansk, daerah timur negara itu.
"Kami telah membicarakan itu dengan pihak pemimpin OSCE mengenai serangan angkatan bersenjata (Ukraina) dan menuntut mereka melakukan tindakan-tindakan guna menghentikan serangan balas dendam ini," kata Andrei Kelin utusan Rusia untuk badan Eropa Raya itu kepada kantor berita ITAR TASS.
Kelin mengatakan Moskow telah mengajukan tuntutan-tuntutannya kepada Sekjen OSCE Lamberto Zannier dan Menlu Swiss Didier Burkhalter, salah seorang staf penting badan itu. Kelin mengatakan Zannier menyebut apa yang terjadi di Slavyansk sebagai sesuatu yang mengerikan yang harus segera dihentikan.
Sumber: Republika
"Kendatipun Rusia sedang melakukan usaha-usaha untuk meredakan dan menyelesaikan konflik itu.
Pemerintah Kiev malah mengerahkan angkatan udara yang menentang penyelesaian damai, memulai satu serangan balasan, yang menghapuskan harapan terakhir bagi terwujudnya perjanjian Jenewa," kata Dmitry Peskov yang dikutip kantor-kantor berita Rusia, Jumat (2/5).
Peskov juga mengatakan Presiden Rusia itu telah mengirim utusan khusus Vladimir Lukin ke Ukraina timur untuk membantu merundingkan pembebasan satu tim pemantau dari Organisasi bagi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE), yang ditahan pemberontak saat berusaha memantau pelaksanaan perjanjian perdamaian Jenewa.
Peskov mengatakan Moskow sangat cemas bahwa Lukin dan para wartawan dari Rusia dan negara-engara lain yang kini sedang bertugas di zona konflik. "Tentu, kami meminta tindakan-tindakan harus dilakukan untuk menjamin keselamatan mereka," kata Peskov.
Para pejabat Rusia dan stasiun-stasiun televisi menyebut serangan di daerah timur Ukraina sebagai satu serangan balas dendam. Setelah Putin kali pertama menggunakan istilah itu untuk menyebut operasi militer Kiev terhadap pemberontak itu akhir April.
Istilah serangan balas dendam secara luas digunakan dalam buku-buku sejarah Rusia untuk melukiskan operasi-operasi militer oleh pasukan Nazi terhadap para warga sipil dalam Perang Dunia II. Rusia dalam satu kesempatan lain mendesak OSCE membantu menghentikan serangan militer Ukraina di kota Slavyansk, daerah timur negara itu.
"Kami telah membicarakan itu dengan pihak pemimpin OSCE mengenai serangan angkatan bersenjata (Ukraina) dan menuntut mereka melakukan tindakan-tindakan guna menghentikan serangan balas dendam ini," kata Andrei Kelin utusan Rusia untuk badan Eropa Raya itu kepada kantor berita ITAR TASS.
Kelin mengatakan Moskow telah mengajukan tuntutan-tuntutannya kepada Sekjen OSCE Lamberto Zannier dan Menlu Swiss Didier Burkhalter, salah seorang staf penting badan itu. Kelin mengatakan Zannier menyebut apa yang terjadi di Slavyansk sebagai sesuatu yang mengerikan yang harus segera dihentikan.
Sumber: Republika
No comments:
Post a Comment