Kiev - Pemerintah Ukraina
telah memobilisasi angkatan bersenjatanya ke wilayah timur negara
tersebut dan mengumumkan misi menumpas pemberontakan skala penuh
terhadap para
"teroris bersenjata", yaitu kelompok pro-Rusia yang terus menduduki kantor-kantor pemerintah Ukraina dan mengacuhkan perintah untuk menyerah.
Pemerintahan Rusia pimpinan Vladimir Putin membantah mengotaki aksi pemberontakan di berbagai kota Ukraina, namun di PBB terjadi perdebatan sengit dan saling tuduh soal itu.
Dalam Pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB Minggu (13/4) waktu New York, Duta Besar Amerika Serikat Samantha Power mengatakan Rusia tak pelak lagi berada di belakang aksi pemberontakan Ukraina.
“Instabilitas ini ditulis dan dirancang di dan oleh Rusia,” kata Power.
Kementerian Luar Negeri AS sebelumnya mengatakan aksi yang terjadi di beberapa kota wilayah timur Ukraina "memiliki banyak persamaan dengan yang terjadi di Crimea pada akhir Februari", dan juga menyoroti bukti-bukti keterlibatan Rusia seperti serangan yang sangat terorganisir dan penggunaan peralatan Rusia tanpa tanda pengenal.
Dubes Rusia untuk PBB Vitaly Churkin balik menuduh bahwa pemerintah Ukraina yang sekarang memiliki anggota neo-Nazi dan menyerukan agar berhenti "membunuhi warganya sendiri."
Negara tetangga, Polandia, mengatakan aksi militer Ukraina sekarang merupakan sebuah kewajiban yang tak bisa dihindari lagi.
“Saatnya telah tiba ketika Ukraina harus bertindak dan menunjukkan mereka tidak bisa menerima tindakan-tindakan seperti ini," kata Perdana Menteri Polandia Donald Tusk.
“Kebenaran yang menyakitkan, bahwa Putin tidak akan berhenti di mana dia mau, tapi di mana Ukraina membiarkan dia.”
Rusia diberitakan memiliki sekitar 40.000 pasukan siap tempur yang disiagakan di sepanjang perbatasan dengan Ukraina, dan telah beberapa kali memperingatkan Ukraina agar tidak menyerang para separatis yang bersembunyi di gedung-gedung pemerintah.
Sumber : Beritasatu
"teroris bersenjata", yaitu kelompok pro-Rusia yang terus menduduki kantor-kantor pemerintah Ukraina dan mengacuhkan perintah untuk menyerah.
Pemerintahan Rusia pimpinan Vladimir Putin membantah mengotaki aksi pemberontakan di berbagai kota Ukraina, namun di PBB terjadi perdebatan sengit dan saling tuduh soal itu.
Dalam Pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB Minggu (13/4) waktu New York, Duta Besar Amerika Serikat Samantha Power mengatakan Rusia tak pelak lagi berada di belakang aksi pemberontakan Ukraina.
“Instabilitas ini ditulis dan dirancang di dan oleh Rusia,” kata Power.
Kementerian Luar Negeri AS sebelumnya mengatakan aksi yang terjadi di beberapa kota wilayah timur Ukraina "memiliki banyak persamaan dengan yang terjadi di Crimea pada akhir Februari", dan juga menyoroti bukti-bukti keterlibatan Rusia seperti serangan yang sangat terorganisir dan penggunaan peralatan Rusia tanpa tanda pengenal.
Dubes Rusia untuk PBB Vitaly Churkin balik menuduh bahwa pemerintah Ukraina yang sekarang memiliki anggota neo-Nazi dan menyerukan agar berhenti "membunuhi warganya sendiri."
Negara tetangga, Polandia, mengatakan aksi militer Ukraina sekarang merupakan sebuah kewajiban yang tak bisa dihindari lagi.
“Saatnya telah tiba ketika Ukraina harus bertindak dan menunjukkan mereka tidak bisa menerima tindakan-tindakan seperti ini," kata Perdana Menteri Polandia Donald Tusk.
“Kebenaran yang menyakitkan, bahwa Putin tidak akan berhenti di mana dia mau, tapi di mana Ukraina membiarkan dia.”
Rusia diberitakan memiliki sekitar 40.000 pasukan siap tempur yang disiagakan di sepanjang perbatasan dengan Ukraina, dan telah beberapa kali memperingatkan Ukraina agar tidak menyerang para separatis yang bersembunyi di gedung-gedung pemerintah.
Sumber : Beritasatu
No comments:
Post a Comment