Kiev mengatakan sejumlah orang tewas dan terluka saat mereka memerangi orang-orang bersenjata pro-Rusia yang bersembunyi di sebuah kantor polisi di Ukraina Timur yang bergolak di tengah peringatan keras Washington agar Moskow segera menurunkan tensi ketegangan jika tidak ingin menghadapi konsekuensi perang.
Setidaknya dua orang tewas dan sembilan luka-luka pada Minggu ini dalam pertempuran senjata antara pasukan khusus Ukraina dan milisi pro - Kremlin yang mengancam akan menjegal pembicaraan internasional pertama mengenai krisis Timur-Barat terburuk sejak Perang Dingin
Menteri Dalam Negeri Arsen Avakov mengatakan kedua belah pihak menderita korban dalam serangan di Slavyansk. Operasi Kiev di Ukraina Timur ini jelas meningkatkan ketegangan dengan Rusia yang telah menyiagakan hingga hampir 40.000 tentara di perbatasan Ukraina Ukraina dan telah memperingatkan Kiev jika menggunakan kekuatan militer.
"Ada yang tewas dan terluka di kedua belah pihak," tulis Avakov menulis di halaman Facebook-nya .
"Di pihak kita (Ukraina Security Service) dan petugas SBU di sisi separatis. Kelompok separatis sudah mulai melindungi diri dengan menggunakan tameng manusia," imbuhnya.
Helikopter melayang rendah di atas kota pertambangan yang miskin itu dan asap tebal hitam mulai membumbung tinggi.
Warga yang sebagian besar perempuan terlihat meringkuk di dingin di bawah hujan ringan di depan barikade untuk melindungi bangunan polisi. Separatis bersenjata juga telah menyiapkan pos pemeriksaan di pintu masuk ke kota.
Avakov sebelumnya mengumumkan bahwa unit dari "semua struktur kekuatan negara itu" mengambil bagian dalam respon keras "operasi antiteroris" pertama oleh Kiev. Dia mengatakan orang-orang bersenjata telah menembaki pasukan khusus Ukraina. Mereka menembak untuk membunuh.
Serangan Kiev ini dilakukan setelah milisi pro-Rusia dengan mengenakan seragam militer tanpa tanda bersama orang-orang bersenjata tak dikenal meluncurkan serangkaian serangan terhadap gedung-gedung keamanan dan kantor polisi di Ukraina Timur.
Massa pro Rusia ini menolak untuk mengakui pemerintah pro-Barat yang baru di Kiev karena telah meraih kekuasaan dengan menggulingkan Presiden Viktor Yanukovych yang menolak hubungan yang lebih erat dengan Uni Eropa dan bergerak lebih dekat ke Rusia.
Sumber : Jaringnews
Setidaknya dua orang tewas dan sembilan luka-luka pada Minggu ini dalam pertempuran senjata antara pasukan khusus Ukraina dan milisi pro - Kremlin yang mengancam akan menjegal pembicaraan internasional pertama mengenai krisis Timur-Barat terburuk sejak Perang Dingin
Menteri Dalam Negeri Arsen Avakov mengatakan kedua belah pihak menderita korban dalam serangan di Slavyansk. Operasi Kiev di Ukraina Timur ini jelas meningkatkan ketegangan dengan Rusia yang telah menyiagakan hingga hampir 40.000 tentara di perbatasan Ukraina Ukraina dan telah memperingatkan Kiev jika menggunakan kekuatan militer.
"Ada yang tewas dan terluka di kedua belah pihak," tulis Avakov menulis di halaman Facebook-nya .
"Di pihak kita (Ukraina Security Service) dan petugas SBU di sisi separatis. Kelompok separatis sudah mulai melindungi diri dengan menggunakan tameng manusia," imbuhnya.
Helikopter melayang rendah di atas kota pertambangan yang miskin itu dan asap tebal hitam mulai membumbung tinggi.
Warga yang sebagian besar perempuan terlihat meringkuk di dingin di bawah hujan ringan di depan barikade untuk melindungi bangunan polisi. Separatis bersenjata juga telah menyiapkan pos pemeriksaan di pintu masuk ke kota.
Avakov sebelumnya mengumumkan bahwa unit dari "semua struktur kekuatan negara itu" mengambil bagian dalam respon keras "operasi antiteroris" pertama oleh Kiev. Dia mengatakan orang-orang bersenjata telah menembaki pasukan khusus Ukraina. Mereka menembak untuk membunuh.
Serangan Kiev ini dilakukan setelah milisi pro-Rusia dengan mengenakan seragam militer tanpa tanda bersama orang-orang bersenjata tak dikenal meluncurkan serangkaian serangan terhadap gedung-gedung keamanan dan kantor polisi di Ukraina Timur.
Massa pro Rusia ini menolak untuk mengakui pemerintah pro-Barat yang baru di Kiev karena telah meraih kekuasaan dengan menggulingkan Presiden Viktor Yanukovych yang menolak hubungan yang lebih erat dengan Uni Eropa dan bergerak lebih dekat ke Rusia.
Sumber : Jaringnews
No comments:
Post a Comment